Banyak negara berkembang dan miskin tak siap dalam segala hal untuk menghadapi Covid-19. Pengampunan utang akan membantu negara berkembang dan miskin menghadapi dampak sosial dan ekonomi pandemi Covid-19.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
GENEVA, KAMIS — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak para debitur agar memberikan pengampunan utang kepada negara-negara miskin. Hal itu akan membantu mereka menghadapi pandemi Covid-19 yang disebabkan SARS-CoV-2.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) sepakat dengan ide itu. Pengampunan akan membantu negara berkembang dan negara miskin menghadapi dampak sosial dan ekonomi pandemi.
”Bagi negara-negara itu, pengampunan utang penting sehingga bisa mengurus warga dan menghindari kehancuran ekonomi. Ini permintaan dari WHO, Bank Dunia, dan IMF, pengampunan utang untuk negara miskin,” ujarnya, Rabu (1/4/2020) sore di Geneva, Swiss, atau Kamis dini hari WIB.
Pengampunan utang membutuhkan proses panjang. Karena itu, WHO bersama Bank Dunia dan IMF mendorong percepatan proses. ”Agar ekonomi negara-negara itu tidak krisis,” ujarnya.
Pengampunan utang antara lain didapat Somalia yang punya utang luar negeri lebih dari 5 miliar dollar AS. Bank Pembangunan Afrika, Bank Dunia, dan IMF setuju mengampuni 823 juta dollar AS dari 927 juta dollar AS utang Somalia ke tiga lembaga itu. Mogadishu juga mendapat pengampunan 1,4 miliar dollar AS dari kelompok kreditor yang dikenal sebagai Paris Club.
”Ini langkah maju. Kami merayakan ini karena sekarang bisa menerima lebih banyak pendanaan dan investasi,” kata Menteri Keuangan Somalia Abdirahman Duale Beileh.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mendesak dunia menyediakan hingga 2 miliar dollar AS untuk membantu negara berkembang dan negara miskin menghadapi dampak Covid-19.
Ia juga meminta negara kaya berkontribusi pada penyediaan dana itu. Banyak negara berkembang dan negara miskin tidak siap dalam segala hal untuk menghadapi Covid-19.
Hal itu antara lain dialami negara-negara di Pasifik. WHO menyebut, sebagian negara-negara di sana tidak bisa menyelenggarakan uji Covid-19 secara mandiri. Tes harus dilakukan di Australia, Selandia Baru, bahkan Amerika Serikat.
Bantuan China
Untuk mengatasi itu, China telah menjanjikan bantuan alat tes senilai total 1,9 juta dollar AS. China mengklaim telah mengirimkan 2.000 paket alat uji Covid-19 ke Papua Niugini.
Sementara Kepulauan Solomon mengklaim telah menerima bantuan senilai 300.000 dollar AS. Kedutaan Besar China di Honiara mendorong Kepulauan Solomon membeli peralatan kesehatan dari China.
”Ini cara China mengubah anggapan bahwa mereka sumber virus menjadi China sebagai sumber solusi. Jika mereka tidak hanya mengirim bantuan ke New York atau Italia, tetapi juga ke negara kecil, Anda akan merasa mereka sangat kuat memanfaatkan momen ini untuk membangun reputasi China,” kata peneliti di Lowy Institute Australia, Richard McGregor.
McGregor merujuk pada fakta negara-negara kepulauan di Pasifik kini menjadi arena perebutan pengaruh antara Australia-AS dengan China. Selama bertahun-tahun, Australia menjadi penyumbang terbesar kawasan itu. Beberapa tahun belakangan, negara-negara itu mulai mencari dukungan keuangan dari Beijing.
Kemampuan Beijing menggelar telekonferensi antara para pakar kesehatan China dan pejabat kesehatan di 10 negara Pasifik sangat memukau. Sydney harus waspada disalip Beijing di Pasifik. ”Jika mereka mengirimkan banyak bantuan memang bagus, sekaligus juga ada aspek geopolitik,” ujarnya. (AP/REUTERS)