Permintaan Dunia Meningkat, Jepang Naikkan Produksi Avigan Tiga Kali Lipat
Pemerintah Jepang memutuskan untuk menaikkan jumlah produksi obat anti-flu Avigan. Favipiravir, kandungan dalam obat itu, diyakini bisa mempercepat penyembuhan pasien positif Covid-19.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
TOKYO, SENIN — Pemerintah Jepang berencana untuk menambah jumlah produksi obat anti-flu Avigan yang diproduksi oleh perusahaan Fujifilm Holding pada tahun fiskal 2020 hingga tiga kali lipat. Penambahan jumlah produksi itu dilakukan pemerintah Jepang karena diyakini obat ini cukup manjur untuk pengobatan Covid-19.
Media lokal Jepang memberitakan, persediaan saat ini mampu membantu para dokter dan petugas kesehatan untuk merawat 700.000 pasien yang positif terpapar Covid-19. Dengan penambahan jumlah produksi Avigan—nama dagang dari obat favipiravir—diharapkan lebih dari 2 juta pasien positif Covid-19 bisa menjalani perawatan.
Harian Japan Times melaporkan, Minggu (5/4/2020), selain untuk kepentingan dalam negeri, alasan Pemerintah Jepang menambah produksi adalah agar obat tersebut bisa dikirimkan ke sejumlah negara yang membutuhkan. Kepala Sekretaris Kabinet Pemerintah Jepang Yoshihide Suga, Jumat lalu, mengatakan bahwa pihaknya telah menerima permohonan dari sekitar 30 negara terhadap obat ini.
”Sebanyak 30 negara telah mengirimkan permohonan melalui jalur diplomatik mereka di Jepang untuk obat ini. Kami tengah berkoordinasi dengan produsen untuk menyediakan jumlah obat yang dibutuhkan bagi negara-negara yang membutuhkannya,” ujarnya.
Suga menambahkan, Pemerintah Jepang berencana untuk memperluas cakupan uji klinis penggunaan obat ini untuk merawat pasien Covid-19 dengan negara-negara yang sepakat bekerja sama.
Avigan, yang di dalam dunia medis dikenal dengan sebutan favipiravir, merupakan obat anti-flu yang diproduksi oleh anak usaha Fujifilm Holding, Fujifilm Toyama Chemical, yang selama ini dikenal sebagai perusahaan dengan bisnis kamera. Obat ini mendapat persetujuan untuk dijual di Jepang pada 2014. Kini, obat itu digunakan oleh para dokter di China untuk obat mengatasi gejala terkait virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19.
Uji coba di China menunjukkan bahwa pasien yang dirawat dengan menggunakan obat ini menunjukkan percepatan penyembuhan gejala dibandingkan dengan pasien lainnya.
Fujifilm Toyama Chemical dalam situs resmi perusahaan menyebutkan bahwa mereka telah memulai uji klinis untuk menguji efektivitas Avigan guna merawat pasien yang positif terpapar Covid-19. Hal ini dilakukan setelah adanya laporan penggunaan obat ini di China, yang menunjukkan hasil yang menjanjikan setelah digunakan untuk merawat pasien positif Covid-19.
Uji coba di China menunjukkan bahwa pasien yang dirawat dengan menggunakan obat ini menunjukkan percepatan penyembuhan gejala dibandingkan dengan pasien lainnya. ”Uji coba klinis ini akan dilakukan pada 100 orang pasien sampai dengan akhir bulan Juni,” kata juru bicara Fujifilm Toyama Chemical kepada kantor berita AFP.
Selama masa uji coba, tim akan mengumpulkan data dan menganalisisnya lebih lanjut. Pasien yang akan mengikuti uji coba pengobatan tersebut berusia antara 20 dan 74 tahun dengan gejala pneumonia ringan. Obat akan diberikan secara berturut-turut selama 14 hari. Ibu hamil, menurut juru bicara tersebut, tidak akan diikutsertakan dalam uji klinis ini karena efek samping yang ditimbulkan.
Pengunaan favipiravir untuk mengurangi gejala-gejala yang mengiringi penyakit Covid-19 telah dua kali dicoba oleh para dokter dan tim medis di China. Namun, Fujifilm Toyama Chemical sebagai produsen obat tersebut tidak terlibat dalam uji klinis tersebut.
Stimulus kesehatan
Pada Jumat pekan lalu, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berencana untuk mengeluarkan paket stimulus ekonomi pada Selasa pekan ini. Pemerintah merencanakan akan memprioritaskan stimulus di bidang kesehatan, terutama untuk uji klinis obat-obatan agar secepatnya secara formal bisa disetujui untuk mengobati para pasien yang positif terpapar Covid-19.
Selain itu, stimulus di bidang kesehatan juga akan memberikan tambahan dana subsidi bagi produsen dalam negeri yang memproduksi masker dan disinfektan. Diharapkan dengan stimulus tersebut, kapasitas produksi masker dalam negeri Jepang bisa mencapai 700 juta masker per bulan.
Stimulus itu, dikutip dari kantor berita CNN, diberikan setelah Abe mendapat kritikan keras ketika mengumumkan akan membagikan dua masker kain per keluarga di negara tersebut karena persediaan masker medis yang sangat terbatas. Sejumlah meme muncul di media sosial mengkritik kebijakan Abe tersebut.
Kebijakan ekonomi baru yang akan diluncurkan Pemerintah Jepang, menurut koran The Nikkei, adalah sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap barang-barang produksi China. Kebijakan ekonomi itu akan memberikan subsidi bagi para pengusaha dan perusahaan di Jepang yang mau memindahkan fasilitas produksinya ke Negeri Matahari Terbit itu. (AFP/REUTERS)