Sepeda untuk Kehidupan Manusia, Sekali Mengayuh Kota-kota Terpolusi Terlampaui
Jika selama ini moda transportasi yang ramah lingkungan menjadi alasan utama untuk menggapai Bumi yang sehat, kini dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 juga bisa menjadi momentum untuk memperkuat perjuangan.
Kota-kota dunia merancang ulang pembangunan transportasi dengan memperluas jalur sepeda. Kebijakan itu untuk mempertahankan kualitas udara bagi kehidupan manusia yang telah tercipta selama karantina.
Kebijakan karantina atau pembatasan sosial yang memaksa warga tetap tinggal di rumah tidak hanya mampu mencegah penyebaran penyakit Covid-19. Itu juga menurunkan tingkat polusi karena jumlah kendaraan bermotor di jalanan jauh berkurang. Kualitas udara pun membaik dan langit kerap terlihat cerah bersih.
Pada pertengahan Januari hingga pertengahan Februari, emisi karbon di China, misalnya, turun 25 persen. Di Delhi, India, yang kualitas udaranya terburuk di dunia bisa turun sampai 75 persen karena kemacetan lalu lintas berkurang hingga 59 persen.
Di Paris, Perancis, tingkat nitrogen oksida beracun turun 70 persen. Dengan jumlah kendaraan di jalanan yang berkurang hingga 73 persen, emisi beracun di London, Inggris, turun 50 persen.
Kabar baik ini membuat sejumlah negara berencana mempertahankan kondisi ini setelah kebijakan karantina dan pembatasan sosial dilonggarkan atau bahkan dicabut. Apalagi setelah situs BBC News, 1 Mei lalu, menyebutkan polusi membuat penyakit Covid-19 semakin mematikan bahkan berkontribusi pada penyebaran virus.
Baca juga : Sepeda, Moda Transportasi Aman dan Ramah Lingkungan
Berbagai kota di dunia sudah mulai gencar mendorong warga untuk berjalan kaki atau bersepeda saja jika hendak bepergian, terutama untuk jarak pendek. Selain lebih ramah lingkungan, jarak fisik dengan orang lain juga bisa dijaga.
Untuk mengakomodasi kebutuhan pejalan kaki dan pesepeda, jalur khusus sepeda dan pejalan kaki semakin banyak diperluas di wilayah perkotaan seperti Berlin, London, Paris, Brussels, Budapest, Mexico City, New York, Dublin, Lima, Barcelona, dan Bogotá.
Brussels menetapkan seluruh pusat kota menjadi wilayah prioritas bagi pesepeda dan pejalan kaki. Milan, Italia, juga tak mau tanggung-tanggung mengubah 35 kilometer ruas jalan menjadi khusus untuk pesepeda. Wali Kota London Sadiq Khan juga memperluas trotoar bagi pejalan kaki dan menambah jalur sepeda karena bus dan kereta harus membatasi jumlah penumpang untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Baca juga : Tidak Hanya Jakarta, New York dan Amsterdam Juga Masih Berjuang Mengelola Jalur Sepeda
Aturan jaga jarak fisik diperkirakan bisa mengurangi kapasitas kereta sampai 15 persen dan 12 persen untuk bus. ”Kebijakan jaga jarak fisik akan tetap berlaku sehingga jumlah pengguna bus dan kereta harus dikurangi,” kata Khan.
Wali Kota Bogota, Kolombia, Claudia Lopez selama masa karantina menutup jalan sepanjang 117 kilometer setiap hari agar pejalan kaki dan pesepeda bisa lebih leluasa bergerak. Bahkan, Lopez menambah luasan jalur khusus sepeda sepanjang 80 kilometer.
Wali Kota Paris, Perancis, Anne Hidalgo menjanjikan pada 2024 semua jalanan sudah ramah sepeda dan memindahkan 72 persen tempat parkir mobil di pinggir jalan.
Inisiatif berbagai pemerintah ini dinilai Direktur Eksekutif Kampanye Bersepeda London Ashok Sinha tepat karena akan bisa mengubah kebiasaan bepergian yang lebih sehat dan ramah lingkungan.
”Setelah pandemi ini, jangan sampai kota kembali dipenuhi udara beracun, emisi karbon tinggi, dan jalanan macet,” ujarnya.
Baca juga : Mengayuh Asa di Jalur Sepeda
Ketika warga sulit bergerak dengan mobil, bus, dan kereta, banyak yang kemudian beralih ke sepeda. Pada Maret, menurut BBC News, jumlah pengguna layanan penyewaan sepeda berbasis aplikasi (bike-share system) di Beijing naik 150 persen dan di New York 67 persen.
