Ratusan Ribu Orang Jadi Sukarelawan Lawan Virus Korona
Perang Mahabharata dimenangkan dalam 18 hari. Perang seluruh negeri melawan virus korona akan membutuhkan 21 hari.
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Informasi pembatasan jam operasional di Pasar Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (25/3/2020). Selain pembatasan jam operasional oleh pengelola gedung, sejumlah penyewa toko di pusat-pusat perbelanjaan dan mal memilih untuk tutup sementara waktu.
LONDON, KAMIS — Di tengah lonjakan pasien dan jumlah kematian akibat Covid-19, solidaritas terus lahir. Pemerintah Inggris terharu karena lebih dari 500.000 orang mendaftar menjadi sukarelawan melawan virus korona jenis baru. Solidaritas sesama warga juga terlihat di sejumlah negara yang kesulitan menghadapi pandemi Covid-19.
Hingga Rabu (25/3/2020) malam waktu London atau Kamis pagi WIB, Kementerian Kesehatan Inggris telah menerima telepon dari lebih 500.000 orang. Padahal, dalam pengumuman pada Selasa, Kementerian Kesehatan hanya meminta 250.000 orang menjadi sukarelawan yang membantu tenaga kesehatan menghadapi pandemi. Di antara sukarelawan itu terdapat 12.000 pensiunan petugas kesehatan.
Badan pelaksana jaminan kesehatan Inggris, NHS, menargetkan mendapat 750.000 sukarelawan. ”Kemarin kami mengundang sukarelawan, mencari seperempat juta orang. Dalam semalam saja lebih dari 170.000 orang mendaftar. Sangat mencengangkan,” kata Direktur Medis NHS Stephen Powis.
Ia mengaku terharu dengan pendaftaran rata-rata lima orang per detik itu. ”Di masa krisis, orang-orang siap bersama. Semua berusaha melakukan yang bisa untuk menyelamatkan kehidupan. Selain wabah (virus), kita juga melihat lonjakan minat membantu. Dokter dan perawat (yang sudah pensiun) datang lagi,” tuturnya.
Para sukarelawan akan membantu NHS menjawab telepon pengaduan darurat, membeli dan mengantar obat atau kebutuhan lain bagi orang yang menjalani isolasi mandiri, hingga membantu menjemput pasien.
Sejak Senin dini hari, Inggris memberlakukan isolasi nasional dan setiap orang harus tinggal di rumah masing-masing. Perintah itu menyusul lonjakan Covid-19 di sana.
Hingga Kamis pagi WIB, terdapat total 9.526 kasus Covid-19 di Inggris dan 465 di antaranya berakhir dengan kematian. Di seluruh dunia telah dilaporkan 471.035 kasus dengan lebih dari 21.200 kematian.
Italia menjadi negara dengan penyebaran dan kematian tertinggi. Sudah 74.386 kasus virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) dan 7.503 orang meninggal akibat Covid-19 di Italia. Sejak pekan lalu, Italia menerapkan isolasi total. Tentara dan polisi disebarkan di berbagai penjuru negeri untuk memastikan orang tetap di rumah masing-masing.
Welas asih
Isolasi nasional juga diterapkan di India sehingga hampir seluruh dari 1,3 miliar penduduknya harus di dalam rumah. Isolasi selama 21 hari berlaku mulai Rabu. ”Perang Mahabharata dimenangkan dalam 18 hari. Perang seluruh negeri melawan virus korona jenis baru akan membutuhkan 21 hari,” kata Perdana Menteri India Narendra Modi.
AP PHOTO/MAHESH KUMAR A
Perdana Menteri India Narendra Modi
Selama periode isolasi, ia menganjurkan keluarga yang mampu membantu sedikitnya sembilan keluarga lain. Warga India juga diajak menunjukkan welas asih kepada sesama manusia sebagai senjata menghadapi Covid-19.
Hal itu dinyatakan sebagai bentuk Navratri, perayaan Hindu untuk memuja dewa dengan cara menyantuni orang miskin selama sekurangnya 9 hari. ”Inilah Navratri sebenarnya,” ujarnya.
Sementara dari Lebanon dilaporkan, Hezbollah mengumumkan pengerahan hampir 25.000 orang untuk menghadapi SARS-CoV-2 di negara itu. ”Inilah perang sebenarnya. Tugas kita membantu pemerintah, bukan diam saja,” kata Ketua Dewan Pengurus Hezbollah Sayyed Hashem Safieddine.
Hezbollah mengerahkan 1.500 dokter, 2.000 perawat, dan sedikitnya 20.000 sukarelawan. Organisasi itu juga telah menyiapkan 1 rumah sakit dan 32 klinik untuk mengatasi Covid-19. Selain itu, empat rumah sakit tambahan tengah disiapkan untuk merawat pasien Covid-19. Jika masih dibutuhkan, akan dibuka tiga rumah sakit darurat.
JOSEPH EID / AFP
Warga di luar Rafik Hariri University Hospital di selatan Beirut, Lebanon. Negara yang tidak kunjung stabil itu kini tengah dilanda Covid-19.
Adapun produsen mobil listrik, Tesla, mengumumkan menyiapkan pabrik di New York, Amerika Serikat, untuk memproduksi alat bantu pernapasan. Produksi akan dimulai jika kondisi memungkinkan pabrik beroperasi.
Kini, New York sedang memberlakukan isolasi total karena lebih dari separuh kasus Covid-19 AS tercatat di sana. Hingga Kamis pagi, dilaporkan total 68.203 kasus Covid-19 di AS. Pendiri Tesla, Elon Musk, dilaporkan telah membeli alat bantu pernapasan dari China dan sedang mengirimkannya ke AS.
Penasihat perdagangan AS, Peter Navarro, mendesak industri manufaktur AS memproduksi obat, alat bantu pernapasan, dan aneka alat kesehatan lain untuk memutus ketergantungan dari China.
”Dalam kondisi normal, saya yakin pada kemampuan AS memproduksi alat bantu pernapasan dan alat kesehatan lain. Walakin, sekarang bukan saat yang tepat untuk itu,” kata peneliti senior Center for Strategic and International Studies Washington, Matthew Goodman.
Kini, China menjadi andalan global untuk memproduksi aneka hal, termasuk alat kesehatan dan farmasi. Setelah bisa mengendalikan wabah di dalam negeri, China mulai membantu negara lain. Langkah serupa dilakukan Rusia.
Bantuan China dan Rusia antara lain diterima Italia. Hal itu memicu kekecewaan Roma pada Uni Eropa. Sedikitnya 88 persen warga Italia yakin UE tidak cukup bertindak membantu negara mereka.
Selain itu, 67 persen warga Italia merasa menjadi anggota UE tidak menguntungkan. Hal itu terungkap dalam jajak pendapat oleh Monitor Italia. (AP/AFP/REUTERS)