Puluhan Ribu Pekerja Migran di Thailand Pulang Kampung karena Pembatasan
Pemerintah Thailand memberlakukan keadaan darurat untuk mencegah penularan Covid-19. Sebelumnya Thailand telah memberlakukan pembatasan yang memicu pekerja migran kembali ke kampung atau negara mereka masing-masing.
Oleh
Elok Dyah Messwati dan B Josie Susilo Hardianto
·4 menit baca
BANGKOK, KAMIS — Untuk membendung laju penyebaran SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, Pemerintah Thailand telah memberlakukan keadaan darurat sejak Rabu (25/3/2020) malam. Menurut laporan kantor berita Reuters, Kamis (26/3/2020), otoritas Thailand telah mendirikan pos-pos pemeriksaan di jalan-jalan utama yang menghubungkan provinsi-provinsi di negara itu.
Langkah itu diambil untuk meningkatkan penapisan untuk membatasi penyebaran virus.
Sejak Senin lalu hingga Selasa, sebelum status keadaan darurat diberlakukan, puluhan ribu pekerja migran di Thailand membanjiri terminal bus dan penyeberangan perbatasan di Thailand pada Senin (23/3/2020) untuk pulang kampung ke negara-negara tetangga, seperti Laos, Myanmar dan Kamboja.
Seorang pejabat kementerian dalam negeri Thailand, Rabu, mengatakan, sekitar 60.000 migran yang selama ini tinggal di negara itu telah kembali ke negara mereka.
Umumnya mereka bekerja di sektor informal. Ketika Thailand menutup mal, pabrik, dan beragam tempat hiburan, banyak dari mereka kehilangan pekerjaan dan memicu eksodus besar-besaran.
”Pihak berwenang negara telah mengatur proses keberangkatan para pekerja kembali ke negara dan wilayah mereka masing-masing dengan mobil, tetapi beberapa tidak bisa menunggu dan mencoba melewati perbatasan,” kata Ye Min dari Aid Alliance Committee, sebuah organisasi nirlaba yang membantu pekerja migran di Thailand.
Dia mengatakan, sekitar 30.000 pekerja migran asing telah menyeberang dalam beberapa hari terakhir melalui beberapa pintu perbatasan.
Mengutip catatan resmi, anggota parlemen Myanmar, Thant Zin Aung, mengatakan, puluhan ribu pekerja migran masuk ke negara itu melalui empat pintu perbatasan. Masing-masing pintu perbatasan mencatat rata-rata 18.000 kedatangan. Juru bicara pemerintah Myanmar, Zaw Htay, belum menanggapi telepon Reuters.
Potensi penyebaran
Sebenarnya, eksodus itu bertentangan dengan instruksi Pemerintah Thailand yang meminta agar mereka tetap tinggal di Thailand untuk mencegah ekspor virus penyebab Covid-19 ke kampung halaman mereka. Pemerintah Thailand pun menutup 91 penyeberangan perbatasan darat, sejak Senin malam, untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.
Jirasak Yaowasakul, Direktur Pelaksana Perusahaan Bus milik pemerintah Bangkok, mengatakan, pada akhir pekan lalu, di tiga terminal bus utama di Bangkok terhitung lebih dari 84.000 pekerja migran bersiap untuk pulang.
Seorang pekerja migran yang sehari-hari bekerja di pabrik pengalengan ikan, Win Paing (24), kepada Reuters, melalui telepon, mengatakan bahwa keluarganya memintanya untuk kembali. Ia mengaku tidak memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhannya selama masa pembatasan. ”Jadi saya ingin pulang,” kata Win Paing.
Tak hanya pekerja migran yang memilih untuk pulang kampung ke negara mereka, para pekerja Thailand yang berasal dari pedesaan pun banyak yang memilih untuk meninggalkan Bangkok, ibu kota Thailand, dan mudik ke kampung mereka. Toko-toko, mal, restoran, salon, dan tempat umum lainnya di Bangkok tempat mereka bekerja telah ditutup pada akhir pekan lalu.
Pihak berwenang Thailand telah mendesak para pekerja untuk tidak keluar dari kota-kota di Thailand dalam jumlah besar dan tetap tinggal di kota tersebut untuk mengekang penyebaran Covid-19. ”Bepergian massal akan meningkatkan penyebaran virus,” kata Tawee Chotpitayasunondh, penasihat senior di Kementerian Kesehatan Thailand.
Ditutup hari Selasa
Banyak penyeberangan perbatasan darat antara Thailand dan negara-negara tetangga dibuka hingga Senin malam. Hal ini memungkinkan para pekerja migran meninggalkan Thailand.
”Karena banyak pekerja migran ingin pergi, kami mengizinkan mereka melakukannya hanya untuk satu hari. Mulai Selasa, semua penyeberangan perbatasan ditutup,” kata seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri yang tidak ingin disebutkan namanya.
Diperkirakan terdapat empat juta pekerja migran di Thailand, terutama yang berasal dari Laos, Myanmar, dan Kamboja.
Pihak berwenang Thailand mulai menutup beberapa penyeberangan perbatasan, yakni di 91 titik penyeberangan perbatasan dengan Laos, Myanmar, Kamboja, dan Malaysia pada hari Senin lalu dan hanya mengizinkan truk yang membawa barang untuk melintas. Aparat di negara itu juga memerintahkan penutupan pusat-pusat perbelanjaan dan banyak usaha bisnis di Bangkok serta kota-kota besar Thailand selama 22 hari, dimulai pada hari Minggu lalu.
Suthasinee Kaewleklai, Koordinator Jaringan Hak Pekerja Migran, mengatakan bahwa mereka tidak dapat bertahan di kota-kota besar di Thailand tanpa penghasilan setelah tempat-tempat mereka bekerja ditutup.
Pihak berwenang di Myanmar, Laos, dan Kamboja telah mengatakan kepada para pekerja migran yang pulang kampung untuk mengisolasi diri selama 14 hari. Seorang perempuan Myanmar yang bekerja di pabrik pengalengan ikan Thailand mengatakan bahwa dia pulang ke kampung halamannya atas perintah orang tuanya.
”Mereka mengkhawatirkan saya dan mereka ingin saya kembali,” kata Khine Khine Mar ketika dia menunggu di pos pemeriksaan Myawaddy.