Tolak Relokasi Pencari Suaka, Warga Yunani Bakar Sebuah Hotel
Warga lokal Yunani dengan tegas menolak relokasi dan keberadaan para pencari suaka dari Timur Tengah di tengah-tengah mereka.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
ATHENA, SENIN — Sekitar 250 orang membakar dan menjarah sebuah hotel kosong di Arnissa, desa yang berada di Yunani utara. Aksi itu dilakukan sebagai bentuk penolakan atas rencana pemindahan para pencari suaka yang mayoritas berasal dari kawasan Timur Tengah dari kamp penampungan ke hotel itu.
”Benar-benar menakutkan. Mereka melemparkan batu, menyalakan api, dan menggeledah seluruh bagian hotel,” kata seorang perempuan yang menolak menyebutkan namanya. ”Ayah saya yang sudah tua dan tinggal di dekat hotel belum tidur selama dua hari karena ketakutan.”
Pembakaran itu adalah wujud ketegangan terbaru terkait relokasi migran di Yunani. Wacana pemindahan sebagai respons menghadapi pandemi Covid-19 itu bocor di kalangan warga pada pekan lalu.
Pemerintah Yunani telah berjanji memindahkan lebih dari 2.000 pencari suaka dari wilayah kepulauan di negara itu ke daratan guna mengurangi tekanan di kamp-kamp pengungsi. Namun, rencana itu ditentang warga setempat. Salah satu alasan yang kuat adalah mereka khawatir relokasi itu akan menjadi pemicu penularan penyakit Covid-19.
Insiden pembakaran dan perusakan hotel itu terjadi pada 5 Mei lalu. Juru bicara pemerintah, Stelios Petsas, Senin (11/5/2020), mengaitkan insiden itu dengan informasi yang salah, baik dari sisi waktu maupun tempat. Dia juga menilai ketakutan atau kekhawatiran atas penyebaran Covid-19 tidak beralasan.
”Di mana ada kantong-kantong oposisi itu biasanya karena informasi yang salah. Tidak semua orang mengerti bahwa kami telah mengambil tindakan yang sangat spesifik sejak awal krisis kesehatan ini,” katanya kepada wartawan.
Polisi telah membuka penyelidikan atas serangan yang membuat hotel itu hancur. Namun, sejauh ini tidak ada penangkapan yang dilakukan.
Dari lapangan dilaporkan, jendela-jendela hotel itu rusak, perabotannya hancur dan kamar-kamarnya dipenuhi batu dan puing-puing hangus. Pemilik tempat itu tidak ingin identitas mereka diungkapkan ke publik, semata karena takut serangan serupa terjadi lagi.
Kalangan warga setempat bergeming. Mereka dengan tegas menolak keberadaan para pencari suaka itu di tengah-tengah mereka. ”Tidak ada apa-apa di sini. Kami baru saja mengusir para migran ilegal,” kata seorang warga desa yang marah.
Upaya memindahkan para pengungsi berusia lanjut atau keluarga dengan anak-anak dari kamp pengungsi I di pulau yang penuh sesak ke daratan telah mengalami tentangan sebelumnya.
Para pengungsi yang sama yang akan tinggal di Arnissa, yang kewarganegaraannya tidak diungkapkan, sebelumnya tinggal di kamp Moria di Pulau Lesbos. Mereka sebelumnya juga ditolak masuk ke desa lain di Yunani bagian utara.
Pada Oktober tahun lalu, seorang pemilik hotel di Kota Vrasna dekat Thessaloniki mengatakan, dia telah menerima ancaman pembakaran setelah setuju untuk sementara menampung sekelompok pencari suaka.
Beberapa hari sebelum hotel di Arnissa dihancurkan, desas-desus beredar bahwa pihak berwenang membawa seseorang, diduga sebagai pencari suaka, ke desa itu.
Dimitris, warga setempat, mengaku beberapa penyerang, pekan lalu, adalah warga keturunan etnis Yunani yang diusir dari Turki puluhan tahun sebelumnya.
Pemerintah Kota Edessa telah mempertanyakan logika relokasi warga pendatang itu di tengah pandemi Covid-19. Lebih dari 150 orang telah meninggal karena penyakit itu di seluruh wilayah Yunani.
Adapun kamp-kamp migran sendiri akan ditutup hingga 21 Mei mendatang sebagai rencana awal. Belum ada keputusan apakah kebijakan itu akan diteruskan atau tidak.
Sejauh ini ada beberapa kasus penularan Covid-19 yang dikonfirmasi di dua kamp pengungsi serta di sebuah hotel.
”Sekarang kami khawatir tentang penularan virus korona. Mereka memutuskan untuk memindahkan para migran itu,” tulis Wali Kota Edessa Dimitris Yannou, di media sosial Facebook, beberapa hari sebelum serangan terhadap hotel.
”Edessa terlalu penuh dengan pengungsi dan migran,” ujarnya menambahkan.
Para pencari suaka dari Lesbos akhirnya dipindahkan secara rahasia ke sebuah hotel di dekat Thessaloniki oleh Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).
”Orang-orang ini tetap berada di karantina selama 14 hari seperti yang ditentukan,” kata seorang perwakilan IOM yang bertanggung jawab atas pemindahan mereka. ”Mereka aman dan sehat. Kami mendukung mereka dan mereka ingin melupakan apa yang terjadi.” (AFP)