Obat dan vaksin untuk Covid-19 akan mengubah peta pandemi saat ini. Untuk itu, para ahli di dunia berpacu dengan waktu mengembangkan vaksin dan obat yang bisa jadi senjata untuk melawan virus korona baru.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SYDNEY, KAMIS — Setelah sejumlah negara di Amerika dan Eropa, kini Australia pun turut serta dalam perlombaan mengembangkan vaksin untuk Covid-19. Organisasi Penelitian Industri dan Ilmiah Persemakmuran (CSIRO), Kamis (2/4/2020), menyatakan bahwa mereka telah memulai tahap pertama pengembangan vaksin Covid-19.
Ada dua calon vaksin yang kini sedang dalam tahap uji praklinis dengan disuntikkan kepada musang di fasilitas keamanan biologi tingkat tinggi lembaga tersebut di dekat kota Melbourne.
Direktur Kesehatan CSIRO Rob Grenfell mengatakan, pengujian fase pertama ini akan membutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Menurut dia, kemungkinan vaksin baru bisa diproduksi massal untuk publik setelah akhir tahun depan.
”Kami masih optimistis bahwa dalam 18 bulan vaksin sudah bisa diakses publik,” kata Grenfell dalam wawancara melalui Skype. ”Sekarang ini, tentu saja dapat berubah. Ada banyak tantangan teknis yang kami lalui.”
Grenfell juga menyatakan bahwa para ilmuwan bekerja dalam kecepatan yang ”luar biasa”, menempuh fase pengujian praklinis dalam sekitar delapan minggu. Padahal, umumnya tahapan ini diselesaikan sampai dua tahun. ”Jadi, ini kecepatan yang sedang berlangsung sekarang.”
Saat ini Covid-19 telah menjangkiti lebih dari 850.000 orang di seluruh dunia dengan jumlah korban meninggal lebih dari 42.000. Australia sendiri telah melaporkan lebih kurang 5.200 kasus dengan 24 kasus meninggal.
Grenfell berharap uji klinis pada manusia salah satu kandidat vaksinnya bisa dilakukan akhir bulan ini atau awal bulan depan.
CSIRO menyebutkan bahwa pengujian calon vaksin akan mencakup pengujian efikasi dan mengevaluasi cara terbaik untuk memberikan vaksin tersebut agar memberikan perlindungan yang lebih baik, apakah dengan suntik ke otot (intra-muscular) atau semprotan ke hidung.
CSIRO merupakan lembaga penelitian pertama di luar China yang berhasil mengembangkan virus SARS-CoV-2 di dalam laboratorium untuk memudahkan studi praklinis vaksin Covid-19.
Pada Februari lalu, musang yang memiliki sejumlah reseptor yang sama dengan manusia di sistem pernapasannya telah diinfeksi virus korona baru dan bereaksi.
”Jika kita bisa mencegah virus korona baru menempel dengan reseptor di sistem pernapasan musang, maka ada peluang yang besar kandidat vaksin ini akan bekerja juga di manusia,” kata Grenfell.
Selain Australia, sejumlah negara seperti Amerika Serikat juga mengembangkan kandidat vaksin untuk mencegah infeksi virus korona baru. Bulan lalu di Seattle, bioteknologi asal AS, Moderna, memulai uji klinis calon vaksinnya, mRNA-1273.
Perusahaan AS lainnya yang menyusul melakukan uji klinis bulan April 2020 adalah Inovio dengan calon vaksinnya, INO-4800.
Pemerintah AS telah menyepakati kerja sama dengan Moderna dan perusahaan farmasi Johnson & Johnson serta dalam pembicaraan dengan dua perusahaan lainnya untuk pengembangan vaksin. Harapannya, nanti AS bisa memproduksi vaksin Covid-19 yang masif.
Negara yang juga mengembangkan vaksin Covid-19 adalah Israel yang telah menguji purwarupa vaksinnya pada hewan pengerat di sebuah laboratorium pertahanan biokimia.
Di Australia sendiri, selain pengujian calon vaksin di CSIRO, ribuan petugas kesehatan mengikuti uji klinis vaksin BCG untuk dimanfaatkan melawan virus korona baru. BCG merupakan vaksin lama yang dipakai untuk mencegah penyakit tuberkulosis. (REUTERS)