Dokumen setebal 42 halaman mengungkapkan dugaan keterlibatan tokoh oposisi Juan Guaido dalam rencana penggulingan Presiden Nicolas Maduro.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Sebuah dokumen kontrak setebal 42 halaman menyebutkan kerja sama senilai lebih dari 213 juta dollar Amerika Serikat pelaksanaan kudeta terhadap pemimpin Venezuela, Nicolas Maduro. Pengungkapan dokumen itu semakin menyudutkan pemimpin oposisi dukungan As, Juan Guaido.
Pengungkapan dokumen itu pertama kali dilakukan oleh koran The Washington Post, Kamis (7/5/2020) waktu setempat atau Jumat (8/5/2020) waktu Indonesia. Terdapat beberapa logo partai pendukung utama tokoh oposisi Guaido di dalam dokumen, di antaranya First Justice, Popular Will, Democratic Action, dan A New Era.
Selain itu, terdapat tanda tangan penasihat Guaido, Juan Rendon, di dalam dokumen yang diperlihatkan Presiden Maduro ketika mengumumkan adanya keterlibatan oposisi dalam rencana penggulingan dirinya. Rendon, kepada kantor berita Reuters, mengatakan, dirinya berbicara dengan Jordan Goudreau, pemimpin Silvercorp—perusahaan yang menyediakan tentara bayaran untuk aksi-aksi seperti ini. Namun, sejak November 2019, perbincangan soal ini dihentikan. ”Dia (Goudreau) berjalan sendiri,” kata Rendon.
Selain Rendon, tanda tangan anggota legislatif Sergio Vergara juga tercantum di dalam dokumen tersebut. Vergara hingga saat ini belum mengeluarkan pernyataan soal keberadaan tanda tangannya di dalam dokumen itu.
Dua partai oposisi, First Justice dan A New Will, mengeluarkan pernyataan soal dugaan keterlibatan mereka di dalam rencana penggulingan Maduro. Mereka menyatakan, kekuatan demokratik tidak menggunakan, memanfaatkan, atau mendanai kelompok gerilya, kelompok paramiliter atau tentara bayaran, serta tidak akan mendorong terjadinya kerusuhan. Mereka, di dalam pernyataannya, mendorong adanya transisi pemerintahan.
Hingga saat ini tidak ada pernyataan resmi dari Guaido terkait dokumen tersebut. Sebelumnya, Guaido menyatakan, penangkapan anggota kelompok tentara bayaran oleh militer Venezuela hanya merupakan pengalihan isu yang dilakukan Maduro karena tidak mampu mengatasi krisis yang kini tengah dihadapi oleh rakyat Venezuela.
Detail rencana
Di dalam dokumen itu dijelaskan tentang detail taktis, seperti penggunaan ranjau darat hingga perlengkapan yang dibutuhkan apabila kerusuhan terjadi pascakudeta. Namun, dokumen itu tidak menjelaskan detail bagaimana upaya yang dilakukan kelompok tentara bayaran ini untuk mengatasi militer yang setia kepada Maduro dan Partai Sosialis yang berkuasa.
Pada Kamis kemarin, televisi pemerintah menayangkan pernyataan salah satu anak buah Goudreau yang ditangkap, Airan Berry. Ia menyatakan, misi mereka adalah mengendalikan target khusus, yaitu seperti badan intelijen Sebin dan kelompok intelijen militer DGCIM, serta untuk ”mendapatkan” Maduro.
Sementara Maduro dalam wawancara pada hari yang sama mengatakan, saluran komunikasi informal antara Caracas dan Washington telah mati sejak serangan gagal. Meski ada konflik di antara Caracas dan Washington, menurut Maduro, kedua pemerintahan selalu berkomunikasi. ”Sejak 3 Mei terputus. Mereka bisu. Diam total,” kata Maduro.
Sejak upaya kudeta itu digagalkan, Maduro menuding Pemerintah AS dan Kolombia berada di balik kegiatan tersebut. Kolombia dan AS membantah.
Amatir
Pemimpin kelompok tentara bayaran yang berbasis di Florida, Jordan Goudreau, setelah sempat mengunggah videonya di Youtube, kini menghilang dari peredaran. Kantor berita AP yang sempat berhubungan dengan Goudreau, kehilangan jejak. Nomor telepon yang biasa digunakan mantan anggota militer AS ini tidak aktif lagi.
Sejumlah pihak menyebutkan kecurigaannya terhadap operasi perusahaan jasa keamanan ini. Apalagi apabila menilik situs resmi milik perusahaan, Silvercorp, AS, menurut kantor berita AP, dibangun di atas upaya plagiasi dari situs resmi Departemen Keamanan Dalam Negeri atau Homeland Security.
David Volk, pengacara yang pernah mewakili Goudreau dalam beberapa kali perundingan kerja sama dengan para staf Guaido, menolak berbicara. ”Tolong berhenti menghubungi kantor kami,” kata Volk melalui surat elektronik.
Sean McFarte, seorang kontraktor militer swasta, mengatakan, perilaku yang ditunjukkan oleh Goudreau mengkhawatirkan, apalagi berimbas pada hubungan luar negeri dua negara.
Dia juga mengakui banyak penipu dan kaum amatiran mencoba mengincar bisnis tentara bayaran karena tergiur nominal yang besar. Goudreau, menurut dia, mungkin salah satu di antaranya.
”Silvercop adalah sebuah kelompok yang tidak dapat menembak target dengan baik,” kata McFarte. (AP/Reuters)