Penutupan Wilayah 2-3 Minggu Belum Cukup Menekan Penyebaran
Penutupan wilayah menjadi kebijakan yang diterapkan oleh banyak negara di dunia untuk menekan kasus Covid-19. Akan tetapi, kebijakan ini perlu dikombinasikan dengan kebijakan lain agar efektif.
Oleh
Adhitya Ramadhan
·3 menit baca
NEW DELHI, SELASA — Penutupan wilayah dan pembatasan aktivitas sosial dan jarak fisik selama setidaknya dua minggu ternyata belum cukup untuk menekan penyebaran Covid-19. India dan Perancis memutuskan memperpanjang kebijakan penutupan wilayah, sedangkan Inggris tidak akan melonggarkan kebijakan penutupan wilayahnya dalam waktu dekat.
Pada Selasa (14/4/2020), Perdana Menteri India Narendra Modi memutuskan memperpanjang kebijakan penutupan wilayah hingga 3 Mei 2020 setelah sebelumnya memberlakukan kebijakan penutupan sejak 25 Maret 2020 hingga 14 April 2020.
”Ini artinya sampai 3 Mei 2020, semua orang harus tetap menjalani penutupan wilayah,” kata Modi dalam siaran televisi.
Kebijakan itu diambil meskipun jutaan warga miskin India mengeluhkan kebijakan penutupan yang diterapkan sebelumnya. Menurut mereka, kebijakan itu menyebabkan mereka kehilangan pekerjaan serta diberlakukan tanpa dukungan dan jaminan ekonomi yang memadai.
”Dari sisi ekonomi, kerugian sangat besar,” ujar Modi. ”Tapi, nyawa warga India jauh lebih berharga.” ”Dari pengalaman beberapa hari terakhir jelas bahwa langkah yang kita tempuh sudah benar.”
Meski demikian, Modi menginformasikan bahwa akan ada ”pelonggaran terbatas” mulai 20 April 2020 yang berlaku bagi distrik yang tidak memiliki kasus Covid-19. Selain itu, panduan untuk industri dan pertanian akan dikeluarkan pada Rabu (15/4/2020).
Kebijakan memperpanjang penutupan itu muncul di tengah perdebatan global tentang bagaimana melonggarkan kebijakan penutupan untuk meminimalkan dampak ekonomi tanpa memicu kenaikan kasus Covid-19. Sejauh ini, India melaporkan sekitar 10.000 kasus Covid-19 dengan kasus meninggal mencapai 339 kasus.
Sejumlah pakar mengatakan bahwa India belum mengadakan pemeriksaan yang cukup sehingga data yang ada saat ini tidak menggambarkan besaran penyakit Covid-19 yang sesungguhnya. Dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, dikhawatirkan jumlah kasusnya akan terus meningkat dan membebani sistem kesehatan.
Eropa
Pada Senin (13/4/2020), Perancis yang telah memberlakukan kebijakan penutupan wilayah pada 17 Maret 2020 memperpanjang masa penutupan wilayahnya hinga 11 Mei 2020 untuk menekan penyebaran Covid-19.
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan, pandemi Covid-19 ”mulai stabil.. (dan) harapan telah kembali”. ”Tanggal 11 Mei akan menjadi awal dari fase baru,” ujarnya.
Di saat yang sama, Pemerintah Inggris juga memberi peringatan bahwa Inggris belum akan mencabut kebijakan penutupan wilayahnya sebab kasus Covid-19 di sana masih tinggi.
Mewakili Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, mengatakan, sudah ada pertanda ”positif”. Namun, ”Kita belum melewati masa puncak pandemi ini.”
Pada Kamis lusa, Inggris harus memutuskan apakah tetap mempertahankan kebijakan penutupan wilayah selam tiga minggu atau mulai melonggarkan kebijakan itu dengan risiko terjadi penyebaran Covid-19 yang luas.
”Kami tidak akan melakukan perubahan kebijakan untuk saat ini sampai kami yakin perubahan itu aman untuk dilakukan,” ujar Raab.
Di Swiss, Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa kasus baru di beberapa negara di Eropa telah menurun, termasuk di Italia dan Spanyol. Namun, sebaliknya, kasus Covid-19 di Inggris dan Turki masih meningkat.
”Sebanyak 90 persen kasus Covid-19 di dunia berasal dari Eropa dan Amerika. Jadi, kita belum melalui masa puncak wabah,” ujar Juru Bicara WHO Margaret Harris. (AFP/REUTERS)