Pukulan Keras bagi Putin Itu Bernama Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 seperti menjadi mimpi buruk bagi setiap negara di dunia tak terkecuali negara besar seperti Rusia. Tak hanya aspek kesehatan, pandemi juga meruntuhkan ekonomi dan merontokkan kepercayaan publik.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
Parade militer bombastis yang melintasi Lapangan Merah Sabtu besok akan menjadi agenda tontonan tahun ini dalam kalender Kremlin. Berdiri bersama Presiden China Xi Jinping dan Presiden Perancis Emmanuel Macron, Presiden Rusia Vladimir Putin akan menyaksikan prosesi parade militer Rusia selama 90 menit, memperlihatkan 15.000 prajurit dan berbagai alat pertahanan Rusia.
Namun, itu adalah rencana agenda sebelum pandemi terjadi.
Kini, jet-jet militer akan terbang melintasi Moskwa yang lengang menyemburkan asap merah, putih, dan biru untuk menandai 75 tahun sejak kekalahan Nazi Jerman. Putin akan meletakkan rangkaian bunga di sebuah tugu peringatan perang dekat Lapangan Merah dan berbicara kepada warganya yang kesal dengan caranya mengatasi pandemi.
Parade militer yang ditiadakan bukanlah satu-satunya ”korban” pandemi. Ekonomi Rusia juga terganggu, perdana menteri dirawat di rumah sakit karena Covid-19, dan popularitas Putin juga terpangkas.
Tantangan Putin
Warga Rusia dijadwalkan memberikan suaranya pada reformasi konstitusi yang akan membukakan jalan bagi Putin untuk tetap berkuasa hingga 2036. Namun, agenda itu gagal oleh pandemi Covid-19.
Apa yang seharusnya menjadi musim semi kemenangan bagi Putin kini telah menjadi kekecewaan politik, ujar para pengamat. Sesuatu yang kemungkinan akan sulit dipulihkan.
”Inilah untuk pertama kali dalam 20 tahun Putin menghadapi krisis yang begitu serius,” kata analis politik Tatiana Stanovaya. ”Ini adalah pengalaman baru baginya.”
Waktu datangnya pandemi yang berbarengan dengan langkah Putin melakukan reformasi konstitusional besar-besaran merupakan ”pukulan telak bagi rencananya”.
Setelah melaporkan kasus Covid-19 yang lebih sedikit dibandingkan negara Eropa barat yang lain, kasus Covid-19 di Rusia terus naik dalam beberapa hari terakhir. Pada Jumat (8/5/2020), di Rusia ada 177.160 kasus Covid-19, peringkat kelima setelah Amerika Serikat, Spanyol, Italia, dan Inggris. Adapun jumlah meninggal sebanyak 1.625 kasus.
Pekan ini Putin mengapresiasi respons jajaran pemerintahannya dengan mengatakan bahwa dengan pemeriksaan massal dan angka kematian yang rendah, Rusia menjadi model bagi negara lain. ”Apa yang kita lakukan sudah benar. Banyak negara lain mengikuti cara kita,” ujarnya.
Namun, banyak warga Rusia tak sependapat. Tidak seperti pemimpin negara lain yang melawan pandemi, popularitas Putin dalam menangani krisis belum terangkat. Menurut lembaga jajak pendapat independen, Levada, popularitas Putin jatuh hingga 59 persen bulan April lalu, padahal sebelumnya, yakni Maret, masih 63 persen.
Perekonomian Rusia yang sudah terganggu sanksi Barat kini menghadapi ancaman yang serius dari pandemi. Hal ini berpotensi memperdalam kebencian terhadap Kremlin.
Sejak Rusia memberlakukan penutupan wilayah untuk menekan penyebaran Covid-19, pengusaha kecil telah berjuang untuk bertahan dan jutaan warga Rusia tak memiliki pendapatan meskipun pemerintah berjanji membantu pelaku ekonomi dan warga.
Igor Nikolayev, Direktur Institute for Strategic Analyst di FBK Grant Thornton, mengatakan, krisis kali ini kebetulan bertepatan dengan jatuhnya harga minyak yang merupakan penyumbang ekspor utama bagi Rusia.
Nikolayev mengatakan, warga Rusia tidak siap menghadapi guncangan ganda ini. Sebanyak 60 persen warga tidak memiliki tabungan, dan pendapatan riil turun 7,5 persen sejak setahun terakhir.
Rusia bisa menghadapi badai cobaan ini selama 18 bulan berkat cadangan kekayaannya yang mencapai 150 miliar dolar AS. ”Akan tetapi, jika krisis ini terus terjadi dan kehidupan tidak menjadi lebih baik, ini akan memengaruhi sikap warga terhadap pemerintah,” ujar Nikolayev.
Putin akan bangkit kembali tentunya. Dia telah melalui banyak krisis dalam 20 tahun masa kepemimpinannya dan diakui banyak warga Rusia karena telah mengeluarkan negara itu dari kekacauan tahun 1990 dan memulihkan prestise global.
Para pejabat pun mengatakan, parade dan pemilihan konstitusional akan digelar akhir 2020. Meski demikian, analis dari Carnegie Moscow Centre, Andrei Kolesnikov, mengatakan, itu saja tidak akan cukup untuk menyelamatkan Putin.
”Putin menikmati dukungan warga Rusia selama bertahun-tahun. Kini, dia akan menghadapi dukungan terhadapnya menurun,” kata Kalesnikov.
”Dalam konteks krisis Covid-19, pemungutan suara tidak akan memobilisasi negara,” kata Kalesnikov. Parade militer sendiri ”tidak akan membantu banyak untuk menaikkan kembali popularitas Putin yang jatuh”.
Stanovaya mengatakan, setelah bertahun-tahun dalam kekuasaan, Putin ”berjarak dari rakyat” dan kehilangan kemampuan untuk berempati dengan warga Rusia.
”Apabila Kremlin tidak bisa mengatasi masalah-masalah ekonomi, masalah sosial akan tumbuh, akan muncul protes,” kata Stanovaya. (AFP)