Laporan Internal Beijing, Hubungan China-AS Pascapandemi Bisa Lebih Panas
Kementerian Keamanan China menyebutkan, sentimen global anti-China yang dipimpin Amerika Serikat pascapandemi Covid-19 akan berada pada titik tertinggi setelah peristiwa Lapangan Tiananmen, 31 tahun lalu.
BEIJING, SELASA — Sebuah laporan internal yang beredar di lingkungan Pemerintah China memperingatkan kemungkinan terjadi eskalasi sikap bermusuhan dengan Amerika Serikat setelah pandemi global Covid-19 berakhir.
Bahkan, laporan tersebut juga menyebutkan, eskalasi hubungan bermusuhan yang tecermin dalam sikap AS beberapa waktu belakangan ini bisa berujung pada konfrontasi.
Menurut beberapa orang yang paham dengan isi laporan tersebut, Selasa (5/5/2020), menyebutkan, Kementerian Keamanan Negara telah menyajikan laporan tersebut kepada para pemimpin China, termasuk Presiden Xi Jinping.
Dalam kesimpulannya, menurut sumber tersebut, Kementerian Keamanan Negara menyebutkan, sentimen global anti-China akan berada pada titik tertinggi setelah peristiwa Lapangan Tiananmen, 31 tahun yang lalu.
Baca juga: Laboratorium Wuhan di Tengah Pusaran Kontroversi Asal Virus Korona
Kementerian Keamanan Negara mengingatkan Presiden Xi Jinping untuk bersiap menghadapi gelombang sentimen anti-China yang dipimpin AS pascapandemi. Bahkan, kementerian ini meminta pemerintah menyiapkan skenario terburuk dalam bentuk konfrontasi senjata di antara kedua kekuatan global.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang menolak berkomentar, ”Saya tidak memiliki informasi yang relevan.” Kementerian Keamanan Negara juga tidak bisa dimintai konfirmasinya terkait dengan hal ini.
Memburuk
Adalah Institut Hubungan Internasional Kontempores China (CICIR), sebuah lembaga analis yang terafiliasi dengan Kementerian Ketahanan Negara—badan intelijen utama Pemerintah China—yang menyusun laporan tersebut.
Secara faktual, hubungan di antara kedua negara, yaitu China dan AS, dipandang sedang berada dalam situasi terburuk sejak beberapa dekade terakhir.
Ketidakpercayaan di antara keduanya, ditambah lagi dengan perang dagang dan teknologi, perselisihan sikap atas Hong Kong, Taiwan, dan Laut China Selatan, memperburuk hubungan bilateral kedua negara.
Baca juga: Saat Dunia Perangi Covid-19, China Bentuk Dua Distrik di Laut China Selatan
Dalam beberapa hari terakhir, Presiden AS Donald Trump yang sedang berusaha memenangi hati para calon pemilih untuk masa jabatan presiden yang kedua kalinya terus meningkatkan kritiknya terhadap Pemerintah China dan tengah mempertimbangkan tindakan balasan atas wabah tersebut.
Para pejabat di Beijing juga percaya bahwa AS ingin menghadang kebangkitan China, yang saat ini bersikap lebih agresif, baik dalam hal kebijakan luar negeri maupun hubungan ekonominya dengan banyak negara.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa Washington memandang gebrakan Pemerintah China dalam beberapa tahun terakhir, termasuk kemampuannya dalam menangani Covid-19 di negara tersebut, sebagai bentuk ancaman terhadap hegemoni AS, baik dalam bidang ekonomi, keamanan nasional, maupun ideologi demokrasi.
Laporan yang disampaikan kepada Reuters juga memperingatkan bahwa sentimen anti-China yang dipicu permasalahan Covid-19 ini bisa berujung pada resistensi proyek investasi Prakarsa Sabuk dan Jalan yang diinisiasi oleh China.
Sebaliknya, peningkatan bantuan keuangan dan dukungan militer untuk sekutu Washington di kawasan bisa membuat keamanan di Asia menjadi tidak stabil.
Baca juga: China dan Australia Bersitegang Lagi, Perang Mulut Terkait Covid-19
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Morgan Ortagus menyatakan, para pejabat Pemerintah China memiliki tanggung jawab khusus untuk menyebarluaskan informasi dan ancaman yang ditimbulkan oleh virus korona baru atau SARS-CoV-2 lebih cepat.
”Upaya Beijing untuk membungkam ilmuwan, jurnalis, dan warga negara dalam penyebaran informasi memperburuk krisis kesehatan ini,” kata Ortagus.
CICR, lembaga yang bertanggung jawab mengenai laporan tersebut, tidak bisa dimintai konfirmasinya.
Menyembunyikan informasi
Para pejabat Pemerintah AS meyakini bahwa Pemerintah China, dan khususnya pengelola laboratorium di Institut Virology Wuhan, tidak memberitahukan kepada dunia tentang bahaya penularan virus penyebab penyakit Covid-19. Tujuannya adalah untuk menimbun persediaan medis yang diperlukan untuk membantu proses perlambatan penularannya.
Sebuah dokumen yang disusun oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri (Departmen of Homeland Security atau DHS) menyebutkan, para pemimpin China dengan sengaja menyembunyikan tingkat keparahan pandemi Covid-19 dari dunia internasional pada awal Januari.
Dalam dokumen empat halaman yang diperoleh kantor berita AP, analisis DHS menilai, Pemerintah China memandang sebelah mata tingkat keparahan yang timbul akibat Covid-19 sambil berupaya menaikkan impor dan mengurangi ekspor perlengkapan medis.
Baca juga: Lagi, AS Klaim Virus Korona Baru Berasal dari Laboratorium China
Tidak hanya itu, laporan itu juga menyebutkan bahwa Pemerintah China menunda memberi tahu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) agar mereka memiliki waktu untuk mengimpor perlengkapan medis lebih banyak, khususnya masker wajah, alat pelindung diri, hingga sarung tangan untuk pasokan dalam negeri.
Analisis itu didasarkan pada perubahan dalam lalu lintas ekspor dan impor China yang tidak normal selama masa pandemi berlangsung.
China memberi tahu WHO tentang Covid-19 pada 31 Desember 2019. Ia menghubungi Pusat Pengendalian Penyakit AS pada 3 Januari dan secara terbuka mengidentifikasi patogen itu sebagai virus korona baru pada 8 Januari.
Pejabat Pemerintah China dan partai berkuasa membungkam dokter atau orang-orang yang coba memperingatkan tingkat kebahayaan virus tersebut. Namun, tidak ada bukti publik yang menyatakan bahwa itu adalah rencana yang disengaja untuk membeli persediaan medis dunia.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam wawancara dengan stasiun televisi ABC pada Minggu (3/5) kembali menekankan tudingan bahwa Pemerintah China menutupi apa yang sesungguhnya terjadi di dalam laboratorium Wuhan.
”Kita harus ingat bahwa China punya sejarah menginfeksi dunia dan mereka mengelola sebuah laboratorium yang keamanannya berada di bawah standar pengelolaan laboratorium dunia,” kata Pompeo.
Baca juga: Covid-19 Jangan Dijadikan Isu Politik, Dunia Butuh Kerja Sama Internasional
Pemerintah China, melalui surat kabar resmi Partai Komunis China (PKC), Global Times, menilai, tudingan Pompeo sangat tidak berdasar. Sebalikya, mereka menyatakan bahwa pemerintahan Donald Trump mencoba mengalihkan persoalan karena ketidakmampuannya menangani pandemi di wilayah negaranya sendiri. (AP/REUTERS)