Pandemi Covid-19 Mempersulit Upaya Perdamaian di Afghanistan
Pandemi global Covid-19 dikhawatirkan akan membuat pertukaran tahanan kelompok Taliban dan Pemerintah Afghanistan lebih sulit. Kesulitan itu bertambah setelah Taliban terus melakukan kekerasan bersenjata.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
KABUL, RABU — Pandemi global Covid-19 dikhawatirkan akan menjadi ancaman serius bagi rencana pertukaran tahanan antara kelompok Taliban dan Pemerintah Afghanistan. Kegagalan dalam pertukaran tahanan, ditambah lagi makin meningkatnya aksi serangan bersenjata di negara itu, membuat upaya mencapai perdamaian di Afghanistan menjadi lebih sulit.
Beberapa sumber yang memahami kompleksitas masalah ini, terutama kemungkinan merebaknya virus korona baru di berbagai penjara di Afghanistan, Selasa (21/4/2020), mengatakan bahwa kesulitan untuk mencapai perdamaian akan bertambah jika ada anggota Taliban dan anggota militer Pemerintah Afghanistan meninggal dalam tahanan sebelum sempat dibebaskan.
”Kalau ada tahanan dari kedua belah pihak yang tertular virus atau meninggal di penjara karena wabah, hal itu akan menjadi masalah kemanusiaan yang besar. Hal itu juga akan membuat perundingan intra-Afghanistan jauh lebih sulit,” kata seorang sumber yang meminta namanya dirahasiakan kepada kantor berita Reuters.
Pekan lalu, Utusan Khusus Pemerintah AS Zalmay Khalilzad diketahui terbang ke Doha, Qatar, untuk bertemu dengan sejumlah juru runding dan pimpinan kelompok Taliban guna berbicara mengenai hal ini. Tidak hanya itu, Khalilzad juga diketahui terbang ke ibu kota Pakistan, Islamabad.
Hal itu merupakan upaya kesekian kali Khalilzad setelah sebelumnya menemani Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo bertemu dengan juru runding kelompok Taliban di Doha. Menurut salah satu diplomat negara Barat, pertemuan Pompeo, diteruskan oleh Khalilzad, mengindikasikan upaya serius Pemerintah AS agar keinginan untuk menarik mundur pasukan AS dari Afghanistan tetap berjalan.
Selain itu, Washington juga ingin agar kesepakatan damai yang sudah ditandatangani pada 29 Februari 2020 tidak terhenti di tengah jalan. Kesuksesan mengakhiri perang di Afghanistan akan menjadi bumbu politik yang baik bagi Trump menjelang pemilu AS pada November nanti.
Kesuksesan mengakhiri perang di Afghanistan akan menjadi bumbu politik yang baik bagi Trump menjelang pemilu AS, November nanti.
Mempercepat pembebasan tahanan dan mengurangi kekerasan yang meningkat menjelang musim semi beberapa hal yang menjadi tujuan Khalilzad saat bertemu juru runding Taliban di Doha, pekan lalu, kata seorang mantan pejabat senior Afghanistan.
Kepada para pejabat Afghanistan, Khalilzad menyatakan bahwa dirinya ”sangat khawatir” pandemi virus korona dapat merusak proses perdamaian yang dipimpin AS jika virus itu menyebar ke penjara-penjara di Afghanistan. Departemen Luar Negeri AS tidak menanggapi permintaan komentar atas hal tersebut.
Berdasarkan kesepakatan damai antara AS dan Taliban, Pemerintah Afghanistan harus melepaskan 5.000 anggotanya yang ditahan di fasilitas milik pemerintah. Imbal baliknya, Taliban akan membebaskan 1.000 anggota militer Afghanistan yang ditahan. Namun, kebuntuan sempat menunda pembebasan tahanan itu sebelum akhirnya Pemerintah Afghanistan membebaskan 100 anggota Taliban sebagai langkah awal memecah kebuntuan.
Kekerasan meningkat
Dalam sepekan terakhir, Pemerintah Afghanistan mencatat setidaknya 23 orang tewas akibat serangan di beberapa wilayah di negara tersebut. Sebagian besar korban tewas adalah anggota militer dan beberapa warga sipil.
Juru bicara Pemerintah Provinsi Takhar, Mohammad Jawad Hejri, mengatakan bahwa sebuah serangan atas markas militer di provinsi itu, Minggu (19/4/2020) malam, menewaskan 19 orang yang terdiri dari anggota militer, kepolisian, dan warga sipil.
Sehari sebelumnya, sebuah serangan bersenjata di pos pemeriksaan di dekat kota Tarin Kot, ibu kota Provinsi Uruzgan, menewaskan lima anggota kepolisian dan tiga orang lainnya luka berat.
Beberapa diplomat Barat menyatakan, Pompeo dan Khalilzad prihatin dengan meningkatnya kekerasan bersenjata dalam beberapa pekan terakhir ini. Diplomat tersebut mengatakan, kedatangan Khalilzad ke Doha adalah untuk menyampaikan peringatan keras kepada pimpinan Taliban mengenai eskalasi kekerasan ini.
”Dia datang untuk menyampaikan pesan keras kepada Taliban dan mencegah serangan musim semi,” kata sang diplomat itu. (AFP/REUTERS)