Hamas Buka Pelintasan Rafah untuk Hanya dari Arah Mesir
Perbatasan Palestina-Mesir di Rafah dibuka selama empat hari ke depan bagi warga Palestina yang akan pulang. Mereka dikarantina di penginapan yang telah disediakan pemerintah selama 21 hari ke depan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
GAZA, SELASA — Kelompok Hamas membuka kembali pelintasan Rafah, satu-satunya gerbang warga Gaza ke dunia luar, di perbatasan Palestina-Mesir. Pelintasan dibuka hanya satu arah, yakni dari Mesir, untuk memungkinkan warga Palestina kembali ke wilayah asalnya mereka masing-masing.
Kementerian Dalam Negeri Hamas, Iyad Al-Bozm, dalam keterangannya pada Senin (13/4/2020) waktu setempat, menyatakan, pintu perbatasan akan dibuka selama empat hari sejak pengumuman itu disampaikan. Sebelumnya, akses itu ditutup untuk memutus penyebaran virus korona baru penyebab Covid-19.
”Lalu lintas satu arah ke daerah kantong pantai melalui penyeberangan Rafah akan diizinkan untuk empat hari ke depan,” kata Al-Bozm.
Otoritas Palestina memperkirakan, perbatasan akan dilewati sekitar 2.000 warganya yang kini ada di Mesir. Menurut salah satu dokter yang bertugas di perbatasan, Mohamed Abu Salamieh, sebagian warga Palestina yang kembali adalah pelajar dan warga yang berobat ke sejumlah rumah sakit di Mesir.
Al-Bozm mengatakan, seluruh warga yang kembali ke Palestina harus menjalani karantina selama 21 hari. Kantina pun bisa diperpanjang apabila ditemukan gejala atau tanda yang menunjukkan penyakit Covid-19.
Di sekitar wilayah perbatasan, Otoritas Palestina dan Hamas telah menyiapkan fasilitas tempat tinggal dan fasililtas kesehatan agar warga yang kembali bisa menjalani masa karantina dan terawasi dengan baik. Sebanyak 1.000 kamar telah disiapkan oleh otoritas setempat.
Menurut The New York Times, warga Palestina yang melintasi perbatasan Rafah, setelah diperiksa kesehatannya oleh petugas kesehatan, akan diantar ke lokasi karantina yang telah disiapkan di bawah pengawasan petugas kepolisian.
Barang-barang bawaan akan dipisahkan dari pemiliknya dan dibersihkan untuk menghindari kemungkinan penyebarluasan virus korona baru 2 atau SARS-CoV-2. Warga yang sakit atau menunjukkan gejala-gejala tertentu akan dirujuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan.
Hamas tengah berjuang untuk menjaga wilayahnya dari penyebaran Covid-19 yang telah menyebar di Mesir dan Israel. Sejauh ini, terdapat 13 kasus warga terpapar Covid-19 di daerah kantong Palestina ini.
Kasus-kasus itu ditemukan di antara para pelancong yang kembali dari luar negeri melalui Israel dan Mesir pada Maret. Sebanyak sembilan di antaranya sudah dinyatakan pulih.
Para ahli mengatakan, jumlahnya bisa rendah karena kapasitas pengujian terbatas. Organisasi internasional memperingatkan, pandemi Covid-19 akan menjadi bencana besar di antara 2 juta orang yang terkurung di kantong sempit dengantingkat kemiskinan dan pengangguran melonjak lebih dari 50 persen.
Hamas yang mengelola wilayah ini sejak tahun 2007 telah kehabisan alat pengujian Covid-19 sejak pekan lalu. Kini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengirimkan tambahan 480 alat tes untuk pengujian lanjutan.
Daib al-Louh, Duta besar Palestina untuk Mesir, dikutip dari kantor berita Palestina, Wafa, menyatakan Pemerintah Palestina berterima kasih kepada Presiden Mesir Abdel-Fattah el-Sisi dan pihak berwenang Mesir karena memfasilitasi pergerakan warga negara itu ke wilayah Gaza.
Dia juga menyampaikan terima kasih atas dukungan Mesir terhadap perjuangan Palestina di semua tingkat politik dan diplomatik. (AFP)