Ekonomi Turki Lumpuh, Nilai Mata Uang Lira Merosot Tajam
Gerakan perdagangan, aktivitas industri dan pariwisata, menjadi sangat terganggu, untuk tidak mengatakan nyaris mandek, di Turki saat ini. Nilai mata uang Lira Turki pun merosot paling tajam.
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
KAIRO, MINGGU -- Penyebaran pandemi Covid-19 yang begitu cepat di Turki saat ini telah menyebabkan ambruknya perekonomian negara yang memisah benua Asia dan Eropa dengan selat Bosphorus itu.
Gerakan perdagangan, aktivitas industri dan pariwisata, menjadi sangat terganggu, untuk tidak mengatakan nyaris mandek, di Turki saat ini. Nilai mata uang Lira Turki pun terpuruk dan merosot paling tajam selama 18 bulan terakhir ini, yakni dengan kurs 1 dollar AS adalah 6,56 lira.
Turki langsung bergegas menutup perbatasan darat dengan semua negara tetangganya, menghentikan penerbangan dari dan ke Turki. Ankara juga menyerukan rakyatnya berdiam di rumah, kecuali untuk kepentingan darurat.
Pemerintahan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melalui kementerian kesehatan mengumumkan, hingga Sabtu (28/3/2020) jumlah positif Covid-19 mencapai 7.402 orang. Turki juga mencatat 108 kasus kematian.
Tiga pilar ekonomi Turki, yakni parawisata, perdagangan internasional, dan industri manufaktur praktis sudah ambruk akibat pandemi Covid-19 itu.
Dalam perdagangan internasional, nilai ekspor Turki tahun 2019 mencapai 180.5 miliar dollar AS. Sekitar 50 persen dari total nilai ekspor Turki tersebut adalah nilai ekspor ke Eropa, khususnya Italia, Spanyol, Perancis, Jerman, dan Inggris, yakni sekitar 90 miliar dollar AS.
Padahal negara-negara Eropa yang menjadi tujuan utama eskpor Turki itu kini justru tertimpa pandemi Covid-19 terburuk saat ini. Karena itu, dipastikan perdagangan Turki dengan negara-negara Eropa yang menjadi tujuan utama ekspor itu akan mengalami kemandekan dalam semester pertama tahun ini.
Turki hampir dipastikan kehilangan pendapatan devisa dari Eropa pada semester pertama 2020 sekitar 25 hingga 35 miliar dollar AS.
Turki juga mengalami pukulan sangat berat di sektor pariwisata. Pada tahun 2019, tercatat sekitar 51 juta turis berkunjung ke Turki yang sebagian besar juga dari Eropa, seperti Rusia, Jerman, Perancis, Inggris, Spanyol, dan Belanda. Selain Eropa, banyak pula turis dari Amerika Serikat (AS) dan China.
Pendapatan devisa Turki dari pariwisata pada 2019 mencapai 34,5 miliar dollar AS. Sektor pariwisata menyumbang 13 persen dari keseluruhan pendapatan devisa Turki.
Turki diperkirakan kehilangan pendapatan devisa sektor pariwisata sekitar 8 hingga 10 miliar dollar AS pada semester pertama 2020. Hal ini disebabkan negara-negara yang menyumbang Turis terbesar ke Turki, kini paling dilanda Covid-19, seperti Perancis, Spanyol, Inggris, Jerman, AS, dan China.
Menteri Keuangan Turki, Berat Albayrak, mengungkapkan, kini harus bekerja keras untuk meminimalisasi dampak Covid-19 terhadap perekonomian Turki.
Albayrak melalui Twitter-nya mengungkapkan akan terus berusaha mengamankan cash flow di pasar dan memberi subsidi, serta penurunan bunga bank terhadap sektor-sektor yang paling parah tertimpa dampak dari wabah Covid-19.
Pakar ekonomi dari Universitas Ege di kota Izmir, Turki, Mehmed Ibrahim, mengatakan, ada tiga faktor yang membuat terpuruknya ekonomi Turki saat ini. Pertama, pembatasan gerakan manusia dari dan ke Turki, seiring dengan terhentinya penerbangan dari dan ke Turki, serta penutupan perbatasan darat Turki dengan negara tetangganya.
Kedua, ambruknya industri pariwisatan Turki pada semester pertama 2020 ini, akibat terhentinya arus turis dari Eropa, AS, dan China gegara Covid-19. Ketiga, melambatnya arus ekspor Turki ke Eropa akibat Covid-19 yang segera disusul pula mandeknya industri manufaktur di Turki.
Menurut Ibrahim, pilihan Turki kini tidak ada lain kecuali menunggu hasil riset berbagai negara saat ini untuk segera menemukan vaksin anti Covid-19.