Sejumlah Negara Berhati-hati, Keputusan Melonggarkan Pembatasan Tidak Mudah
Melonggarkan kembali kebijakan penutupan wilayah bukanlah keputusan yang mudah. Keputusan ini harus didukung oleh data kasus yang andal agar tidak memicu gelombang infeksi kedua.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
LONDON, SENIN – Sejumlah negara memilih lebih berhati-hati ketika akan mulai melonggarkan kebijakan penutupan wilayahnya. Mereka khawatir pelonggaran justru akan menurunkan tingkat kewaspadaan dan gelombang infeksi kedua sewaktu-waktu bisa muncul.
Ketika menguraikan peta jalan pelonggaran secara bertahap, Minggu (10/5/2020), Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, menetapkan sistem peringatan Covid-19 lima tingkat. Ia akan memanfaatkan siaran televisi setiap pukul 18.00 untuk mengumumkan perubahan-perubahan apa saja yang perlu dilakukan, termasuk mendorong mereka untuk kembali bekerja dan mengizinkan warga untuk berolahraga setiap hari.
Selain itu, slogan pemerintah yang berbunyi ”tetap tinggal di rumah” dalam kampanye pengendalian Covid-19 akan digantikan dengan slogan berbunyi ”tetap waspada”. Johnson memasang gambar poster pemerintah yang baru di Twitter yang bernada instruksi untuk ”tetap tinggal di rumah sebisa mungkin” dan ”batasi kontak dengan orang lain.”
”Setiap orang memiliki peran dalam membantu mengendalikan pandemi ini dengan tetap waspada dan mematuhi aturan,” kata Johnson.
Sejauh ini Inggris telah melaporkan 31.587 kasus meninggal akibat Covid-19. Ini kasus meninggal terbanyak kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Jumlah kasus positif Covid-19 di Inggris mencapai 215.260 kasus.
Sementara itu, Malaysia kembali memperpanjang pembatasan pergerakan dan aktivitas ekonomi selama empat minggu hingga 9 Juni mendatang. Keputusan ini diambil di tengah pembukaan kembali aktivitas ekonomi secara bertahap.
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mengatakan, dengan peraturan baru ini, pembatasan mobilitas tetap berlaku hingga 9 Juni mendatang, termasuk penerapan higienitas dan jaga jarak sosial yang ketat.
Sejumlah orang tua di negara Eropa, seperti Swiss dan Perancis, pun bertanya-tanya apakah mereka akan mengizinkan anaknya kembali pergi sekolah. Beberapa negara, seperti Perancis, telah membuka kembali taman kanak-kanak dan sekolah dasar setelah ditutup sejak 17 Maret lalu.
Di Afrika, Djibouti yang memiliki kasus Covid-19 per kapita tertinggi di Afrika membatalkan rencana pelonggaran kebijakan penutupan wilayahnya pekan ini. Mereka menyebut rencana itu terlalu prematur.
”Pemerintah telah memutuskan untuk memperpanjang penutupan wilayah sau minggu lagi sampai 17 Mei,” kata Menteri Luar Negeri Djibouti Mahmoud Ali Youssouf di Twitter. ”Memperhatikan bahwa prasyarat belum tercapai, pemerintah mengambil keputusan ini sekarang,” ujarnya.
Negara kecil di tanduk Afrika tempat pangkalan militer AS dan Perancis itu melaporkan 1.189 kasus dengan kasus meninggal tiga kasus.
Kekhawatiran baru di Korsel
Kekhawatiran munculnya gelombang kedua ketika kebijakan jaga jarak sosial mulai dilonggarkan telah terjadi di Korea Selatan. ”Ini belum berakhir sampai benar-benar berakhir,” kata Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.
”Kita tidak boleh menurunkan kewaspadaan untuk mencegah pandemi. Kita berada dalam perang yang panjang. Saya meminta semua orang untuk mematuhi pencegahan keselamatan dalam keseharian sampai situasi berakhir.”
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korea Selatan (KCDC) melaporkan 34 kasus baru, tertinggi sejak 9 April 2020, dari klub malam. Ini membuat otoritas kembali menutup semua tempat hiburan malam di Seoul. Kluster penularan baru bisa saja muncul kapan dan di mana pun. Meski demikian, kasus meninggal masih tetap 256 kasus.
Menteri Kesehatan Korea Selatan Park Neung-hoo mengatakan, pemerintah akan memutuskan apakah tetap membuka kembali sekolah secara bertahap mulai 13 Mei nanti seperti yang sudah dijadwalkan setelah mengkaji dampak kluster penularan di kelub malam itu dalam 2-3 hari.
Kasus baru Covid-19 juga meningkat di Jerman setelah negara di Eropa barat itu melonggarkan penutupan wilayahnya beberapa hari lalu. The Robert Koch Institute menyatakan bahwa tingkat penularan Covid-19 telah naik jadi 1,1. Artinya, satu orang positif bisa menularkan pada lebihd ari satu orang lainnya.
Jumlah kasus baru bertambah 667 menjadi 169.218 dengan kasus meninggal bertambah 26 jadi total 7.395 kasus.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengikuti keinginan 16 pemimpin negara bagian di Jerman agar penutupan wilayah dilonggarkan agar ekonomi kembali berputar. Namun, pada saat yang sama ia menyiapkan ”rem darurat” yang memungkinkan pemerintah federal kembali memberlakukan pembatasan lagi.
Gelombang infeksi kedua juga kemungkinan menimpa China ketika status Kota Shulan di Provinsi Jilin yang semula memiliki risiko sedang naik menjadi risiko tinggi menyusul seorang perempuan dinyatakan positif Covid-19 pada 7 Mei. Pada Sabtu (9/5/2020) sembilan kasus Covid-19 dikonfirmasi. Semua kasus ini merupakan anggota keluarga perempuan yang positif tadi.