Dalam pandemi Covid-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berada di tengah hubungan Amerika dan China yang tidak harmonis. Lembaga pimpinan Tedros Adhanom Ghebreyesus ini pun jadi kambing hitam Presiden Donald Trump.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Ketika Amerika Serikat sedang berada di tengah krisis kesehatan yang besar akibat pandemi Covid-19, Presiden AS Donald Trump menyalahkan Organisasi Kesehatan Dunia atas pandemi ini. Meski banyak yang mendukung sikap Trump, tak sedikit juga yang mengkritik sikap ini sebagai mencari kambing hitam atas pandemi yang terjadi di AS.
Sebagian besar kritik dari AS sebenarnya lebih bersifat personal kepada Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Ketika mayoritas penduduk dunia menjalani pembatasan fisik dan sosial dengan tinggal di rumah sambil merayakan Hari Kesehatan Dunia dan berterima kasih kepada tenaga medis, Selasa (7/4/2020), Trump mengancam akan menahan donasi AS kepada WHO. Selama ini negara adidaya itu menjadi donatur terbesar WHO.
”WHO benar-benar gagal,” ujar Trump di Twitter. ”Untuk beberapa alasan, mayoritas didanai oleh AS, tetapi sangat China sentris.”
Pada Rabu (8/4/2020), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa WHO ”tidak mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan”.
Chris Smith seorang Republikan dari Subkomite Urusan Luar Negeri DPR AS, menyatakan, Trump tidak bermaksud untuk ”mengurangi atau menunda donasinya” kepada WHO. ”Kami butuh jawaban dan orang-orang di dunia layak mendapat WHO yang transparan,” ujarnya.
”Orang di distrik saya sekarat. Orang-orang di seluruh AS dan Eropa dan di mana pun sekarang karena sesuatu yang dikerjakan dengan buruk,” kata Smith.
Kritik AS
Bagi AS, kritik utama mengarah pada pernyataan WHO yang mengutip pernyataan ilmuwan China bahwa ”tidak ada bukti yang jelas” terjadinya penularan Covid-19 antarmanusia.
Akhir Januari lalu, Tedros bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing. Tedros mengapresiasi ”transparansi” dan kerja sama China dengan WHO.
Smith mengatakan bahwa WHO seharusnya ”diawasi” ketika China menghalang-halangi dokter Li Wenliang yang memberikan peringatan akan adanya potensi wabah di Wuhan. ”Ketika WHO menerima argumen China bahwa tidak ada penularan antarmanusia, ada orang di Wuhan yang membayar mahal untuk berbicara jujur kepada penguasa di sana,” kata Smith.
”Entah karena tidak mampu atau memang ada agenda lain, dan dengan pemerintah China selalu ada agenda lain dan kebenaran selalu yang pertama dikorbankan,” tambah Smith.
Trump sendiri pada Januari lalu mengatakan bahwa wabah Covid-19 di AS ”terkendali sepenuhnya”. Bahkan, menurut dia, wabah Covid-19 akan hilang pada April seiring dengan kian hangatnya cuaca di AS.
Namun, sejak saat itu hingga kini korban meninggal di AS telah mencapai 14.700. Sebagian penduduk AS pun dibatasi pergerakanannya dan berada di dalam rumah untuk memutus rantan penyebaran.
Ketika di dalam negeri Trump mendapat kritik tajam atas keterlambatannya bertindak mengantisipasi Covid-19 ia mengecam Beijing atas apa yang disebutnya ”virus China”. Ketika AS mendapat kiriman bantuan alat-alat medis dari China Trump mengalihkan kritiknya kepada WHO.
Sebenarnya, ini bukan pertama kali Trump mengambil jarak, mengkritik, dan menyalahkan sejumlah pihak. Sejak awal berkuasa Trump telah menyalahkan media, sejumlah gubernur dari Demokrat, China, Presiden Barack Obama, dan pengawas federal. Sekarang giliran WHO.
Ketika AS menghadapi pandemi Covid-19, Trump akan berpaling pada strategi yang ia kenal, yaitu mengalihkan, menyangkal, dan menyalahkan pihak lain.
Direktur Pusat Kebijakan Kesehatan Global di Pusat Studi Internasional dan Strategis (CSIS) J Stephen Morrison, mengatakan, WHO layak dikritik karena apresiasinya terhadap China dan terlambat menyatakan Covid-19 sebagai darurat kesehatan global.
Akan tetapi, penting juga untuk realistis bahwa keistimewaan WHO menjadi sangat terbatas ketika berhadapan dengan negara adidaya seperti China.
”Apa yang terjadi sekarang, saya yakin, ini adalah bagian dari Washington mencari siapa yang salah,” kata Morrison. ”Dalam hal ini WHO terjebak di antara AS dan China yang saling bertikai dan upaya Washington mengalihkan perhatian publik dari Trump.”
Menurut Morrison, Tedros telah menunjukkan kompetensinya termasuk ketika masih menjadi menteri luar negeri dan mengatasi wabah Ebola di Afrika.(AFP/AP)