Dua Tentara AS Didakwa Terlibat Konspirasi dan Terorisme
Mantan tentara AS yang diduga terlibat dalam upaya penggulingan Presiden Venezuela Nicolas Maduro dituduh melakukan terorisme dan konspirasi.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
Caracas, Minggu - Jaksa Agung Venezuela Tarek William Saab mendakwa dua mantan tentara Baret Hijau Amerika Serikat atas tuduhan terorisme dan konspirasi dalam upaya menggulingkan Presiden Venezuela Nicolas Maduro yang gagal, pekan lalu.
Kedua mantan tentara AS yang pernah bertugas di Irak itu, Luke Alexander Denman (34) dan Airan Berry (41), termasuk diantara 17 tentara bayaran yang ditangkap militer Venezuela segera setelah upaya serangan itu gagal.
Saab, Jumat (8/5/2020), menjelaskan selain tuduhan terorisme dan konspirasi, kedua tentara AS itu juga dituduh terlibat dalam perdagangan senjata ilegal dan bekerja sama melakukan kejahatan. Keduanya diancam pidana penjara 25-30 tahun.
Selain kedua tentara itu, Venezuela juga sudah meminta surat perintah penangkapan mantan tentara AS Jordan Goudreau yang dituduh mengelola dan melatih pasukan bayaran itu. Surat perintah itu juga dimasukkan ke dalam sistem Interpol.
Maduro menuding Presiden AS Donald Trump berada di balik rencana serangan itu. Saab juga mengingatkan warga Venezuela, siapapun itu, yang terlibat dalam rencana itu akan diadili karena berkonspirasi dengan pemerintah asing.
Trump langsung membantah tuduhan itu. “Kalau saya mau menyerang Venezuela, saya tidak akan merahasiakannya. Saya tidak akan pernah mengirim kelompok kecil. Yang datang pasti pasukan tentara dan bentuknya jelas serangan,” kata Trump kepada Fox News.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berjanji akan menggunakan cara apapun untuk membawa pulang dua warga AS itu.
Lawan politik
Bagi Maduro, serangan yang gagal itu mirip dengan serangan Bay of Pigs pada tahun 1961, yang juga gagal. Pada waktu itu, ada warga Kuba yang diam-diam dibiayai dan diarahkan oleh Pemerintah AS untuk menggulingkan pemimpin Kuba Fidel Castro.
Serupa dengan itu, Saab menuduh pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, mendalangi serangan itu. Apalagi sebelumnya Guaido juga pernah didukung AS dan lebih dari 50 negara saat berusaha melawan Maduro. Saab menuding Guaido menandatangani kontrak senilai 212 juta dollar AS dengan pasukan bayaran dengan uang dari perusahaan minyak negara AS, PDVSA.
Penasihat Guaido, Rendon, saat diwawancara CNN, juga mengaku Guaido menandatangani kontrak dengan perusahaan keamanan swasta, Silvercorp USA yang didirikan Goudreau. Veteran Irak dan Afganistan mengaku adanya operasi yang diklaim dilakukan Silvercorp yang dikontrak oposisi Venezuela.
Dalam video itu, Goudreau mengklaim adanya kontrak yang ditandatangani Guaido. Namun hal ini langsung dibantah Guaido. Ia juga mengatakan kepada harian The Washington Post bahwa ia menyewa Denman dan Berry sebagai supervisor dan ia sudah mengenal mereka selama bertahun-tahun.
Guaido membalas dengan menuding pemerintahan Maduro mencari alasan saja untuk menjegalnya. Meski rezim Venezuela kerap menuding berusaha menggulingkan Maduro, Guaido sampai sekarang tidak pernah ditahan atau dihukum. (AFP)