Penguncian Wuhan Dibuka, Warga Tetap Hati-hati Berinteraksi
Meski telah bebas keluar rumah, warga Wuhan tetap berhati-hati dalam berinteraksi, berbelanja dan berjalan-jalan agar terhindar dari penularan virus korona baru.
Setelah Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei di China, yang menjadi episentrum wabah virus korona baru atau SARS-CoV-2 dibuka kembali pada Rabu (8/4/2020), warga Wuhan pun bebas keluar dari apartemen atau rumah mereka setelah dikarantina selama 2,5 bulan.
Meski telah bebas keluar rumah, warga Wuhan tetap berhati-hati dalam berinteraksi, berbelanja dan berjalan-jalan agar terhindar dari penularan virus korona. Mereka masih sedikit keluar rumah dan lebih menjaga anak-anak mereka di rumah sambil menunggu sekolah dibuka kembali.
Sekitar 11 juta penduduk Wuhan masih harus menghadapi sejumlah pengontrolan, meski kota itu telah dibuka. Ini membuat sebagian besar warga Wuhan meninggalkan kota Wuhan pada akhir minggu ini.
Gedung-gedung kantor mengharuskan pengunjung untuk menunjukkan aplikasi ponsel pintar yang melacak kesehatan mereka. Seorang pedagang mengatakan, dia harus melaporkan perincian perjalanannya melintasi kota ke pihak berwenang.
Baca juga: Pelajaran dari Wuhan, Pandemi Korona Terbukti Bisa Dikalahkan
Wuhan secara bertahap menghidupkan kembali bisnis dan aktivitas sehari-hari, dan terus mencegah munculnya kembali virus korona yang telah mengakibatkan terhentinya semua aktivitas di seluruh dunia.
Di mal di pusat kota Wuhan, pekerja konstruksi yang mengenakan masker kembali bekerja merenovasi sebuah toko barang olahraga. Seorang laki-laki dan perempuan menari di trotoar, sementara teman mereka merekam video mereka dengan ponsel.
Penjaga di gedung-gedung kantor memeriksa suhu tubuh pengunjung untuk memastikan apakah mereka demam. Pejalan kaki dan pelanggan di toko-toko memakai masker dan menjaga jarak satu sama lain.
“Saya masih merasa lebih aman untuk tidak keluar rumah terlalu sering. Saya masih memesan makanan dan sayur-sayuran yang dikirim ke rumah kami, ” kata Peng yang menjual fasilitas pemrosesan daging sapi.
"Saya punya anak lelaki berusia dua tahun dan dia suka keluar setelah dikarantina di dalam rumah begitu lama. Tapi saya masih khawatir tentang keselamatannya dan tidak akan membiarkan dia bermain dengan anak-anak lain di luar," tambah Peng.
Ditutup
Sebagian besar akses ke Wuhan ditutup sejak Tahun Baru Imlek, 23 Januari 2020, setelah ditemukan kasus positif Covid-19 pertama kalinya di kota itu pada akhir Desember 2019.
Restoran, kereta bawah tanah dan fasilitas publik lainnya ditutup. Pola penutupan atau penguncian kota ini juga dilakukan oleh beberapa negara di Asia dan Eropa untuk mencegah penularan virus korona.
Warga diperintahkan untuk tinggal di rumah, sehingga jalanan kota menjadi kosong dan sunyi. Upaya penguncian yang dilakukan di kota-kota lain tersebut akhirnya memengaruhi hidup 800 juta orang.
Baca juga: Kota Wuhan Kembali Dibuka Setelah 76 Hari Ditutup
Komisi Kesehatan Nasional China pada hari Jumat (10/4/2020) mengatakan bahwa di Wuhan dilaporkan ada 2.575 kematian akibat Covid-19. Itu berarti sekitar dua pertiga dari total kematian di China, yakni 3.336. Di Wuhan ada 50.008 kasus positif Covid-19 dari total 81.907 kasus di China daratan.
Partai Komunis China mulai melonggarkan pengawasan pada awal Maret 2020 dan berupaya menghidupkan kembali ekonomi China setelah menyatakan menang melawan virus korona baru di saat jumlah kasus positif Covid-19 mulai menurun di China.
