Korut Pancing Baku Tembak untuk Unjuk Kekuatan Kim Jong Un
Insiden tembakan yang terjadi di ”daerah abu-abu” perbatasan kedua negara itu bisa jadi disengaja atau terencana mengingat terjadi hanya sehari setelah Pemimpin Korut Kim Jong Un kembali muncul di publik.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
SEOUL, SENIN — Dua negara bersaudara, Korea Selatan dan Korea Utara, kembali terlibat baku tembak di pos perbatasan satu hari setelah pemimpin rezim Korea Utara, Kim Jong Un, kembali muncul di publik. Insiden baku tembak berawal ketika ada tembakan dari arah Korea Utara, lalu dibalas tentara Korea Selatan dengan dua tembakan.
Kepala Staf Gabungan Militer Korea Selatan dalam pernyataan tertulisnya menyebutkan bahwa tembakan Korea Utara itu bukan upaya provokasi yang direncanakan karena terjadi di kawasan pertanian.
”Tidak jelas targetnya apa karena tidak terlihat akibat adanya kabut tebal. Kalau kondisinya begitu, apakah itu upaya provokasi?” kata seorang pejabat dari Kantor Kepala Staf Gabungan Militer Korsel, Minggu (3/5/2020).
Namun, Wakil Presiden Institut Asan untuk Studi Kebijakan Korsel Choi Kang justru menduga sebaliknya. Insiden tembakan yang terjadi di ”daerah abu-abu” perbatasan kedua negara itu bisa jadi disengaja atau terencana mengingat terjadi hanya sehari setelah Kim kembali muncul di publik.
Misteri keberadaan Kim ramai dibicarakan selama dua pekan terakhir. Ia dikabarkan sakit, operasi jantung, bahkan meninggal. Choi meyakini, tembakan itu termasuk upaya Korut untuk menunjukkan bahwa Kim masih memegang kendali militer Korut.
”Kim kemarin mau menunjukkan ia masih sehat. Sekarang, dia seperti mau membungkam spekulasi yang menilai Kim sudah kehilangan kendali atas militer. Kim cuma mau memberi tahu, dirinya sehat dan masih berkuasa,” kata Choi.
Guru Besar Studi Isu Internasional Ewha University, Korsel, Leif-Eric Easley juga berpendapat, insiden penembakan dari arah Korut itu bertujuan untuk membangkitkan semangat juang pasukan keamanan Korut yang berjaga di sepanjang garis perbatasan.
Selain itu, Korut juga tampaknya berusaha mendapatkan kembali posisi tawar dan kekuatan negosiasi yang hilang gara-gara desas-desus hilangnya Kim. ”Korsel dan Amerika Serikat mestinya tidak meremehkan pelanggaran kesepakatan militer oleh Korut,” ujarnya.
Kim cuma mau memberi tahu, dirinya sehat dan masih berkuasa.
Secara teknis, Korsel dan Korut masih dalam kondisi perang karena Perang Korea diakhiri dengan gencatan senjata pada tahun 1953. Kedua belah pihak terakhir kali saling tembak di daerah perbatasan pada tahun 2014.
Insiden penembakan juga terjadi pada 2017 ketika tentara perbatasan Korut menembaki seorang tentara Korut yang melarikan diri ke Korsel. Tentara Korsel mengklaim tidak melakukan tembakan balasan.
Meredakan ketegangan militer di perbatasan merupakan salah satu poin dalam kesepakatan antara Kim dan Presiden Korsel Moon Jae-in ketika keduanya bertemu di Pyongyang, September 2018. Namun, Korut tidak mematuhi kesepakatan, bahkan sering kali tidak mau berkomunikasi dengan Korsel.
Bukan hanya kesepakatan dengan Korsel yang mandek. Proses perundingan antara Kim dan Presiden AS Donald Trump terkait program nuklir Korut pun tak jelas nasibnya. Padahal, Kim dan Trump sudah bertemu tiga kali. Prospek perundingan itu akan semakin tidak jelas apabila Kim tidak mampu berkuasa, sakit, atau bahkan meninggal, seperti yang diisukan beberapa pekan terakhir ini.
Setelah menghilang selama beberapa pekan, muncul foto dan berita Kim sedang menghadiri peresmian pabrik pupuk, Sabtu lalu. Kim terakhir terlihat di publik pada 11 April lalu saat rapat Partai Pekerja membahas rencana penanganan wabah korona.
Dalam foto peresmian pabrik, Kim terlihat tersenyum dan berbicara dengan para asistennya saat pemotongan pita dan keliling pabrik. Namun, foto dan berita yang dipublikasikan oleh situs harian Rodong Sinmun yang dikelola rezim Korut itu tidak dapat diverifikasi. (REUTERS/AP)