Partai Berkuasa Menangi Pemilu Parlemen di Tengah Pandemi
Dukungan warga Korea Selatan terhadap pemerintahannya, terutama dalam menangani Covid-19, sangat besar. Kemenangan partai berkuasa di negara itu menjadi buktinya.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SEOUL, KAMIS — Partai Demokrat Korea Selatan, yang merupakan partai dari Presiden Moon Jae-in, memastikan kemenangan yang gemilang dalam pemilu parlemen di tengah pandemi Covid-19 dengan tingkat partisipasi tertinggi dalam tiga dekade terakhir, Kamis (16/4/2020).
Partai Demokrat memenangi 180 dari 300 kursi Majelis Nasional atau naik dari pemilu sebelumnya yang sebanyak 120 kursi. Sementara Partai Konservatif mengalami kekalahan paling telak di area metropolitan Seoul yang padat penduduk.
Kemenangan ini akan memberikan dorongan kepada pemerintahan Presiden Moon Jae-in untuk mengejar target domestik dan luar negerinya. Misalnya. menghidupkan kembali diplomasi dengan Korea Utara sambil tetap memerangi pandemi yang telah mengganggu ekonomi dan mengancam jiwa.
Moon berterima kasih kepada ”orang-orang besar” negara itu yang telah ”memberikan kekuatan kepada pemerintah yang sedang berjuang keras mengatasi krisis nasional”.
Komisi Pemilihan Umum Korea Selatan menyebutkan, lebih dari 17 juta warga Korea Selatan memberikan suaranya, Rabu (15/4/2020). Jika angka itu digabung dengan pemilih awal dan pemilih yang memberikan suaranya melalui surat, tingkat partisipasi Pemilu 2020 mencapai 66,2 persen, tertinggi sejak Pemilu 1992 yang tingkat partisipasinya sebesar 71,9 persen.
Jadi contoh
Pemungutan suara yang digelar Rabu kemarin itu menjadi contoh pada negara lain bagaimana pemilu yang demokratis bisa digelar di tengah pandemi.
Para pejabat kesehatan Korea Selatan menggambarkan bahwa pemilu tersebut merupakan percobaan krusial bagi mereka yang sedang mencari bentuk berkelanjutan dari pembatasan sosial yang memungkinkan aktivitas komunitas dan ekonomi berjalan sambil meminimalkan risiko penularan.
Meski begitu, mereka menyadari bahwa butuh waktu setidaknya seminggu untuk menilai dampak penyelenggaraan pemilu pada pandemi yang sedang berlangsung.
Sekitar 2.800 pasien Covid-19 diizinkan menggunakan hak suaranya melalui surat atau secara langsung di bilik suara khusus. Sementara lebih dari 13.000 pemilih yang menjalani karantina mandiri memilih setelah pemungutan suara ditutup.
Sebelum pandemi Covid-19 muncul, dukungan kepada Moon mulai goyah karena sejumlah isu, mulai dari minimnya peluang kerja, skandal korupsi, hingga hubungan bermasalah dengan Korea Utara.
Namun, survei yang diadakan sebelum pemungutan suara memperlihatkan dukungan terhadap pemerintahan Moon meningkat sejak pandemi Covid-19 terjadi. Ini menjadi gambaran dukungan publik atas kebijakan tes Covid-19 yang agresif yang mampu menekan angka kematian akibat Covid-19 lebih rendah dari China dan beberapa negara di Eropa juga Amerika Utara.
Hingga Kamis (16/4/2020), Korea Selatan melaporkan terdapat lebih dari 10.600 kasus Covid-19 dengan 229 kasus meninggal.
Para pemilih Korea Selatan sangat terpecah berdasarkan berdasarkan garis ideologi, kelompok umur, dan loyalitas kewilayahan. Akan tetapi, menurut Jeong Han-wool dari Hankook Research, survei sejak pandemi Covid-19 muncul akhir Februari memperlihatkan para pemilih mengambang berusia 10 dan 50 tahunan menunjukkan keinginan yang kuat untuk menggunakan suaranya.
Park Sung-min, Presiden MIN Consulting di Seoul, sebuah konsultan politik, mengatakan, urgensi akan pandemi telah mendorong orang untuk menggunakan suaranya.
Sementara Partai Konservatif gagal menampilkan dirinya sebagai alternatif yang layak dan berselisih secara internal dalam menentukan agenda dan calon.
Hwang Kyo-ahn yang memimpin Partai Masa Depan Bersatu yang konservatif, mengundurkan diri sebagai ketua partai setelah kalah dari kandidat Partai Demokrat, Lee Nak-yeon, mantan perdana menteri yang akan maju menjadi kandidat presiden 2022, di Distrik Seoul.
Hwang yang juga mantan perdana menteri meminta maaf kepada para pendukungnya karena ”gagal mencegah bangsa dari bergerak ke arah yang keliru di era yang penting”. (AP/REUTERS)