Militer-Polisi Dikerahkan untuk Tindak Warga yang Bandel pada Perintah Karantina
Dua pria didakwa dengan pasal percobaan pembunuhan karena menolak perintah karantina mandiri setelah mereka dinyatakan positif Covid-29. Penolakan karantina mandiri itu dinilai dapat mengakibatkan orang lain tewas.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
JOHANNESBURG, JUMAT — Pemerintah Afrika Selatan telah mengambil keputusan untuk menutup (lockdown) seluruh wilayah negara mereka selama tiga pekan mendatang guna memperlambat laju penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19. Kebijakan serupa juga diambil oleh beberapa pemerintahan di benua tersebut, seperti Kenya, Mali, dan Rwanda.
Penutupan wilayah itu membuat sekitar 57 juta warga Afrika Selatan dilarang untuk beraktivitas di luar rumah selama tiga pekan mendatang. Kebijakan itu diterapkan mulai tengah malam nanti.
Presiden Afrika Selatan Cyrill Ramaphosa di depan sejumlah anggota militer yang akan ditugaskan menjaga perbatasan kota-kota di seluruh Afrika Selatan, Kamis (26/3/2020), meminta semua anggota militer Afrika Selatan membantu warga negara itu memerangi Covid-19.
”Ini belum pernah terjadi sebelumnya, tidak hanya dalam demokrasi kita, tetapi juga dalam sejarah negara ini. Kita mengunci diri selama 21 hari untuk tidak keluar dari rumah dan berperang melawan virus korona, musuh yang tidak terlihat,” kata Ramaphosa.
Selama masa penutupan wilayah, warga di Afrika Selatan tidak boleh melakukan aktivitas fisik di luar rumah, seperti berlari atau joging, mengajak binatang peliharaan berjalan-jalan di luar rumah atau hingga ke taman, serta membeli minuman beralkohol.
Beberapa warga Afrika Selatan sepakat dengan kebijakan tersebut. Sihle Mthimkulu (22), warga Soweto, mengatakan bahwa kebijakan itu tepat. ”Kalau tidak, kita akan kehilangan banyak nyawa karena penyakit itu,” katanya.
Ditebogo Koenaite (27), warga Afrika Selatan yang berprofesi sebagai pilot, ragu terhadap kepatuhan warga untuk mengikuti kebijakan pemerintah mengurangi kegiatan luar rumah mereka. ”Warga yang termasuk golongan menengah ke atas mungkin bisa mematuhi imbauan pemerintah. Tetapi, saya ragu, kelompok warga menengah ke bawah bisa mematuhi anjuran pemerintah untuk menjaga jarak sosial dan fisik selama tiga pekan ke depan,” katanya.
Koenaite menambahkan, anjuran itu tidak akan mudah diikuti oleh warga kelompok menengah ke bawah yang tinggal di daerah padat penduduk karena mereka terbiasa berbagi WC dan fasilitas dasar lainnya.
Menteri Pertahanan Afrika Selatan Nosiviwe Mapisa-Nqakula mengingatkan warga Afrika Selatan untuk mematuhi ketentuan yang berlaku selama tiga pekan mendatang. ”Apabila warga tidak patuh terhadap anjuran pemerintah, anggota militer yang bertugas tidak segan-segan mengambil tindakan,” ujarnya.
Mapisa-Nqakula menambahkan, warga yang melanggar anjuran pemerintah bisa dikenai pidana penjara kurungan selama 6 bulan atau membayar sejumlah denda.
Dakwaan percobaan pembunuhan
Dua pria telah didakwa dengan pasal percobaan pembunuhan karena menolak perintah karantina mandiri setelah mereka dinyatakan positif terpapar Covid-19. Dakwaan itu dijatuhkan kepada keduanya karena penolakan untuk melakukan karantina mandiri tersebut dapat mengakibatkan orang lain tewas.
Dua pria telah didakwa dengan pasal percobaan pembunuhan karena menolak perintah karantina mandiri setelah mereka dinyatakan positif terpapar Covid-29. Perbuatan keduanya dianggap dapat mengakibatkan orang lain tewas.
Sebelum pengumuman, warga berebut untuk membeli bahan kebutuhan pokok di pasar dan supermarket. Barang yang banyak dibeli antara lain bahan pangan, minuman beralkohol, dan telur. Mthimkulu mengatakan tidak sempat membeli cukup bahan pangan untuk persediaan dirinya dan temannya selama tiga pekan mendatang.
Kenya, Rwanda, Mali, Burkina Faso, dan Kongo juga telah menerapkan kebijakan yang hampir sama dengan Afrika Selatan. Namun, negara -negara itu tidak menutup semua wilayahnya, melainkan sebagian wilayah saja.
Burkina Faso, misalnya, hanya menutup jalur masuk dan keluar beberapa kota, termasuk ibu kota negara Ouagadougou. ”Karantina berarti tidak ada satu pun warga yang bisa masuk atau keluar dari kota,” kata Menteri Komunikasi Burkina Faso Remis Fulgance Dandjinou.
Batuk-bersin ditindak
Seperti halnya Afrika Selatan, negara-negara di Eropa menindak lebih tegas warganya yang melanggar anjuran untuk tetap tinggal di rumah. Kepolisian di Inggris, misalnya, mulai menindak warga yang kedapatan secara sengaja batuk atau bersin di dekat petugas kepolisian atau petugas kesehatan. Pelaku diancam hukuman penjara hingga 2 tahun.
Direktur Penuntutan Umum Crown Prosecution Service (CPS) Max Hill mengatakan, dirinya telah menerima beberapa laporan bahwa warga dengan sengaja batuk atau bersin di depan wajah petugas kepolisian, petugas kesehatan, dan pelayan toko. Warga tersebut bisa dikenai tuduhan melakukan penyerangan terhadap aparat negara atau membahayakan warga lain.
”Petugas kesehatan memiliki fungsi yang sangat penting di masa perlawanan terhadap pandemi Covid-19 ini. Karena itu, saya terkejut mendengar adanya laporan petugas kepolisian dan pekerja garis depan lainnya bahwa ada warga yang mengklaim positif Covid-19 dan sengaja batuk atau bersin di depan mereka. Biarkan saya menjelaskan, ini adalah kejahatan dan perlu dihentikan,” tutur Hill.
Dua warga, masing-masing di London dan Blackburn, menurut catatan CPS, telah didakwa melakukan tindakan membahayakan petugas setelah sengaja batuk di depan petugas kepolisian.
Sementara aparat keamanan Israel mulai bertindak lebih tegas terhadap warga yang melanggar anjuran untuk tidak keluar rumah. Mulai pekan ini, pihak berwenang tidak membolehkan warga untuk keluar rumah dengan jarak lebih dari 100 meter dari rumahnya. Apabila warga melanggar, polisi akan memberikan sanksi khusus. (AFP/REUTERS)