PM Johnson Berutang Budi pada Tim Medis yang Telah Selamatkan Nyawanya
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berterima kasih dan memuji tim medis yang telah menyelamatkan nyawanya dari penyakit Covid-19. Tanpa perawatan mereka, ia mengaku hasilnya bisa berbeda.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·4 menit baca
LONDON, SENIN — Dalam balutan setelan jas dan dasi, dengan tatapan mata dan nada suara yang cukup meyakinkan, melalui pesan video di Twitter sepulang dari Rumah Sakit St Thomas, London, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengaku kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan utang budi terhadap para tenaga medis yang telah menyelamatkan nyawa dirinya dari penyakit Covid-19.
”Alasan tubuh saya mulai mendapat cukup oksigen karena setiap detik di malam hari mereka memantau, mereka memikirkan, dan mereka merawat serta melakukan tindakan yang saya butuhkan,” ujar Johnson, Minggu (12/4/2020). Ia diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari Minggu, setelah dirawat di unit perawatan intensif (ICU).
”Jadi, begitulah saya juga tahu bahwa di seluruh negeri ini, 24 jam sehari, setiap detik dari setiap jam, ada ratusan ribu anggota staf NHS yang bekerja dengan perawatan, perhatian, dan ketepatan seperti yang dilakukan Jenny dan Luis,” kata Johnson, menyebut nama dua orang dari sejumlah perawat di Rumah Sakit St Thomas serta para staf Layanan Kesehatan Nasional (NHS). Jenny adalah perawat asal Selandia Baru, sedangkan Luis dari Portugal.
Dalam pesan video itu, Johnson juga mengatakan bahwa Inggris ”akan mengalahkan” virus korona. Hingga Minggu, korban meninggal akibat Covid-19 di Inggris mencapai lebih dari 10.000 orang. Inggris adalah negara Eropa keempat yang mencatat korban jiwa hingga menembus angka 10.000 orang.
”Kita akan mengalahkan virus korona ini dan mengalahkannya bersama-sama,” kata Johnson kepada publik Inggris. ”Meskipun perjuangan belum berakhir, kita sekarang telah membuat kemajuan dalam pertempuran nasional yang luar biasa ini,” katanya.
Alasan tubuh saya mulai mendapat cukup oksigen karena setiap detik di malam hari mereka memantau, mereka memikirkan, dan mereka merawat serta melakukan tindakan yang saya butuhkan.
Johnson diperiksa di rumah sakit seminggu yang lalu dan tiga hari dalam perawatan intensif setelah ia didiagnosis terjangkit Covid-19 pada akhir Maret 2020. Johnson mengucapkan terima kasih kepada para dokternya dan berjanji untuk membantu Inggris mengalahkan virus korona.
Johnson mengatakan bahwa dia selesai menjalani perawatan setelah satu minggu NHS telah menyelamatkan hidupnya. Para pejabat Inggris mengatakan bahwa Johnson akan melanjutan pemulihan kesehatannya di kampung halamannya di Checkers atas saran dari tim medisnya.
Tunangan Johnson, Carrie Symonds, juga menyampaikan terima kasih kepada staf medis yang dinilainya bekerja ”luar biasa”. Symonds, yang sedang hamil, menderita gejala virus korona dalam beberapa pekan terakhir.
”Saya tidak akan pernah bisa membalas Anda dan saya tidak akan pernah berhenti mengucapkan terima kasih,” kata Symonds di Twitter, menambahkan bahwa ia merasa ”sangat beruntung”. ”Saat-saat minggu lalu memang sangat gelap. Hati saya bersama dengan semua orang dalam situasi yang sama, mengkhawatirkan penyakit yang diderita orang yang mereka cintai,” kata Symonds.
Ayah Boris Johnson, Stanley Johnson, juga memuji tim medis. ”Saya menyadari sekarang. Saya pikir seluruh negara menyadari, seberapa dekat dia sampai pada situasi krisis,” katanya.
Johnson juga meminta agar warga Inggris bisa mematuhi kebijakan penutupan wilayah secara nasional yang diberlakukan tiga minggu lalu.
Korban terus bertambah
Saat ini Inggris mencatat angka kematian harian yang sudah menyamai negara-negara Eropa yang paling terpukul, yakni Italia dan Spanyol. Pada Jumat dan Sabtu lalu tercatat hampir 1.000 kematian. Ada 737 kematian baru dilaporkan hari Minggu kemarin.
Dengan 10.612 korban jiwa, Inggris kini memiliki jumlah kematian tertinggi kelima di dunia setelah Amerika Serikat, Italia, Spanyol, dan Perancis. Namun, jumlah sebenarnya diperkirakan bisa lebih tinggi mengingat data tersebut tidak memasukkan mereka yang telah meninggal di pusat perawatan atau di rumah.
Dengan mencatat lebih dari 10.000 kematian akibat Covid-19, Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan bahwa hari Minggu kemarin merupakan hari yang suram akibat dampak Covid-19 sehingga Inggris tergabung dalam daftar negara yang jumlah kematiannya mencapai lebih dari 10.000 kematian.
Jumlah kasus Covid-19 yang terkonfirmasi di Inggris telah meningkat menjadi lebih dari 84.000. Jumlah ini dianggap hanya sebagian kecil dari jumlah infeksi yang sebenarnya karena peralatan tes sangat terbatas.
Belum jelas kapan Johnson akan dapat kembali bekerja. Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab saat ini mewakilinya dalam menjalankan tugas.
Penutupan wilayah
Hingga kini belum pasti kapan Inggris akan mencabut langkah-langkah sosial seperti penutupan wilayah secara ketat sejak 23 Maret 2020. Kebijakan itu akan ditinjau minggu depan dan kemungkinan akan tetap dilakukan penutupan wilayah sampai setidaknya akhir April 2020.
Terkait kebijakan penutupan wilayah tersebut, Ratu Inggris Elizabeth II (93) mendesak warga Inggris untuk tetap tinggal di rumah. Hal itu disampaikan Ratu Elizabeth bersama dengan pesan Paskah pertamanya yang direkam dan dirilis oleh Istana Buckingham pada Sabtu malam.
”Dengan mengisolasi diri, kita menjaga orang lain agar aman. Kita tahu bahwa virus korona ini tidak akan mengalahkan kita,” kata Ratu Elizabeth II.
Pesan tegas Ratu Elizabeth II tersebut muncul seminggu setelah pidatonya ditayangkan televisi berisi ajakan kepada rakyat Inggris untuk bersatu mengalahkan Covid-19.
Sementara itu, Pemerintah Inggris terpaksa membagikan alat pelindung diri (APD) yang tidak merata untuk staf medis. ”Kami memastikan, kami membawa peralatan ke garis depan,” kata Menteri Senior Alok Sharma.
Menurut Matt Hancock, sejauh ini ada 19 anggota staf NHS meninggal karena Covid-19. Dia menambahkan, kurangnya APD bukan menjadi alasan kematian 19 staf NHS tersebut. Seorang dokter senior Inggris meminta PM Johnson melalui media sosial bulan lalu terkait perlindungan yang lebih baik bagi tim medis untuk menghadapi Covid-19 ini. (REUTERS/AFP)