Pabrik mobil dan bisnis lain yang dianggap penting untuk perekonomian nasional atau yang menghasilkan kebutuhan sehari-hari mulai dibuka kembali. Beberapa bisnis termasuk agen real estat masih tutup.
Fasilitas dijaga
Dr Zhang Dingyu, Direktur Rumah Sakit Jinyintan di Wuhan yang menjadi tempat perawatan pasien Covid-19 memperingatkan bahwa virus korona ini tidak hilang begitu saja.
Virus ini tetap menjadi ancaman manusia di masa depan, sehingga fasilitas khusus yang telah dibangun untuk merawat pasien Covid-19 tetap harus dijaga.
"Virus ini akan bertahan di masa depan, jadi kita harus berpikir tentang bagaimana menerapkan langkah selanjutnya," kata Zhang Dingyu.
“Kami dulu fokus pada flu, AIDS, dan penyakit tangan-kaki-mulut, tetapi sekarang kami perlu memiliki bangsal atau area untuk menangani penyakit Covid-19 ini," katanya.
Penduduk Kota Wuhan juga harus mempertimbangkan untuk tetap memakai masker selama tiga bulan lagi. Sekolah-sekolah yang melakukan pembelajaran melalui internet belum mengumumkan kapan sekolah akan dibuka kembali.
Pejabat sekolah mengatakan, mereka mendisinfeksi bangunan dan merancang beban kerja yang lebih ringan sehingga siswa dapat kembali masuk kelas.
Baca juga: Shi Zhengli, "Perempuan Kelelawar" Penyibak Misteri Virus Korona di Wuhan
Xu, seorang karyawan dari sebuah perusahaan irigasi mengatakan bahwa anak perempuannya yang berumur 10 tahun sudah terbiasa dengan kelas daring yang dijalaninya selama masa karantina. Anaknya merasa lebih nyaman dengan sistem belajar daring saat ini.
"Kami masih menghindari meninggalkan rumah kecuali pergi bekerja. Kami masih memesan makanan secara daring meskipun kami sekarang diizinkan pergi ke supermarket. Tapi kami tetap berusaha untuk tinggal di rumah," kata Xu.
Beberapa kompleks apartemen masih melarang orang luar masuk ke dalam kompleks apartemen. Pembatasan serupa terjadi di ibu kota, Beijing, dan kota-kota lain.
Larangan itu membuat pelanggan Zhang Juan (35) menjauh. Zhang Juan mengelola sebuah toko yang menjual minuman keras dan rokok di kompleks perumahan. Dia mengatakan, hanya satu anggota dari setiap rumah tangga yang diizinkan keluar setiap hari.
"Saya terus mendisinfeksi toko, tapi apa gunanya. Kadang-kadang hasil penjualan dalam satu hari tidak lebih dari 10 yuan (1,40 dollar AS/Rp 22.000 )," kata Zhang Juan.
Keringanan pajak
Pemerintah China telah menjanjikan keringanan pajak, pinjaman berbiaya rendah, dan bantuan lain bagi wirausahawan agar mereka bisa bangkit kembali berusaha.
Namun tidak jelas, berapa banyak yang kini berada di bawah tekanan membayar sewa, upah dan pengeluaran lain selama dua bulan tanpa pendapatan dan harus menghadapi beberapa minggu lagi hanya dengan sedikit usaha.
“Epidemi telah menghantam saya begitu keras dan saya bahkan tidak bisa melakukan pembayaran pinjaman bank dan kartu kredit saya,” kata Zhang Juan.
Baca juga: Jangan Berjudi dengan Pandemi
Situasi penguncian menguntungkan bisnis pedagang grosir daring dan perusahaan e-commerce lainnya, mendorong pertumbuhan industri daring tersebut dan kini sudah meledak.
Menurut Hu Haibo, penjual real estat, pembeli rumah potensial sekarang ini dapat melihat sekitar 95 persen dari 1.500 proyek perumahan baru di Wuhan secara daring.
"Kami dulu membawa pelanggan untuk menunjukkan rumah atau apartemen yang mereka ingin beli atau sewa, tapi sekarang kami hanya bisa menunjukkannya secara daring. Tidak banyak pelanggan yang ingin melakukan pembelian tanpa melihat propertinya secara langsung," kata Hu Haibo. (AP)