Dunia Berjibaku Melawan Covid-19, Korut Tembakkan Dua Rudal Balistik
Korea Utara adalah salah satu dari sedikit negara di dunia yang belum melaporkan kasus infeksi virus korona baru (SARS-CoV-2), penyebab penyakit Covid-19. Kini, negara itu malah meningkatkan uji coba rudal balistiknya.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
SEOUL, MINGGU — Korea Utara tak mau ambil pusing dengan pandemi Covid-19 yang telah merenggut nyawa lebih dari 30.000 orang di seluruh dunia. Pada saat ratusan negara sedang ketar-ketir berjibaku melawan pandemi, Korea Utara justru kembali menembakkan dua rudal balistiknya, Minggu (29/3/2020).
Aksi militer terbaru tersebut merupakan yang keempat dalam bulan ini. Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, Minggu pagi, mengatakan, dua proyektil jarak pendek ditembakkan ke laut lepas di kota Pelabuhan Wonsan.
Rudal melesat sejauh 230 kilometer ke arah Laut Jepang, yang juga dikenal sebagai Laut Timur, dengan ketinggian jelajah maksimum 30 kilometer.
”Tindakan militer Korea Utara itu sangat tidak pantas ketika seluruh dunia sedang dirundung Covid-19,” kata kantor Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.
Kementerian Pertahanan Jepang di Tokyo mengatakan, dua ”benda seperti rudal balistik” itu tidak sampai menyeberang ke perairan atau zona ekonomi eksklusif Jepang.
Peluncuran terbaru oleh Pyongyang terjadi di tengah jeda perundingan perlucutan senjata yang berkepanjangan dengan Amerika Serikat. AS memberikan ”tekanan maksimal” terhadap Korut dan mendesak adanya peta jalan komprehensif untuk menghentikan program nuklirnya selamanya.
Kurang dari seminggu yang lalu, negara paria bersenjata nuklir Korut itu juga telah menembakkan apa yang diyakini sebagai dua rudal balistik jarak pendek. Pyongyang menyebut dua rudal itu sebagai ”senjata pemandu taktis” yang baru.
Hubungan pribadi yang baik antara Kim Jong Un dan Donald Trump takkan cukup untuk membina hubungan yang lebih luas di antara Korut dan AS.
Sehari kemudian, media Pemerintah Korut mengumumkan bahwa Presiden AS Donald Trump telah mengirim surat kepada Pemimpin Korut Kim Jong Un. Surat itu berisi antara lain mengenai rincian rencana untuk mengembangkan hubungan di antara kedua negara itu.
Laporan tersebut mengutip penjelasan saudari dekat Kim Jong Un, yakni Kim Yo Jong. Dia memperingatkan bahwa hubungan pribadi yang baik antara Kim Jong Un dan Donald Trump takkan cukup untuk membina hubungan yang lebih luas di antara Korut dan AS.
”Dalam surat itu, dia... menjelaskan rencananya untuk memajukan hubungan di antara kedua negara, Korut dan AS. Trump juga menyatakan niatnya untuk membangun kerja sama dalam memerangi epidemi,”merujuk pada pandemi virus korona baru, kata Yo Jong dalam pernyataan yang dilaporkan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), Korut.
Seorang pejabat senior AS mengonfirmasi Trump telah mengirim surat kepada Kim Jong Un. Langkah itu ”konsisten dengan upayanya untuk melibatkan para pemimpin global dalam meredam pandemi yang sedang berlangsung”.
Korut merupakan salah satu dari sedikit negara di dunia yang belum melaporkan adanya kasus infeksi virus korona baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan penyakit Covid-19. Di seluruh dunia, pandemi telah menginfeksi lebih dari 640.000 orang dan menyebabkan lebih dari 30.000 meninggal.
Para analis mengatakan, Korut terus memperbaiki kemampuan senjatanya lebih dari setahun ini setelah pertemuan puncak antara Kim Jong Un dan Donald Trump gagal di Hanoi. Negosiasi sejak itu menemui jalan buntu.
Pyongyang menetapkan batas waktu pada akhir tahun 2019 bagi Washington untuk menawarkan konsesi baru. Pada akhir Desember lalu, Jong Un menyatakan bahwa negaranya tidak lagi dianggap terikat dengan moratorium uji coba rudal balistik.
Korut berada di bawah berbagai perangkat PBB, AS, dan sanksi lain atas program senjatanya. Pyongyang yang didukung Beijing dan Moskwa menuntut pencabutan sanksi sebagai imbalan penghentian sebagian program nuklirnya.
Ketegangan yang meningkat sejak 2017 diikuti oleh dua tahun diplomasi nuklir antara Pyongyang dan Washington, termasuk tiga pertemuan antara Kim Jong Un dan Donald Trump. Namun, pertemuan itu nyaris tidak membuat banyak kemajuan hingga saat ini. (AFP/REUTERS)