Tak Peduli Korona, Penggundulan Hutan Amazon Menggila
Pandemi Covid-19 dinilai membuat kondisi lebih rumit yang dapat mengancam hutan Amazon. Brasil, yang menampung lebih dari 60 persen Amazon, adalah pusat pandemi di Amerika Latin.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SAO PAULO, JUMAT — Di tengah perhatian dunia yang berpusat pada pandemi Covid-19, aktivitas penggundulan hutan di hutan hujan Amazon ternyata semakin marak. Data satelit menunjukkan daerah yang gundul di hutan Amazon di wilayah Brasil mencapai luasan tertinggi bulanan, meningkatkan kekhawatiran terulangnya data kehancuran hutan itu pada tahun lalu.
Menurut data yang dirilis oleh National Space Research Institute (INPE) Brasil, Jumat (8/5/2020), kawasan hutan Amazon yang rusak selama Januari-April tahun ini telah mencapai 1.202 kilometer persegi atau 464 mil persegi. Luasan wilayah itu sama dengan 20 kali ukuran luas Manhattan di Amerika Serikat. Pihak INPE menyatakan cakupan wilayah yang rusak itu adalah titik tertinggi baru dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. INPE menggunakan gambar satelit untuk melacak kehancuran itu.
Data tersebut juga menunjukkan kehancuran hutan yang terjadi meningkat 55 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Luasan itu juga yang tertinggi empat bulanan sejak INPE mencatat deforestrasi bulanan sejak Agustus 2015. Angka-angka ini menimbulkan pertanyaan baru tentang seberapa baik Brasil melindungi hutan hujan terbesar di dunia itu, khususnya di wilayahnya.
Pandangan mata pun tertuju pada sosok Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Ia adalah seorang yang skeptis terhadap fenomena perubahan iklim. Berasal dari sayap kanan, Bolsonaro mengadvokasi pembukaan lahan yang dilindungi untuk pertambangan dan pertanian.
”Sayangnya, sepertinya apa yang dapat kita ’harapkan’ untuk tahun ini adalah kebakaran dan penebangan hutan yang memecahkan rekor,” kata juru kampanye Greenpeace, Romulo Batista, dalam sebuah pernyataan.
Tahun lalu, di tahun pertama Bolsonaro menjabat, deforestasi melonjak 85 persen di Amazon yang masuk wilayah Brasil, menjadi 10.123 kilometer persegi hutan. Kehilangan itu—hampir seukuran luas negara Lebanon—memicu alarm di seluruh dunia atas masa depan hutan hujan, yang dipandang penting untuk mengendalikan perubahan iklim secara global itu. Mayoritas wilayah hutan Amazon mencakup bagian utara Brasil, lalu sebagian di beberapa wilayah negara lain di Amerika Selatan, seperti Kolombia dan Peru.
Kerusakan tahun lalu ikut dipicu oleh kebakaran hutan yang hebat yang mengamuk di seluruh Amazon dari Mei hingga Oktober, di samping pembalakan liar, penambangan, dan pertanian di tanah yang dilindungi. Tren sejauh ini pada tahun 2020 semakin mengkhawatirkan karena tinggi operasi penebangan yang biasa dimulai pada akhir Mei.
”Awal tahun bukanlah waktu di saat deforestasi biasanya terjadi karena hujan dan banyak hujan lebat,” kata Erika Berenguer, seorang ahli ekologi di Universitas Oxford dan Lancaster, Inggris. ”Di masa lalu, ketika kita melihat peningkatan deforestasi di awal tahun, itu merupakan indikator bahwa ketika musim deforestasi dimulai, maka anda akan melihat peningkatan juga.”
Kerusakan tahun lalu ikut dipicu oleh kebakaran hutan yang hebat yang mengamuk di seluruh Amazon dari Mei hingga Oktober, di samping pembalakan liar, penambangan, dan pertanian di tanah yang dilindungi.
Bolsonaro pada pekan ini memberi wewenang kepada militer untuk mengerahkan personelnya guna memerangi kebakaran dan penggundulan hutan, dimulai 11 Mei ini. Tahun lalu, Bolsonaro juga mengerahkan tentara setelah mendapat kritik pedas internasional karena meremehkan kebakaran.
Pemerhati lingkungan mengatakan, rencana yang lebih baik adalah memberikan lebih banyak dukungan untuk program perlindungan lingkungan Brasil.
Masalah lain dengan strategi militer pemerintah, kata Berenguer, adalah bahwa ia hanya berfokus pada kebakaran. Namun, hal itu mengabaikan fakta bahwa kebakaran sering disebabkan oleh petambang, petani, dan peternak ilegal yang melibas pohon dan kemudian membakarnya. ”Mengatasi kebakaran, seperti saya menggunakan parasetamol karena saya sakit gigi: itu akan mengurangi rasa sakit, tetapi jika itu rongga, maka hal itu tidak akan menyembuhkannya,” katanya.
Di bawah Bolsonaro, badan lingkungan IBAMA telah menghadapi pemotongan jumlah staf dan anggaran. Bulan lalu, pemerintah memecat petugas penegak lingkungan tertinggi badan itu setelah ia mengizinkan penggerebegan penambang ilegal.
Pusat pandemi
Di Amazon, pandemi Covid-19 dinilai hanya membuat segalanya menjadi lebih rumit. Brasil, negara dengan sebagian besar wilayah Amazon berada, adalah pusat pandemi di Amerika Latin, dengan hampir 10.000 kematian. Negara Bagian Amazonas, sebagian besar ditutupi oleh hutan, telah menjadi salah satu yang paling terpukul. Dengan hanya satu unit perawatan intensif, wilayah itu telah kewalahan oleh wabah Covid-19 itu.
Ada juga kekhawatiran akan dampak buruk yang mungkin ditimbulkan oleh Covid-19 yang menyebar di antara masyarakat adat. Mereka adalah kaum yang secara historis rentan terhadap penyakit dari luar.
Wali kota Manaus Arthur Virgilio pun mendesak komunitas global untuk memberi bantuan. ”Kami membutuhkan tenaga medis, ventilator, peralatan pelindung, apa pun yang bisa menyelamatkan nyawa mereka yang melindungi hutan,” katanya.
Tidak jelas apakah pandemi ini akan berdampak pada penggundulan hutan. ”Ada jaringan faktor-faktor yang terhubung (mendorong deforestasi), dan dalam konteks pandemi Covid-19 banyak hal bahkan lebih mengkhawatirkan,” kata juru bicara Greenpeace Brazil, Carolina Marcal. (AFP)