Deportasi Migran dari AS Berpotensi Picu Penularan Korona
Amerika Serikat (AS) mengabaikan permintaan Guatemala agar mengurangi atau membatasi jumlah migran tidak lebih dari 25 orang yang dikirim kembali ke Guatemala. AS tetap mengirim 76 dan 106 migran dalam dua kloter.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
GUATEMALA CITY, Selasa — Pemerintah Guatemala meminta agar Amerika Serikat membatasi migran yang dideportasi. Menteri Kesehatan Guatemala Hugo Monroy, Selasa (14/4/2020), mengatakan, para deportan dari AS dinilai berpotensi menjadi pemicu penularan virus korona di Guatemala.
Hugo Monroy menambahkan bahwa dalam satu penerbangan, sekitar 75 persen dari migran yang dideportasi dari AS dinyatakan positif terjangkit virus korona.
”Ada penerbangan yang mengangkut deportan tiba, mereka datang dengan demam, dan mereka naik ke pesawat dengan kondisi seperti itu. Kami secara otomatis mengevaluasi mereka di sini dan mengujinya, dan banyak dari mereka yang kembali positif,” kata Monroy.
Menurut Hugo Monroy, AS telah menjadi seperti Wuhan di kawasan Amerika.
Namun, pernyataan Hugo Monroy itu dinilai tidak sesuai dengan apa yang sebelumnya dikatakan Pemerintah Guatemala. Juru Bicara Kepresidenan Carlos Sandoval mengatakan kepada wartawan bahwa apa yang disampaikan Monroy merujuk pada penerbangan Maret 2020, di mana 50-75 persen penumpang sewaktu berada dalam masa karantina kembali positif.
Sebelumnya Guatemala hanya melaporkan tiga infeksi positif di antara migran yang diterbangkan dari AS. Joaquín Samayoa, Juru Bicara Kementerian Urusan Luar Negeri Guatemala, membenarkan kasus positif keempat ditemukan pada seorang migran yang tiba dengan pesawat pada Senin (13/4/2020) lalu. Setidaknya tiga migran yang tiba hari Senin dibawa langsung ke rumah sakit untuk tes Covid-19.
Guatemala kembali mulai menerima penerbangan deportasi dari AS pada Senin (13/4/2020) setelah jeda satu minggu, di mana tiga orang yang dideportasi dinyatakan positif Covid-19.
Pemerintah Guatemala telah meminta AS untuk tidak mengirim lebih dari 25 orang yang dideportasi per penerbangan. Hal itu dimaksudkan agar mereka diperiksa atau menjalani ujian kesehatan sebelum keberangkatan, dan untuk mendapatkan kepastian bahwa mereka tidak terinfeksi virus korona.
Namun, pada penerbangan lanjutan, ternyata AS memulangkan 76 migran dalam penerbangan pertama dan 106 migran dalam penerbangan kedua. Kementerian Luar Negeri Guatemala tidak segera mengklarifikasi mengapa AS tidak memenuhi persyaratan yang diminta Guatemala.
Lembaga Imigrasi Guatemala mengatakan, AS juga mengirim 16 anak di bawah umur yang pergi tanpa pendamping. Total sejak Januari 2020, AS telah mendeportasi hampir 12.000 migran Guatemala, lebih dari 1.200 diantaranya adalah anak-anak.
Dipicu pandemi Covid-19, otoritas AS segera mendeportasi migran anak di bawah umur tanpa pendamping daripada menahan mereka di penampungan. Senin lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, dirinya telah memberi tahu Kongres bahwa Pemerintah AS akan melanjutkan bantuan untuk Guatemala, El Salvador, dan Honduras agar menahan laju imigrasi ilegal.
Sebelum pandemi, AS juga sudah mendeportasi migran dari Honduras dan Salvador ke Guatemala. AS juga membuat perjanjian pengiriman kembali migran dengan Honduras dan El Salvador.
Saat ini AS menahan sekitar 34.ooo imigran di pusat-pusat detensi imigrasi di negara itu. Bea Cukai dan Imigrasi (ICE) AS mengatakan, sebanyak 77 deteni dinyatakan positif terinfeksi virus korona baru.
Penjabat Wakil Direktur Keamanan Dalam Negeri AS Ken Cuccinelli mengatakan kepada wartawan pada Selasa bahwa Bea Cukai dan Imigrasi AS telah membebaskan hampir 700 orang dari penahanan imigrasi di seluruh AS karena usia atau kondisi kesehatan mereka yang rentan terhadap virus.
Dia juga mengatakan bahwa pihak berwenang mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa mereka yang mungkin telah terpapar virus korona ditahan secara terpisah dari tahanan lainnya.
”ICE tentu berkomitmen untuk memastikan bahwa perawatan medis komprehensif tersedia untuk semua tahanan sejak mereka tiba di tahanan ICE dan selama mereka tinggal,” kata Cuccinelli.
Pemerintah AS pada Jumat lalu telah mengeluarkan memo yang mengesahkan penggunaan sanksi visa untuk menghukum negara mana pun yang ”menyangkal atau menunda” membawa warganya saat mereka dideportasi dari AS di tengah pengetatan perbatasan yang diberlakukan bulan lalu untuk menahan penyebaran wabah Covid-19.
Namun, Pemerintah AS menolak menyebutkan negara mana saja yang memicu munculnya memo atau pengumuman tersebut. (AP)