Rusia Buka Pintu Dialog dengan AS Terkait Perlombaan Senjata Hipersonik
Pemerintah Rusia membuka pintu dialog dengan Pemerintah AS untuk membahas mengenai persenjataan hipersonik. Tiga negara, yakni AS, Rusia, dan China, telah memiliki persenjataan hipersonik.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
MOSKWA, RABU — Pemerintah Rusia membuka pintu dialog dengan Pemerintah Amerika Serikat untuk membahas pengembangan rudal hipersonik yang tengah mereka jalankan. Dialog itu juga diharapkan menjadi bagian diskusi yang lebih luas tentang pengendalian pengembangan dan penggunaan senjata serta stabilitas strategis di antara kedua negara adidaya.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, Rabu (15/4/2020), mengatakan bahwa dirinya ingin berdialog dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo setelah beberapa hari lalu keduanya berbincang melalui telepon. Lavrov mengungkapkan, dalam perbincangan itu Pompeo mengingatkan dirinya tentang kelanjutan dialog mengenai pengendalian senjata dan stabilitas strategis di antara kedua negara.
”Kami membuka pintu terhadap keinginan mitra kami, Pemerintah AS, karena sejak lama kami telah mendorong mereka untuk memberi perhatian yang lebih terhadap masalah ini,” kata Lavrov.
Banyak pihak menilai perjanjian pengendalian senjata pascaperang dingin berada dalam bahaya setelah hubungan antara Rusia dan negara-negara Barat memburuk selama beberapa tahun terakhir. Kondisi ini ditambah dengan keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Agustus 2019 untuk menarik diri dari Traktat Nuklir Jarak Menengah (Intermediate Range Nuclear Forces/INF) yang ditandatangani pemimpin kedua negara pada tahun 1987.
Dikutip dari laman Kementerian Pertahanan AS, Menteri Pertahanan AS Mark T Esper mengatakan, Pemerintah Rusia gagal memenuhi kewajibannya dalam pelaksanaan INF. Perjanjian tersebut ditandatangani pada Desember 1987 oleh Presiden AS Ronald Reagan dan Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev.
Perjanjian tersebut membatasi kedua negara dalam menggunakan rudal balistik darat, jarak pendek dan jarak dekat, rudal jelajah, serta peluncur rudal darat yang dapat digunakan oleh kedua negara, baik untuk menampung muatan nuklir maupun konvensional.
”Rusia telah gagal memenuhi kewajibannya di bawah Perjanjian Nuklir Jangka Menengah, dan dengan demikian, Amerika Serikat telah menarik diri dari perjanjian INF yang efektif hari ini, 2 Agustus 2019. Penarikan ini adalah akibat langsung dari pelanggaran terus menerus dan berulang selama bertahun-tahun oleh pemerintah Rusia,” kata Esper.
Rusia menolak tudingan tersebut dan balik menuduh Washington sebagai pihak yang berulang kali melanggar kesepakatan tersebut.
Kedua negara diketahui telah mengembangkan kemampuan persenjataan hipersonik mereka sejak beberapa waktu terakhir. Keduanya juga secara terbuka telah melakukan uji coba terhadap kemampuan rudal dalam beberapa bulan terakhir.
Pada akhir Desember 2019, Pemerintah Rusia mengumumkan bahwa mereka telah sukses melakukan uji coba rudal hipersonik yang diberi nama Avangard di wilayah Crimea. Para pejabat Rusia menyatakan, dalam kecepatan Mach 27 atau setara dengan 33.000 kilometer per jam, rudal itu masih dapat dikendalikan.
Presiden Rusia Vladimir Putin sejak tahun 2018 telah memperlihatkan gambar-gambar senjata baru milik negara itu pada pidato kenegaraannya. Dia juga mengatakan, persenjataan itu membuat Rusia lebih unggul dari pesaingnya, AS, dalam pengembangan rudal hipersonik.
Namun, selang tiga bulan kemudian, Kementerian Pertahanan AS dan Pentagon mengumumkan bahwa mereka berhasil melakukan uji coba rudal hipersonik di fasilitas militer mereka di Hawaii. Keberhasilan itu disampaikan Wakil Kepala Staf Angkatan Laut AS Laksamana Johny Wolfe.
”Hari ini kami memvalidasi desain kami dan sekarang siap untuk bergerak ke fase berikutnya menuju pengerahan kemampuan serangan hipersonik,” kata Wolfe, Maret 2020.
Pentagon mendesak pemerintah untuk mengejar ketertinggalannya dalam pengembangan rudal hipersonik ini. Diketahui bahwa Departemen Pertahanan AS telah meminta anggaran senilai 3,2 miliar dollar AS untuk pengembangan teknologi ini pada tahun anggaran 2021, naik dari sebelumnya senilai 2,6 miliar dollar AS. (AFP/REUTERS)