Tentara Dua Korea Terlibat Baku Tembak di Zona Demiliterisasi
Zona demiliterisasi yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan selama ini kerap menjadi titik api ketegangan di antara kedua negara.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·2 menit baca
SEOUL, MINGGU — Militer Korea Utara dan Korea Selatan terlibat baku tembak di Zona Demiliterisasi, Minggu (3/5/2020) pagi. Peristiwa ini meningkatkan tensi kedua negara pasca-kemunculan kembalinya Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un, yang hampir tiga minggu tidak terlihat di muka publik.
Mengutip pernyataan Kepala Staf Gabungan Militer Korsel, kantor berita Yonhap menyebutkan, tembakan dari arah Korut mengenai pos jaga Korsel di Zona Demiliterisasi di Cheorwon sekitar pukul 07.41 waktu setempat.
Dari pihak Korsel tidak ada korban jiwa dan kerusakan berarti akibat insiden tersebut. Tidak juga diketahui apakah jatuh korban di pihak Korut.
Insiden terbaru memicu Korsel untuk mengeluarkan peringatan dan membalas dengan melepaskan 20 kali tembakan.
”Kami juga mengirim pemberitahuan ke Korut melalui jalur komunikasi antar-Korea sekitar pukul 09.35 untuk memahami detail situasinya serta meminta penjelasan dan untuk mencegah insiden lebih jauh. Kami juga mempertahankan kesiapan yang diperlukan,” demikian pernyataan Kepala Staf Gabungan Korsel.
Militer Korsel mengamati dengan saksama insiden ini dengan menganalisis bukti-bukti di lapangan termasuk selongsong peluru yang ada di lokasi dan motivasi Korut melepaskan tembakan. Kepala Staf Gabungan Korsel menduga tembakan dari Korut itu bukanlah sebuah provokasi yang disengaja.
”Saat itu lumayan berkabut dan prajurit Korut pada jam itu biasanya sedang melakukan pergantian penjagaan,” demikian pernyataan Kepala Staf Gabungan Korsel. Selain itu, tidak ada pergerakan yang mencurigakan dari militer Korut.
Secara teknis Korut dan Korsel masih berada dalam status perang setelah Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata pada 1953. Meskipun bernama Zona Demiliterisasi, tempat itu merupakan lokasi dengan penjagaan yang paling ketat di dunia, penuh dengan ladang ranjau dan kawat berduri.
Meredakan ketegangan militer di lokasi perbatasan merupakan salah satu kesepakatan yang dicapai oleh Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong Un dan Presiden Korsel Moon Jae-in dalam pertemuan puncak di Pyongyang, September 2018. Namun, mayoritas ketentuan belum disepakati Pyongyang.
Otoritas Korsel menyatakan bahwa insiden itu merupakan pelanggaran atas perjanjian militer bilateral tersebut. Di bawah perjanjian itu, kedua Korea menetapkan zona penyangga daratan dan lautan serta sepakat untuk menghentikan tindakan kekerasan satu sama lain yang bertujuan untuk meredakan ketegangan dan membangun kepercayaan.
Insiden kali ini merupakan baku tembak pertama kali yang terjadi di perbatasan Korut dan Korsel sejak 2017. Ketika itu, Korut menembak salah seorang prajuritnya yang kabur ke Korsel. (AFP/REUTERS/AP)