Situasi Covid-19 terus berubah dengan cepat. Jumlah kasus positif dan kasus meninggal bisa naik dan turun. Negara yang terkena pandemi ini perlu memastikan jumlah kasus baru berkurang signifikan.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
ROMA, SELASA — Secercah harapan muncul di Italia ketika jumlah kasus baru Covid-19 mencapai titik terendah sejak 17 Maret 2020. Namun, Pemerintah Italia justru memperpanjang karantina wilayah karena kasus meninggal dalam sehari meningkat.
Italia melaporkan terdapat 4.050 kasus baru pada Selasa (31/3/2020) atau penambahan kasus baru terendah sejak 17 Maret 2020. Dengan demikian, total kasus Covid-19 di sana menjadi 101.739. Penurunan jumlah kasus positif ini kemungkinan disebabkan, antara lain, penurunan jumlah tes yang dilakukan dalam enam hari terakhir.
Selain itu, jumlah pasien sembuh dari Covid-19 dalam sehari juga mencapai angka tertinggi. ”Terdapat 1.590 pasien yang sembuh dalam 24 jam terakhir. Ini jumlah pasien sembuh tertinggi sejak pandemi dimulai,” kata Kepala Badan Perlindungan Sipil Italia Angelo Borrelli.
Akan tetapi, dalam periode yang sama, jumlah kematian akibat Covid-19 justru mencapai 812 kasus atau lebih tinggi dibandingkan penambahan kasus meninggal harian dalam dua hari terakhir. Sejak kasus positif Covid-19 muncul pertama kali di Italia pada 21 Februari lalu hingga kini, jumlah kasus meninggal akibat Covid-19 di Italia sebanyak 11.591.
”Evaluasi ini untuk memperpanjang semua kebijakan penutupan setidaknya sampai Paskah. Pemerintah akan bergerak ke arah ini,” kata Menteri Kesehatan Italia Roberto Speranza seusai pertemuan dengan komite ilmiah yang menjadi penasihat pemerintah, Senin (30/3/2020).
Roberto tidak menyebut secara spesifik sampai tanggal berapa perpanjangan kebijakan penutupan dilakukan. Namun, ia menyatakan bahwa tanggal pastinya akan ada di undang-undang yang diusulkan pemerintah.
Sudah tiga minggu lamanya kebijakan penutupan nasional diberlakukan di Italia. Pembatasan yang akan berakhir pada Jumat (3/4/2020) itu akan diperpanjang setidaknya dua minggu lagi.
”Kami harus setuju akan kebijakan ini dengan wilayah lain, memperpanjang penutupan sampai setidaknya pertengahan April,” kata Attilio Fontana, pemimpin wilayah yang paling terdampak Covid-19 di Italia, Lombardy.
Lombardy yang merupakan ibu kota keuangan Milan menjadi episenter Covid-19 di Italia. Sebanyak 40 persen kasus Covid-19 dan 60 persen kasus kematian akibat Covid-19 berada di wilayah ini.
Attilio mengatakan, langkah ekstrem membatasi mobilitas warga, acara kumpul-kumpul, dan kegiatan usaha bertujuan mencegah kenaikan eksponensial kasus Covid-19. Itu sebabnya kebijakan ini perlu dipatuhi. ”Kita sudah di jalan yang benar, mempertahankan kurva jumlah kasus untuk tidak naik tapi turun,” ujarnya.
Pada Senin (30/3/2020), asosiasi dokter Italia mengumumkan adanya 11 dokter lagi yang meninggal akibat Covid-19 sehingga kini jumlah total dokter yang meninggal 61 orang. Sebelum meninggal, tidak semua dokter yang meninggal itu dites. Untuk itu, mereka menekankan betapa bahayanya Covid-19 ini.
Kepala Institut Kesehatan Nasional Italia Silvio Brusaferro, yang merekomendasikan langkah-langkah penanganan menghadapi krisis ini kepada pemerintah, juga mengatakan bahwa agar kebijakan penutupan diperlonggar ”jumlah kasus baru harus turun signifikan”.
”Yang jelas, pencabutan kebijakan penutupan akan dilakukan secara bertahap. Kami bahkan mempertimbangkan stop and go, seperti yang dilakukan Inggris, yakni kebijakan penutupan dilonggarkan untuk waktu tertentu kemudian ditutup kembali,” kata Silvio kepada harian La Repubblica.
Vietnam
Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc memerintahkan penerapan kebijakan jaga jarak sosial level nasional selama 15 hari yang dimulai Rabu (1/4/2020). Dengan kebijakan ini, warga harus tinggal di rumah dan hanya bisa keluar rumah untuk ”alasan penting”, seperti membeli makanan, berobat, kondisi medis darurat, atau pergi bekerja di kantor yang diizinkan pemerintah.
Acara yang dihadiri lebih dari dua orang di tempat umum di luar sekolah, rumah sakit, atau tempat kerja dilarang. Ketika berada di tempat umum, warga juga harus menjaga jarak fisik sejauh minimal 2 meter.
Seperti dilaporkan The Strait Times, perdana menteri juga memerintahkan kementerian transportasi dan pimpinan daerah untuk menghentikan transportasi publik dan membatasi angkutan antarprovinsi. Perjalanan keluar dari daerah yang terkena Covid-19 ke wilayah lain pun dilarang kecuali untuk kepentingan yang urgen.
Phuc juga memerintahkan agar pasokan makanan dan barang kebutuhan pokok tetap terpenuhi selama kebijakan jaga jarak sosial nasional.
Sebelum kebijakan ini diberlakukan, Pemerintah Vietnam telah memerintahkan tempat-tempat usaha, mulai dari restoran hingga pusat kebugaran, untuk tutup dan membatasi penerbangan domstik dan internasional. Vietnam melaporkan 204 kasus Covid-19 yang 55 di antaranya sembuh. (REUTERS/AFP)