Presiden asosiasi pesepeda Perancis, Club des Villes et Territoires Cyclables, Pierre Serne memperkirakan akan lebih banyak orang yang memilih bersepeda daripada naik angkutan umum karena khawatir tertular virus. Ini berarti akan ada jutaan pesepeda baru di jalanan yang membutuhkan fasilitas pendukung yang bersifat permanen.
”Ada pandemi atau tidak, bersepeda itu salah satu cara tersehat dan terbersih untuk bepergian terutama di perkotaan,” ujarnya.
Baca juga : Komunitas Sepeda Tak Sekadar Mengayuh dan Mengunyah
Raj Anand, warga London, biasanya bersepeda hanya untuk berolahraga. Namun, belakangan ia setiap hari bersepeda ke kantor dari rumahnya di pinggir kota karena enggan memakai angkutan umum. Ia hanya takut akan tersenggol kendaraan lain karena belum ada jalur khusus sepeda dari rumah ke pusat kota.
”Tetapi, saya lebih takut ketularan korona kalau naik angkutan umum. Mungkin sekarang saatnya kita lebih banyak jalan kaki dan bersepeda. Lebih murah dan lebih sehat,” ujarnya.
Serne mengatakan, untuk daerah-daerah pinggiran kota Paris, ada rencana membangun 750 kilometer jalur khusus sepeda baru agar komuter dapat bersepeda sampai ke luar kota Paris dengan sepeda kayuh biasa atau sepeda listrik. Saat ini, Paris sudah memiliki 370 kilometer jalur sepeda.
Untuk menambah antusiasme bersepeda, Menteri Lingkungan Hidup Perancis Elisabeth Borne, Rabu lalu, menjanjikan bantuan uang perbaikan sepeda sekitar Rp 1 juta untuk setiap warga yang memenuhi ketentuan. Total anggaran yang disiapkan untuk itu 21,7 juta dollar AS. Sebagian uang itu juga akan dialokasikan untuk memberikan kursus bersepeda gratis sejam dan pembuatan rak-rak untuk parkir sepeda. Dalam kursus antara lain akan diajarkan keterampilan bersepeda, memahami semua rute sepeda, dan aturan serta etika bersepeda di jalan raya.
Baca juga : Semua Stasiun MRT Sediakan Parkir Sepeda Bulan Depan
Borne berharap cara ini akan mendorong orang meninggalkan kendaraan bermotor jika hanya hendak bepergian jarak dekat demi menurunkan tingkat polusi. Sebelum pandemi, 60 persen jarak tempuh warga bepergian hanya 5 kilometer sehingga bersepeda sebenarnya solusi yang lebih masuk akal.
Seusai berbicara dengan Federasi Pengguna Sepeda Perancis, Borne menjelaskan di situs federasi itu nanti akan ada daftar berisi 3.000 mekanik sepeda yang dapat memperbaiki sepeda apa pun dengan biaya maksimal Rp 1 juta seperti mengganti ban atau rantai yang sudah usang atau rusak.
Tak mudah
Uang itu juga bisa dibelikan aksesori dan kelengkapan keamanan diri seperti helm, lampu, dan kunci atau gembok sepeda. Seusai perbaikan, nanti para mekanik itu yang akan mengajukan penggantian uang ke pemerintah.
Meski jumlah pesepeda dan pejalan kaki semakin banyak, tak mudah mengubah kebiasaan warga untuk betul-betul meninggalkan kendaraan bermotor. Apalagi jika tak ada lagi ancaman penyakit Covid-19.
Carlos Calvo Ambel, direktur di kelompok lingkungan hidup Transportasi dan Lingkungan Hidup di Belgia, mengingatkan perlu kebijakan yang mendukung moda transportasi yang ramah lingkungan.
”Ini kesempatan untuk menata ulang apa saja fasilitas yang harus disediakan untuk memfasilitasi moda transportasi ramah lingkungan,” kata Ambel.
Direktur Eksekutif Our Four Cities, lembaga nonpemerintah di Afrika, Rashiq Fataar menekankan transportasi aman, ramah lingkungan, tidak padat, mudah diakses, efisien, dan biaya terjangkau mesti menjadi standar dalam perencanaan transportasi. Warga masih akan berpaling ke kendaraan bermotor jika itu tidak terpenuhi.
Baca juga : Jalur Sepeda Jakarta
Pandemi Covid-19 ini mengubah wajah transportasi dunia. Inilah saatnya berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk merancang ulang pembangunan wilayah untuk memenuhi kebutuhan manusianya, bukan untuk kendaraan bermotor.
Jika selama ini moda transportasi yang ramah lingkungan menjadi alasan utama untuk menggapai Bumi yang sehat, kini dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 juga bisa menjadi momentum untuk memperkuat perjuangan.
Hal ini bisa dimulai dari satu kayuhan sepeda atau langkah kaki kita sehingga satu per satu kota di dunia, termasuk Jakarta, akan bersih dari polusi. (REUTERS/AFP/AP)