Kekurangan Uang Ganjal Penanganan Wabah Korona di Sudan dan Kroasia
Sudan dikhawatirkan tidak akan mampu menangani jika wabah korona tipe baru menyebar. Jumlah ranjang di rumah sakit yang dilengkapi dengan alat bantu pernapasan pun sangat terbatas.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
KHARTOUM, MINGGU — Pemerintah Sudan membutuhkan sedikitnya 120 juta dollar AS secepatnya untuk melawan wabah korona tipe baru yang melanda ketika negeri itu tengah didera krisis ekonomi parah. Kementerian Kesehatan Sudan tengah menyiapkan strategi untuk menangani wabah korona sampai akhir Juni 2020.
”Tetapi, untuk bisa melakukan itu, kami butuh uang 120 juta dollar AS untuk membeli alat perlindungan diri bagi tenaga medis dan menyiapkan layanan kesehatan serta memperbarui alat tes di laboratorium,” kata Menteri Kesehatan Sudan Akram Ali Altom, Sabtu (11/4/2020).
Sampai sejauh ini tercatat 19 kasus positif Covid-19 dan 2 orang di antaranya tewas di Sudan. Jika wabah korona menyebar, Sudan dikhawatirkan tidak akan mampu menanganinya. Jumlah ranjang di rumah sakit yang dilengkapi dengan alat bantu pernapasan pun sangat terbatas. Sebelum wabah korona, Sudan pernah mengadapi wabah kolera yang ditangani dengan ”apa adanya”.
Untuk memperlambat penyebaran virus, sejak Februari lalu, Sudan sudah melakukan tes pada semua orang yang masuk lewat bandara internasional. Seluruh bandara dan perbatasan juga ditutup sejak Maret lalu. Selain itu, sudah diberlakukan jam malam selama 12 jam, menutup sekolah dan kampus, serta melarang acara atau kegiatan apa pun yang melibatkan banyak orang.
”Kami meminta karantina penuh di ibu kota Khartoum selama tiga pekan dan menambah tempat-tempat karantina pasien serta alat tes,” kata Artom.
Namun, karantina penuh tersebut kemungkinan akan sulit dilakukan karena banyak warga Sudan bekerja di sektor informal.
Kasus di Kroasia
Kesulitan uang untuk melawan wabah korona tak hanya dihadapi Sudan, tetapi juga Kroasia. Pemerintah Kroasia menyatakan, mereka membutuhkan setidaknya 10 miliar dollar AS beberapa bulan ke depan.
Menteri Keuangan Kroasia Zdravko Maric, Rabu lalu, mengatakan pihaknya telah mengambil langkah-langkah untuk menopang perekonomian, termasuk menghapuskan kewajiban pajak atau menunda pembayaran pajak selama tiga bulan ke depan. Pemerintah juga akan membayar sebagian gaji pekerja yang dipekerjakan perusahaan bermasalah.
”Nanti kami akan bicara dengan serikat pekerja tentang pengurangan gaji karyawan di sektor publik,” kata Maric.
Kroasia memberlakukan karantina penuh sejak pertengahan Maret lalu. Jumlah kasus positif Covid-19 di negara itu telah mencapai 1.282 kasus dan 18 orang di antaranya tewas.
Kroasia selama ini mengandalkan sektor pariwisata, tetapi kini mati akibat wabah korona. Turis asing saja sudah memberikan pemasukan ke Kroasia lebih dari 10,9 miliar dollar AS setiap tahun.
Maric mengatakan, kemungkinan pihaknya akan mengambil keuntungan dari dana pensiun yang dikelola negara. Selain itu juga akan mengharapkan dana dari Uni Eropa. ”Kami sudah mempertimbangkan beberapa langkah ke depan. Setelah krisis ini selesai, harus ada langkah memacu perekonomian,” ujarnya.