Gantz-Netanyahu Buntu, Knesset Ambil Alih Peran Menunjuk Perdana Menteri
Untuk kesekian kali, Benny Gantz dan Benjamin Netanyahu gagal mencapai kata sepakat untuk membentuk pemerintahan bersama. Kini, peran itu diambil alih Knesset yang dikuasai Partai Likud pimpinan Netanyahu.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
TEL AVIV, KAMIS — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan rivalnya, Benny Gantz, kembali menemui jalan buntu dalam perundingan pembentukan pemerintahan bersama meski sudah mendapat perpanjangan waktu dua hari dari Presiden Reuven Rivlin. Kini, parlemen Israel atau Knesset bisa mengambil alih peran keduanya untuk menunjuk seseorang menjadi perdana menteri dan membentuk kabinet.
Dalam dua hari masa perpanjangan waktu, Netanyahu dan Gantz disertai tim negosiatornya telah melakukan serangkaian pertemuan untuk membahas beberapa hal sensitif dalam pembentukan kabinet. Namun, sampai batas waktu Rabu (15/4/2020) malam, seperti yang ditentukan oleh Rivlin, keduanya tidak menemukan kata sepakat.
Gantz dan Netanyahu dikabarkan telah mencapai kata sepakat tentang rotasi kepemimpinan. Netanyahu akan memimpin selama 18 bulan pertama di masa jabatan perdana menteri setelah pemilihan. Setelah itu, Netanyahu turun dan Gantz akan memimpin Israel 18 bulan berikutnya.
Isu hukum dan peradilan menjadi isu sensitif dalam perundingan ini. Netanyahu dikabarkan ingin memiliki kekuasaan yang lebih dalam penunjukan orang-orang yang akan duduk di lembaga yudisial, mulai dari kejaksaan hingga mahkamah agung. Dalam setahun terakhir ia terjerat masalah hukum terkait dengan tindak pidana korupsi yang mencakup suap, pelanggaran kepercayaan, dan penipuan. Peradilan terhadap Netanyahu saat ini ditunda.
Netanyahu berulang kali membantah telah melakukan hal seperti yang dituduhkan. Dia merasa diadili oleh media dan menuding media berada di balik semua dakwaan tersebut, tanpa menjelaskan media yang dimaksud.
Seperti dilaporkan harian Haaretz, dengan hanya sejumlah isu yang belum terselesaikan antara Gantz dan Netanyahu, secara teknis Gantz—mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel—telah berhasil membentuk pemerintahan koalisi. Hal itu membuat dia mendapat tambahan waktu dari Presiden Rivlin untuk bisa menyelesaikan negosiasinya dengan Netanyahu sebelum mengumumkannya ke Knesset dan publik.
Knesset memiliki waktu tiga pekan atau 21 hari untuk mengajukan salah satu dari dua kandidat sebagai perdana menteri dan kabinetnya.
Namun, jika Gantz memilih tidak menggunakannya, Rivlin akan mengambil alih proses tersebut dan menyerahkannya kepada Knesset atau parlemen Israel. Knesset memiliki waktu tiga pekan atau 21 hari untuk mengajukan salah satu dari dua kandidat sebagai perdana menteri dan kabinetnya. Keputusan itu harus mendapat dukungan lebih dari 50 persen anggota parlemen yang berjumlah 120 anggota atau 60+1.
Baik Gantz maupun Netanyahu menyatakan terus berupaya menciptakan pemerintahan koalisi meski telah melewati tenggat waktu. Presiden Rivlin sendiri, yang dikutip Haaretz, menyatakan tidak akan memberikan tambahan waktu lagi bagi keduanya meski belum ada pernyataan penyerahan mandat pembentukan pemerintahan kepada Knesset.
Pertarungan di Knesset
Knesset akan menjadi medan pertempuran baru bagi Gantz dan Netanyahu. Komposisi keanggotaan partai pendukung keduanya di Knesset akan menentukan siapa yang akan memimpin Israel selama tiga tahun ke depan.
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan Senin (13/4/2020) malam oleh stasiun televisi Channel 12 TV memperlihatkan dukungan terhadap Netanyahu dan Partai Likud yang dipimpinnya meningkat di Knesset.
Saat ini Netanyahu mendapat dukungan 59 suara di parlemen. Dengan dukungan ini, dia hanya membutuhkan tambahan dua suara lagi agar bisa dipilih oleh parlemen untuk memimpin Israel selama tiga tahun ke depan.
Dukungan mayoritas di parlemen ini akan memberikan keleluasaan bagi Partai Likud untuk menyiapkan perundangan yang melindungi pejabat pemerintahan aktif saat didakwa di pengadilan. Hal ini tentu saja menguntungkan Netanyahu yang masih menjalani persidangan atas dugaan korupsi.
Sebaliknya, menurut Haaretz, dukungan bagi Gantz menurun drastis, dari 33 suara menjadi hanya 19 suara. Gerakan Biru-Putih yang dimotorinya pecah setelah Gantz secara terang-terangan menerima pinangan Netanyahu untuk membentuk pemerintahan bersama.
Posisi Partai Yisrael Beiteinu pimpinan Avigdor Lieberman, yang berhaluan kanan dan sempat menyatakan dukungannya terhadap Gantz, belum diketahui terkait perkembangan terbaru saat ini.
Terbentuknya pemerintahan yang pasti akan memberikan kepastian bagi rakyat Israel, terutama dalam menghadapi pandemi global Covid-19. Kementerian Kesehatan Israel melaporkan lebih dari 12.500 kasus positif Covid-19 di negara itu dan sedikitnya 130 kematian. Pemilihan umum keempat, yang bisa saja terjadi apabila Knesset juga tidak berhasil mencapai kata sepakat, akan memperpanjang krisis politik di tengah pandemi global.