Korsel-Indonesia Perlu Tingkatkan Kerja Sama Perbaikan Kapasitas Kesehatan
Pandemi Covid-19 tak mengenal teritori negara. Karena itu, dunia belum aman sampai semua negara mampu mengendalikan pandemi dengan baik. Kerja sama antarnegara di bidang kesehatan pun perlu terus ditingkatkan.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 telah memperlihatkan betapa kapasitas sistem kesehatan negara-negara di dunia masih belum mampu menghadapi pandemi dengan baik. Ke depan, kerja sama bilateral di bidang kesehatan perlu ditingkatkan untuk membangun kapasitas sistem kesehatan yang lebih baik.
Demikian benang merah seminar daring bertajuk ”Indonesia-Korea Cooperation in Dealing with Covid-19, Lessons from Both Countries” yang diadakan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia bekerja sama dengan Korea Foundation, Rabu (6/5/2020) siang.
Hadir menjadi pembicara Wakil Khusus Korea Foundation untuk Diplomasi Kesehatan sekaligus penasihat Global Center for Infectious Disease Seoul National University College of Medicine, Youngmee Jee; Direktur Eksekutif CSIS Indonesia Philips J Vermonte; serta Direktur Jenderal Asia, Pasifik, dan Afrika Kementerian Luar Negeri Desra Percaya.
Selain itu, hadir juga Duta Besar Korsel untuk Indonesia Kim Chang-beom dan Duta Besar Indonesia untuk Korsel Umar Hadi.
Youngma Jee mengatakan, ”Pandemi Covid-19 belum bisa dikendalikan jika belum semua negara berhasil mengatasi kasus Covid-19 di negaranya masing-masing.” Untuk itulah, membangun kerja sama antarnegara untuk bisa saling berbagi pengalaman dan belajar satu sama lain guna memperkuat sistem kesehatan menjadi opsi yang perlu digalakkan ke depan.
Dunia menilai Korsel berhasil mengendalikan Covid-19 dengan melakukan tes yang masif dan inovatif.
Dunia menilai Korsel berhasil mengendalikan Covid-19 dengan melakukan tes yang masif dan inovatif menggunakan teknologi informasi untuk menegakkan kebijakan pembatasan jarak fisik serta menyiapkan layanan kesehatan untuk menampung pasien positif Covid-19. Kini, kasus baru harian Covid-19 di Korsel pun sudah sangat jauh berkurang.
Youngmee Jee mengatakan, ada sejumlah pelajaran penting yang bisa dibagi dari pengalaman Korsel menghadapi Covid-19. Pertama, bertindak cepat sangatlah krusial.
Akhir Januari, ketika kasus Covid-19 belum banyak, otoritas kesehatan Korsel sudah merencanakan memproduksi alat tes yang berbasis reaksi rantai polimerase (PCR). Alhasil, awal Februari, Korsel sudah memiliki alat tes untuk mendeteksi Covid-19.
Selain itu, layanan kesehatan juga andal. Korsel memiliki rasio tempat tidur per 1.000 penduduk sebesar 12,27. Angka ini lebih besar dibandingkan Jerman (8 tempat tidur per 1.000 penduduk) atau bahkan Amerika Serikat (2,77 tempat tidur per 1.000 penduduk).
Menurut Jee, Korsel belajar dari pengalaman epidemi sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) tahun 2015 silam. Sejak MERS, Korsel membenahi sistem kesehatannya dengan serius.
”Mereka yang memiliki pengalaman menghadapi MERS, seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Hong Kong, relatif berhasil mengatasi Covid-19.”
Sementara Indonesia, menurut Philips, memiliki beberapa kelemahan dalam merespons pandemi Covid-19, mulai dari pengambilan keputusan yang lambat, kesiapan akan bencana atau krisis, dan ketangguhan sistem layanan kesehatan.
Dalam aspek kapasitas melakukan tes, misalnya, Indonesia hanya melakukan 1,8 tes per 1.000 penduduk, sedangkan Korsel 11,5 per 1.000 penduduk. Sistem pengumpulan dan pelaporan data pun masih menjadi masalah. Untuk itu, Indonesia bisa belajar banyak dari Korsel.
Desra menuturkan, tidak ada negara yang bebas dari risiko pandemi. Virus korona baru penyebab Covid-19 menyebar tak pandang batas teritori negara. Oleh karena itu, cara untuk menghadapinya adalah dengan koordinasi dan kerja sama internasional.
Sementara Kim menyatakan, Indonesia merupakan mitra strategis Korsel. Hubungan Korsel dan Indonesia terjalin dalam kemitraan sektor ekonomi yang cukup erat.
Selama pandemi berlangsung, pemerintah dan kalangan pengusaha Korsel telah memberikan bantuan alat-alat kesehatan, termasuk alat tes Covid-19, kepada Indonesia.
Ke depan, kerja sama kedua negara di bidang industri kesehatan bisa menjadi peluang untuk semakin mempererat hubungan kedua negara.
Adapun Umar Hadi menyampaikan, meski diterpa pandemi, kerja sama ekonomi Indonesia dan Korsel tetap berjalan baik. Bahkan, Umar memperkirakan, setelah kebijakan jaga jarak sosial di Korsel dikendurkan, sektor pariwisata kembali menggeliat.