Presiden Tolak Beri Gantz Tambahan Waktu untuk Bentuk Pemerintahan Bersama
Jika sampai Senin malam besok tidak ada kesepakatan dalam pembentukan pemerintahan, dan jika jumlah rekomendasi bagi semua kandidat tidak berubah, tugas membentuk pemerintahan akan dikembalikan kepada Knesset.
Oleh
Mahdi Muhammad & MH SAMSUL HADI
·3 menit baca
TEL AVIV, MINGGU — Presiden Israel Reuven Rivlin tidak akan memberikan tambahan waktu 14 hari, seperti yang diminta pemimpin Gerakan Biru-Putih, Benny Gantz, untuk membentuk pemerintahan bersama dengan koalisi pimpinan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu. Waktu yang diberikan kepada Gantz untuk membentuk pemerintahan bersama di Israel akan habis Senin malam besok.
Seperti dilansir Times of Israel, Minggu (12/4/2020), keputusan itu dibuat Rivlin setelah ia berbicara dengan Gantz dan Netanyahu, pemimpin Partai Likud. Pernyataan kantor Rivlin juga menyebutkan, koalisi Gantz dan koalisi Netanyahu masih jauh untuk mencapai kesepakatan membentuk pemerintahan bersama.
”Jika kedua pihak itu tidak menandatangani kesepakatan pada besok malam, dan jika jumlah rekomendasi bagi semua kandidat tidak berubah, tugas membentuk pemerintahan akan dikembalikan kepada Knesset dan periode 21 hari akan dimulai saat para anggota Knesset dapat membentuk mayoritas guna merekomendasikan kandidat yang disepakati untuk membentuk pemerintahan dalam waktu 14 hari,” demikian pernyataan kantor Rivlin, seperti dikutip Times of Israel.
”Jika selama waktu yang diberikan kepada Gantz untuk membentuk pemerintahan situasi berubah dan kedua pihak datang menemui presiden dengan permintaan waktu tambahan agar bisa mencapai kesepakatan, presiden akan mempertimbangkan kembali keputusannya.”
Sebelumnya, Gantz meminta perpanjangan waktu selama dua pekan ke depan untuk membentuk pemerintahan bersama dengan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu. Perpanjangan waktu itu dibutuhkan Gantz dan Netanyahu setelah pembicaraan keduanya selama beberapa pekan terakhir tidak membuahkan hasil.
Perpanjangan waktu tambahan itu diminta oleh Gantz kepada Presiden Israel Reuven Rivlin karena tenggat semakin dekat, yaitu Senin (13/4/2020) tengah malam. ”Saya percaya bahwa kami (Gantz dan Netanyahu) sudah sangat dekat dengan kesepakatan untuk membentuk pemerintahan bersama. Tambahan waktu sangat diperlukan agar kesepakatan itu bisa difinalisasi,” kata Gantz, Minggu (12/4/2020).
Gantz, pesaing utama Netanyahu dalam tiga pemilihan umum terakhir, mendapat mandat dari Rivlin pada 15 Maret 2020 untuk membentuk pemerintahan baru setelah memenangi dukungan dari mayoritas anggota parlemen yang baru terpilih. Seperti dilaporkan Times of Israel, pemberian mandat kepada Gantz diumumkan Rivlin setelah pemimpin partai Yisrael Beiteinu, Avigdor Lieberman, mendukung Gantz menjadi perdana menteri.
Gantz mendapat dukungan total 61 dari 120 anggota parlemen, sedangkan Netanyahu memperoleh 58 dukungan.
Setelah mendapat mandat, Gantz mencoba menjalin komunikasi dengan Netanyahu dan Partai Likud untuk membentuk pemerintahan bersama. Kondisi kedaruratan yang dihadapi Israel, khususnya dalam penanganan pandemi Covid-19, menjadi salah satu pertimbangan Gantz.
”Saat ini negara menghadapi kejadian yang luar biasa dan kondisi ini membuat saya harus mengambil keputusan yang tidak biasa juga. Untuk itu, seperti yang sudah sering disampaikan, saya berkeinginan untuk mengkaji dari setiap sisi untuk membentuk pemerintahan darurat nasional,” kata Gantz.
Akan tetapi, dalam perjalanannya, perundingan antara Gantz dan Netanyahu tidak berjalan mulus. Sejumlah media di Israel menyebut bahwa pemerintahan bersama ini nantinya akan menempatkan Netanyahu pada posisinya seperti sekarang ini, yakni sebagai perdana menteri, setidaknya hingga akhir 2021. Setelah itu, Gantz akan menggantikan Netanyahu.
Namun, seperti dilaporkan harian Haaretz, salah satu hal yang alot untuk disepakati adalah masalah subsidi tempat tinggal bagi perdana menteri dan wakilnya serta para anggota kabinetnya. Dalam draf yang disusun Rabu (1/4/2020), Gantz menyatakan, Netanyahu meminta agar tetap berada di kediamannya sekarang ini. Setelah draf itu bocor ke publik, perundingan kedua belah pihak buntu.
Netanyahu dan partai yang dipimpinnya, Partai Likud, sejak dimulainya perundingan di antara kedua pihak lebih banyak diam. Sabtu (11/4/2020), setelah perundingan menemui jalan buntu, Netanyahu mengundang Gantz dan tim negosiatornya untuk memulai kembali perundingan.
Netanyahu meminta perundingan itu dimulai kembali dengan niat yang baik dan tanggung jawab nasional untuk membentuk pemerintah persatuan secepat mungkin.
Apabila perundingan ini kembali gagal, rakyat Israel kemungkinan besar akan kembali ke bilik-bilik suara untuk keempat kalinya dalam setahun terakhir. Tanpa pemerintahan dan kabinet yang pasti, pengelolaan penanganan pandemi Covid-19 di negara ini juga akan sangat mengkhawatirkan. (AP/AFP/REUTERS)