Senator AS Menekan Saudi untuk Mengurangi Produksi Minyak
Tidak mudah membawa negara-negara produsen minyak untuk satu suara ketika membahas produksi minyak dunia. Seringkali kepentingan politik domestik berkelindan dengan kepentingan global yang lebih luas.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
WASHINGTON, MINGGU – Sebelas orang senator Republikan Amerika Serikat dari negara bagian penghasil minyak menekan Arab Saudi untuk mengurangi produksi minyaknya, Sabtu (11/4/2020). Jika tidak dituruti, AS akan menarik pasukannya dalam 30 hari, rudal Patriot, dan sistem pertahanan THAAD dari Arab Saudi.
Pada Januari 2020, AS memiliki 2.500 personel militer di Arab Saudi. Pada oktober 2009, Washington menerjunkan sekitar 3.000 personel militer ke Arab Saudi di saat tensi negara teluk itu dengan Iran sedang memanas.
Tekanan oleh senator Republikan itu merupakan tanda bagaimana Kongres AS bisa menekan Arab Saudi jika tidak mengambil langkah yang diinginkan oleh AS. Apabila Arab Saudi tidak mengurangi produksi minyaknya maka langkah-langkah dalam rancangan undang-undang itu akan berlaku akhir tahun ini, bila undang-undang ini disetujui.
Dipimpin oleh Dan Sullivan dan Kevin Cramer, senator-senator itu, termasuk Bill Cassidy, berbicara dengan Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman, Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi Khalid bin Salman, dan Duta Besar Arab Saudi untuk AS Putri Reema binti Bandar bin Sultan melalui sambungan telepon selama hampir dua jam.
Senator-senator itu merupakan para pengusul undang-undang penarikan pasukan AS dari Arab Saudi dalam 30 hari atau lebih cepat sebulan dari undang-undang sebelumnya. Mereka menjadikan undang-undang itu sebagai alat penekan terhadap Arab Saudi agar segera menurunkan produksi minyak mentahnya. Undang-undang itu sendiri diperkirakan tidak akan disetujui.
Arab Saudi dan Rusia hampir menyelesaikan kesepakatan untuk mengurangi produksi minyak mentah dengan kelompok informal negara produsen minyak OPEC+ sebanyak 10 juta barel sehari atau sekitar 10 persen dari produksi global.
Harga minyak telah jatuh ke posisi terendah dalam 18 tahun terakhir akibat pandemi Covid-19 yang telah mengganggu perekonomian global dan perang produksi minyak antar Arab Saudi dan Rusia untuk menguasai pasar.
Sullivan yang merupakan senator dari Alaska, mengapresiasi Arab Saudi yang berkomitmen untuk memangkas produksi minyak mentahnya. Namun, “tindakan berbicara lebih keras dari kata-kata”.
“Kerajaan (Arab Saudi) perlu mengambil langkah nyata dan berkelanjutan untuk mengurangi produksi minyak secara signifikan dan ini perlu dilakukan segera,” kata Sullivan.
Langkah para senator AS yang menekan para pejabat Arab Saudi itu terlihat ganjil. Sebab, Presiden AS Donald Trump telah menjalin pembicaraan dengan Putera Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman dan mendorong Arab Saudi agar meningkatkan produksi minyak mentahnya.
Langkah para senator AS yang menekan para pejabat Arab Saudi itu terlihat ganjil. Sebab, Presiden AS Donald Trump telah menjalin pembicaraan dengan Putera Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman dan mendorong Arab Saudi agar meningkatkan produksi minyak mentahnya.
“Tindakan Arab Saudi yang meningkatkan produksinya selama pandemi \'tidak termaafkan\' dan \'tidak akan dilupakan\',” kata Cramer senator dari North Dakota.
AS yang merupakan produsen minyak utama di dunia secara bertahap mengurangi produksi minyak mentahnya sekitar dua juta barel per hari sejalan dengan menurunnya permintaan dan harga yang rendah.
Di saat yang sama, di tengah komitmen negara produsen minyak untuk mengurangi produksinya, Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador justru menolak untuk memangkas produksi minyaknya. Alasannya, Obrador ingin membangun kembali perusahaan minyaknya, Petroleos Mexicanos (Pemex). Hal ini membuat marah Pangeran Mohammed bin Salman.
Obrador hanya mau memangkas produksi minyaknya 100.000 barel per hari, lebih sedikit dari yang diminta oleh negara-negara produsen minyak yang sebanyak 400.000 barel sehari. Sebagai gantinya, Obrador, Jumat (10/4/2020), mengatakan bahwa AS telah menawarkan tambahan penurunan produksi 250.000 barel sehari atas nama Meksiko.
Penolakan Meksiko ini menjadi sorotan dunia karena Abrador dinilai lebih memprioritaskan agenda domestiknya ketimbang memperjuangkan kepentingan bersama para produsen minyak dunia.
“Jika OPEC+ menerima ini dan setiap pihak yang tidak suka dengan target pemangkasan produksinya bisa menarik diri maka kita berada di era yang tidak mengenakkan,” kata sebuah sumber di OPEC.(REUTERS)