Paus Fransiskus: Saatnya Menularkan Harapan dan Cinta Kasih
Paus Fransiskus menularkan harapan dan cinta kasih terhadap sesama di tengah pandemi Covid-19. Pada saat yang sama, Paus mengingatkan pemimpin dunia untuk bekerja bersama menghalau penyakit ini.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
VATIKAN, MINGGU – Pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, mengajak umatnya di seluruh dunia untuk membangkitkan harapan dan menebar cinta kasih di tengah berbagai upaya memerangi pandemi global Covid-19. Pandemi yang melingkupi perayaan Paskah bisa diatasi dengan memunculkan solidaritas global, antarnegara dan masyarakat.
Paus menyampaikan itu dalam pesan "Urbi et Orb" atau Kepada Kota (Roma) dan Dunia, pada misa Paskah, Minggu (12/4/2020) di Basilika Santo Petrus, Vatikan, yang kosong. Untuk pertama kali dalam sejarah kekristenan, misa Paskah dibawakan secara virtual. Umat mengikuti dari rumah-rumah mereka di seluruh dunia karena penguncian atau pembatasan akibat pandemi Covid-19.
Pelataran Basilika Santo Petrus yang biasanya dipenuhi sedikitnya 10.000 peziarah dari seluruh dunia, tampak kosong. Di dalam basilika, Paus memimpin misa dengan ditemani tidak lebih dari 20 pastor, suster, dan petugas koor.
Sedangkan dalam misa malam Paskah, Sabtu malam, Paus mengajak umat Katolik untuk tidak menyerah pada rasa takut dan tetap memiliki asa dalam memerangi pandemi Covid-19.
"Bagi banyak orang, ini adalah hari Paskah yang sunyi, hidup di tengah kesedihan dan kesulitan yang disebabkan pandemi, dari penderitaan fisik hingga kesulitan ekonomi," katanya.
Paus berpesan kepada seluruh umat Katolik untuk tidak menambah kepanikan di tengah pandemi, tetapi membangkitkan harapan dan menebarkan kasih kepada yang membutuhkan pertolongan, serta memberikan penghiburan kepada yang berduka atau bersedih hati.
Dari London, Inggris, dilaporkan, Ratu Inggris Elizabeth II (93) selaku Pemimpin Gereja Katolik Anglikan dalam pesan Paskah-nya mengatakan, Paskah tahun ini tidak dibatalkan kecuali dirayakan secara berbeda tanpa umat akibat pandemi. ”Tahun ini, Paskah berbeda bagi kita. Dengan memisahkan diri, kita menjaga orang lain agar aman,” kata Ratu.
Paus mengatakan, perayaan Paskah tahun ini memang jauh dari kebiasaan umat Katholik di seluruh dunia. Kali ini, seluruh umat Katolik merayakan Paskah di dalam kesunyian karena saran dari tim kesehatan serta kebijakan pemerintahan di masing-masing negara untuk menjaga jarak, baik berjarak secara fisik maupun berjarak secara sosial.
"Bagi banyak orang, ini adalah hari Paskah yang sunyi, hidup di tengah kesedihan dan kesulitan yang disebabkan pandemi, dari penderitaan fisik hingga kesulitan ekonomi," katanya.
Namun, dibalik itu, Paus juga mengingatkan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan umatnya dalam kesedihan. “Tetapi Tuhan tidak meninggalkan kita sendirian. Bersatu dalam doa kita, kita yakin bahwa Dia telah meletakkan tangan-Nya ke atas kita,” kata dia.
Paus, dalam pesannya, menyampaikan rasa terima kasih kepada para dokter, perawat, tim medis dan kepada orang-orang yang bekerja dengan kesungguhan dan kebaikan hati untuk menjamin layanan penting yang diperlukan untuk masyarakat sipil tetap tersedia. Dia juga berterima kasih pada penegak hukum dan personil militer di banyak negara yang telah membantu meringankan kesulitan dan penderitaan masyarakat.
Selain memberikan semangat kepada umatnya untuk tetap memelihara harapan ditengah kesulitan hidup akibat pandemi Covid-19, Paus juga memberi pesan yang kuat terhadap para pemimpin negara, pemerintahan dan para pengambil kebijakan di dunia.
Paus mengakui bahwa pandemi Covid-19 ini memberikan kekhawatiran bersama tentang masa depan kehidupan yang tidak pasti, mulai dari ekonomi hingga keamanan dan perdamaian dunia. Untuk itu, Paus mendorong para pemimpin dunia bekerja bersama secara aktif demi kebaikan bersama, untuk menyediakan sarana agar setiap warga bisa menjalani kehidupan yang bermartabat.
Paus menyatakan, ditengah kondisi saat ini, sikap ketidakpedulian, mementingkan diri sendiri atau egosentris, hingga perpecahan, harus disingkirkan jauh-jauh. “Seluruh dunia tengah menderita dan semua perlu bersatu, bekerja bersama dalam menghadapi pandemi ini,” kata dia.
Dia juga meminta agar para pemimpin global bersikap bijak untuk memberi kelonggaran sanksi internasional, pengurangan sanksi jika bukan sebuah pengampunan, atas hutang yang selama ini telah membebani perekonomian negara-negara miskin.
Pada saat yang sama, Paus juga melancarkan kritik atas banyaknya uang yang dihabiskan untuk perdagangan senjata global. Dia juga berharap konflik di Suriah, Yaman, Irak dan Libanon dapat segera berakhir. Juga berharap agar pembicaraan damai antara Israel dan Palestina dapat kembali berjalan agar perdamaian di kawasan itu bisa segera terwujud.
Pesan Paus pada misa perayaaN Paskah pada Minggu (12/4/2020) itu menegaskan pesan yang disampaikannya pada misa malam Paskah di tempat yang sama. Dia mengatakan bisa merasakan apa yang dikhawatirkan umatnya di tengah pandemi ini: ketakutan, kekhawatiran terhadap masa depan.
”Ada ketakutan tentang masa depan dan semua perlu dibangun kembali. Memori yang menyakitkan, harapan terputus. Bagi mereka, bagi kita, saat itu adalah saat yang paling gelap,” kata Paus Fransiskus dalam homilinya.
Namun, dia mengajak seluruh umat untuk tidak menyerah.
”Jangan takut, jangan menyerah pada ketakutan. Ini adalah pesan harapan. Ini ditujukan kepada kita, hari ini. Ini adalah kata-kata yang diulangi Tuhan kepada kita malam ini juga,” kata Paus Fransiskus.
”Mari kita heningkan tangisan kematian, tidak ada lagi perang! Semoga kita menghentikan produksi dan perdagangan senjata karena kita membutuhkan roti, bukan senjata,” kata Paus Fransiskus.(AFP/REUTERS/LOK)