China Rilis 24 Kebohongan AS soal Tudingan Asal-usul Virus Korona
Pemerintah China menerbitkan artikel khusus setebal 30 halaman. Artikel sepanjang 11.000 kata yang diunggah di situs Kemlu China itu memaparkan bantahan Beijing atas polemik terkait tuduhan asal-usul Covid-19 oleh AS.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
BEIJING, SENIN — China mengeluarkan bantahan panjang tentang polemik soal tuduhan asal-usul virus penyakit Covid-19 yang dilontarkan oleh politisi ataupun Pemerintah Amerika Serikat. Beijing menilai terdapat 24 hal yang dikemukakan AS sebagai tuduhan yang tidak berdasar atau kebohongan yang sengaja dilontarkan untuk menyerang kredibilitas China.
Sebagian besar pernyataan pers Kementerian Luar Negeri China selama sepekan terakhir berisikan materi-materi tanggapan hingga penolakan Beijing atas pernyataan-pernyataan AS terkait polemik soal Covid-19. Penolakan itu terutama ditujukan terhadap pernyataan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo. Pompeo menyebut China telah menahan informasi tentang virus korona baru penyebab Covid-19. Ia juga menuding bahwa virus itu berasal dari sebuah laboratorium di kota Wuhan.
Pemerintah China menerbitkan sebuah artikel khusus setebal 30 halaman. Artikel sepanjang 11.000 kata yang diunggah di situs web Kemlu China pada Sabtu (9/5/2020) malam itu mengulangi, mempertegas, dan memperluas bantahan Beijing terhadap Washington.
Artikel tersebut berisi 24 hal terkait Covid-19. Dalam artikel itu, Beijing ikut menyebutkan nama presiden AS pada abad ke-19, Abraham Lincoln. ”Seperti yang dikatakan Lincoln, Anda dapat membodohi beberapa orang sepanjang waktu dan membodohi semua orang selama beberapa waktu, tetapi Anda tidak bisa membodohi semua orang sepanjang waktu,” demikian bunyi prolog artikel itu.
Artikel itu juga mengutip laporan media yang mengatakan bahwa orang Amerika Serikat telah terinfeksi virus sebelum kasus pertama dikonfirmasi di Wuhan. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa hal itu sebagai sebuah fakta.
Beijing pun membantah tuduhan yang menyebutkan bahwa virus korona tipe baru penyebab Covid-19 sengaja dibuat atau bocor dari Institut Virologi Wuhan. Artikel itu mengatakan bahwa semua bukti menunjukkan virus itu bukan buatan manusia dan bahwa institut itu tidak mampu merekayasa virus korona tipe baru.
Artikel itu juga memberikan rincian waktu tentang bagaimana China telah memberikan informasi kepada komunitas internasional tentang perkembangan penyebaran ataupun langkah-langkah otoritas China. Beijing menyebutkan bahwa hal-hal itu dilakukan tepat waktu, terbuka, dan transparan. Hal ini untuk menjawab tuduhan AS yang menilai Beijing cenderung lambat ataupun sembunyi-sembunyi melawan Covid-19.
Terlepas dari pernyataan ataupun jaminan berulang pihak China, kekhawatiran tentang ketepatan waktu pengumuman informasi oleh Beijing terkait penanganan melawan Covid-19 terus mengemuka. Pada Jumat pekan lalu, mengutip agen mata-mata BND, majalah Jerman, Der Spiegel, melaporkan bahwa upaya awal China menahan informasi terkait Covid-19 telah berisiko ”hilangnya” masa antisipasi 4-6 pekan secara global.
Padahal, lanjut Der Spiegel, jangka waktu itu sejatinya dapat dimanfaatkan pemerintah-pemerintah untuk mengantisipasi ataupun mengambil langkah yang diperlukan guna menahan penyebaran penyakit itu. Meski demikian, beberapa negara pada awalnya menganggap remeh ancaman virus korona dari China dan terlambat dalam mengantisipasi penanganan terkait virus tersebut.
Artikel Beijing itu juga menolak kritik Barat terhadap penanganan China terhadap kasus Li Wenliang. Li adalah seorang dokter berusia 34 tahun yang telah berusaha meningkatkan peringatan kewaspadaan atas sebuah wabah virus baru, yang ternyata pembawa Covid-19, di Wuhan. Kematiannya akibat Covid-19 telah memicu curahan kemarahan dan kesedihan di seluruh China. Beijing menyebutkan bahwa Li bukan ”pelapor” dan dia tidak pernah ditangkap, versi keterangan yang bertentangan dengan banyak laporan media Barat.
Artikel itu memang menyebutkan bahwa Li ditegur oleh polisi karena ”menyebarkan desas-desus”. Meskipun Li kemudian disebut di antara ”martir” yang diratapi oleh warga China, penyelidikan atas kasusnya juga mendapat kecaman secara luas, khususnya secara daring.
Untuk menolak pernyataan Presiden AS Donald Trump dan Pompeo yang menyebut virus penyebab Covid-19 sebagai ”virus China” atau ”virus Wuhan", artikel tersebut mengutip dokumen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa nama virus tidak boleh secara spesifik mengandung atau menyebutkan nama negara.
Kasus infeksi baru
Kasus-kasus infeksi baru Covid-19 terus dilaporkan muncul di China. Pemerintah China melaporkan 17 kasus Covid-19 pada 10 Mei. Selain naik dari sehari sebelumnya, data itu juga menandai peningkatan harian tertinggi sejak 28 April lalu. Meskipun jumlah kasus baru tetap jauh lebih rendah dari puncak wabah pada Februari, data tersebut menggarisbawahi adanya risiko lanjutan yang ditimbulkan Covid-19.
Dengan telah menyebarnya pandemi secara global, Beijing terus mendesakkan kewaspadaan, bahkan ketika negara itu mencoba untuk memulai kembali kegiatan-kegiatan perekonomiannya. Dari kasus-kasus baru yang dilaporkan pada Minggu, tujuh kasus disebut sebagai kasus impor di Mongolia yang melibatkan pelancong dari luar negeri. Dalam laporan sehari sebelumnya, dilaporkan dua kasus impor.
Wuhan, pusat penyebaran wabah di China, juga melaporkan lima kasus Covid-19 baru yang ditransmisikan secara lokal. Ini angka penularan tertinggi sejak 11 Maret lalu. Semua berada di kompleks perumahan yang sama di kota itu.
Provinsi Jilin Timur Laut, yang pada hari Sabtu melaporkan adanya beberapa infeksi di salah satu kota, juga melaporkan tiga kasus lokal baru. Provinsi Liaoning dan Heilongjiang yang berdekatan masing-masing melaporkan satu kasus, menambah kekhawatiran tentang kemungkinan kebangkitan lagi wabah di wilayah tersebut. (REUTERS)