10 Hari Positif Covid-19, Boris Johnson Dibawa ke Rumah Sakit
Virus korona baru bisa menginfeksi siapa saja, tak terkecuali pemimpin negara dan para ahli kesehatan. Karena itu, intervensi kesehatan masyarakat yang tepat perlu benar-benar dijalankan dengan tegas.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
LONDON, SENIN — Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dibawa ke rumah sakit, Minggu (5/4/2020). PM Johnson akan kembali menjalani pemeriksaan karena menunjukkan gejala Covid-19 yang persisten dalam 10 hari setelah dinyatakan positif Covid-19. Meski begitu, Boris tetap memegang kendali pemerintahan.
Downing Street menggarisbawahi bahwa ini bukanlah situasi darurat dan Johnson tetap memegang otoritas pemerintahan. Menteri Luar Negeri Dominic Raab akan memimpin rapat darurat yang membahas Covid-19 pada Senin (6/4/2020) ini.
Johnson, yang menjalani isolasi mandiri di kediaman sekaligus kantor resmi perdana menteri di Downing Street, didiagnosis positif Covid-19 bulan lalu. Sejak saat itu, suhu tubuhnya tetap tinggi sehingga tim dokter yang merawatnya merasa perlu membawa Johnson ke rumah sakit untuk kembali menjalani pemeriksaan sebagai ”langkah pencegahan”.
”Atas saran dokter, perdana menteri malam ini telah masuk ke rumah sakit untuk menjalani tes”, demikian pernyataan resmi dari Downing Street. Kemungkinan besar Johnson akan dirawat selama satu malam di sana.
”Ini adalah langkah pencegahan sebab perdana menteri terus menunjukkan gejala Covid-19 yang persisten selama 10 hari setelah dinyatakan positif”, demikian lanjutan pernyataan itu.
Dr Rupert Beale, peneliti di Laboratorium Infeksi Biologi Sel di Francis Crick Institute, menuturkan, tim dokter akan ”memonitor tanda-tanda vital seperti saturasi oksigen”, memeriksa darah, menilai fungsi organ-organ tubuh Johnson, dan kemungkinan melakukan CT-scan untuk menilai fungsi paru.
Dalam pesannya pada Jumat lalu, Johnson yang matanya memerah menyatakan dirinya merasa lebih baik, tapi masih demam.
Johnson (55) menjadi pemimpin negara maju pertama yang terjangkit Covid-19. Setelah dinyatakan positif Covid-19 pada 27 Maret 2020, ia menjalani isolasi mandiri di sebuah apartemen di Downing Street hingga kemudian menjalani pemeriksaan di rumah sakit. Selain Johnson, Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock juga positif Covid-19 dan menjalani isolasi mandiri.
”Saya mengalami gejala ringan Covid-19, demam dan terus batuk,” ujar Johnson di Twitter. ”Jangan ragu, saya bisa melanjutkan, bersyukur pada teknologi modern sehingga bisa tetap berkomunikasi dengan semua tim saya untuk memimpin pertarungan nasional melawan virus korona baru.”
Komunikasi bilateral
Di tengah deraan Covid-19, PM Johnson menyempatkan diri berbicara dengan Presiden AS Donald Trump melalui sambungan telepon. Trump mendoakan Johnson agar cepat sembuh.
Menurut Trump, Johnson adalah ”pria yang kuat”. ”Semua warga Amerika berdoa untuknya,” ujar Trump dalam sebuah jumpa pers. ”Dia adalah sahabat saya, dia orang yang baik sekaligus pemimpin yang besar. Seperti kita tahu ia masuk ke rumah sakit hari ini, tapi saya berharap dan saya yakin bahwa dia akan baik-baik saja.”
Perang Dunia II
Kabar masuknya Johnson ke rumah sakit muncul satu jam setelah Ratu Elizabeth memberikan seruan kepada warga Inggris melalui siaran yang menyatakan bahwa mereka akan bisa mengatasi wabah virus korona baru apabila semua orang disiplin mematuhi kebijakan penutupan dan isolasi mandiri.
Dalam siaran itu, Ratu Elizabeth juga menyerukan warga Inggris untuk membangkitkan kembali semangan Perang Dunia II dalam menghadapi wabah Covid-19 dan menunjukkan bahwa generasi saat ini memiliki semangat yang tangguh seperti generasi pendahulunya.
”Kita akan bertemu kembali,” kata Ratu Elizabeth merujuk pada sebuah lagu paling terkenal di Inggris pada tahun 1940-an ketika dirinya masih remaja. ”Hari-hari yang lebih baik akan kembali.”
”Bersama-sama kita atasi penyakit ini dan saya ingin memastikan bahwa jika tetap bersatu dan patuh, kita akan bisa mengatasinya,” kata Ratu Elizabeth yang didampingi Pangeran Philip berbicara dari kediaman mereka di Puri Windsor.
”Kita pernah menghadapi tantangan sebelumnya, tapi tantangan kali ini berbeda. Saat ini kita bergabung bersama semua bangsa di dunia dalam upaya bersama menggunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan belas kasih untuk menyembuhkan. Kita akan berhasil dan keberhasilan itu akan menjadi milik semua orang.” (REUTERS/AP)