PBB Kecam Pemutusan Pasokan Air dan Listrik di Tripoli
Pemutusan pasokan air dan listrik di Tripoli, yang dilakukan oleh kelompok bersenjata di bawah kendali Tentara Nasional Libya (LNA) pendukung Khalifa Haftar, berdampak terhadap 2 juta warga Tripoli.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
TRIPOLI, MINGGU — Perserikatan Bangsa-Bangsa mengecam pemutusan pasokan air dan listrik di Tripoli, ibu kota Libya, karena berdampak pada jutaan warga Libya yang tinggal di Tripoli dan sekitarnya. Hal itu juga memperburuk kondisi warga sipil yang harus menghadapi wabah virus korona.
Koordinator Kemanusiaan PBB Yacoub El Hillo menyampaikan kecaman tersebut pada Jumat (10/4/2020). PBB mengecam sabotase pasokan air dan listrik yang digunakan sebagai ”senjata perang” oleh kelompok pendukung Khalifa Haftar dalam menekan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) pimpinan Fayez al-Sarraj yang berbasis di Tripoli dan diakui PBB.
”Lebih dari 2 juta orang, termasuk 600.000 anak-anak, tinggal di Tripoli dan kota-kota di sekitarnya. Hampir setiap minggu mereka mengalami gangguan air,” kata Hillo.
Ketika Libya sedang berjuang menahan pandemi virus korona, akses air dan listrik justru diputus. ”Akses air dan listrik itu lebih dari menyelamatkan nyawa. Tindakan sabotase seperti itu secara kolektif berarti menghukum jutaan orang tak bersalah. Ini harus segera dihentikan,” ucap Hillo.
Hingga Minggu (12/4/2020), Libya secara resmi mencatat satu kematian dan 24 kasus Covid-19.
Nader Mohamed, sopir taksi dan ayah tiga anak di Tripoli, mengatakan bahwa situasi telah menjadi jauh lebih buruk. Dia tinggal di flat lantai lima dan harus membawa persediaan air keluarga ke flat mereka setiap pagi.
Mereka tidak mampu membeli generator pribadi. Mohamed dan keluarganya harus menggunakan lilin di malam hari. ”Selain perang, kita sekarang menderita virus, dan jika menyebar, hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi,” kata Mohamed.
Sabotase
Kota-kota pesisir di Libya utara umumnya mendapat pasokan air melalui jaringan Great Man-Made River, sebuah proyek besar yang dibangun di bawah mantan diktator Libya Moamar Khadafi untuk membawa air dari akuifer (lapisan bawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan air) di gurun selatan Libya.
Jaringan di proyek itu disabotase oleh anggota kelompok bersenjata di Shwerif, 350 kilometer di tenggara Tripoli. Kelompok bersenjata itu di bawah kendali Tentara Nasional Libya (LNA) yang mendukung Khalifa Haftar. LNA yang didukung oleh Uni Emirat Arab, Mesir, dan Rusia membentuk pemerintahan tandingan di Benghazi, Libya timur.
Air seharusnya tidak digunakan sebagai upaya untuk menekan lawan atau sebagai senjata perang.
Kelompok yang sama juga telah melakukan sabotase serupa beberapa kali di Tripoli di masa lalu. Mereka menuntut pembebasan anggota kelompok mereka yang ditahan di Tripoli.
”Semua upaya mediasi sampai sekarang tampaknya tidak menghasilkan resolusi untuk perselisihan tersebut, sementara jutaan warga Libya terus kekurangan air. Air seharusnya tidak digunakan sebagai upaya untuk menekan lawan atau sebagai senjata perang,” kata Hillo.
Sabotase terhadap pasokan air ini juga dilakukan bersamaan dengan pemadaman listrik. Kelompok bersenjata lainnya di Libya juga telah melakukan sabotase penutupan pipa gas yang memasok pembangkit listrik di Libya barat. Hal ini menyebabkan pemadaman listrik di Libya barat dan selatan.
Perusahaan listrik mengatakan bahwa kesalahan teknis terjadi di belakang pasokan listrik pada hari Selasa dan Rabu lalu. Sementara pengelola jaringan pipa air Proyek Great Man Made River mengatakan di Facebook bahwa orang-orang bersenjata telah menyerbu ruang kendali pada hari Selasa dan memutus aliran air.
”Situasinya menyedihkan. Pertempuran sengit, virus korona, dan sekarang kami mengalami pemadaman listrik dan air,” kata Aynoor, guru bahasa Inggris di Libya.