Dunia Butuh Aksi Nyata Negara Besar, Bukan Saling Tuding seperti AS-China
Dunia menanti aksi nyata negara-negara besar dan ekonomi kuat dalam mengatasi pandemi virus korona baru, bukan saling serang lewat pernyataan seperti dilakukan Amerika Serikat dan China.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
CHINATOPIX VIA AP
Warga Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, mengantre membeli makanan sambil menjaga jarak antrean, Rabu (18/3/2020). Dalam dua hari terakhir, China melaporkan tidak ada kasus baru Covid-19 dari Kota Wuhan.
WASHINGTON, RABU — Publik global mendesak dan menanti-nantikan rencana dan langkah nyata yang bersifat integratif dari negara-negara dalam menghadapi pandemi Covid-19. Namun, yang tersaji hingga saat-saat ini justru kontroversi saling serang lewat pernyataan antara Pemerintah Amerika Serikat dan China—dua negara yang diharapkan berada di garda terdepan melawan Covid-19—terkait pandemi itu.
Hingga Kamis (26/3/2020) WIB, belum ada kesepakatan bersama yang dihasilkan negara-negara, baik yang tergabung dalam forum G-20 maupun G-7. Forum G-20 berisikan AS, Arab Saudi, Afrika Serlatan, Argentina, Australia, Brasil, China, Inggris, India, Indonesia, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Perancis, Rusia, Turki, dan Uni Eropa. Adapun G-7 terdiri dari AS, Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, dan Jepang.
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulazis, Rabu (25/3/2020), mengatakan, ketika dunia menghadapi virus korona baru, kelompok G-20 akan mengadakan pertemuan puncak luar biasa (darurat). Dari situ diharapkan dihasilkan sebuah inisiatif untuk menyatukan upaya untuk memerangi pandemi. Pertemuan puncak itu akan digelar lewat telekonferensi pada Kamis ini dan diikuti para pemimpin negara-negara G-20.
Sejumlah kepala negara sudah menyatakan bakal ikut pertemuan itu. ”Ketika dunia menghadapi pandemi Covid-19 dan tantangan terhadap sistem perawatan kesehatan dan ekonomi global, kami mengadakan KTT G-20 luar biasa ini untuk menyatukan upaya menuju respons global,” kata Salman melalui media sosial Twitter.
AP PHOTO/JEAN-FRANCOIS BADIAS
Pasien Covid-19 dievakuasi dari rumah sakit umum Mulhouse di timur Perancis, Senin (23/3/2020). Kawasan Grand Est kini menjadi episenter wabah Covid-19 di Perancis.
Dalam forum G-7, para pemimpin negara-negara Eropa juga sudah mendesakkan perlunya forum kerja sama untuk melawan pandemi Covid-19 itu. Forum G-7 juga menggelar pertemuan bersama lewat konferensi jarak jauh. Namun, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo justru mengatakan, G-7 bersatu dalam menentang hal yang dikatakannya sebagai disinformasi terkait pandemi itu oleh China. Ia mengklaim pandangan itu dimiliki negara-negara G-7 lainnya.
Belum ada juga kesepakatan bersama yang dihasilkan dalam pertemuan G-7 itu. ”Setiap negara di pertemuan pagi ini sangat menyadari kampanye disinformasi yang dilakukan Partai Komunis China untuk mencoba dan membelokkan apa yang sebenarnya terjadi,” kata Pompeo kepada wartawan.
Pompeo mengatakan bahwa China ”telah dan terus terlibat dalam” kampanye melalui media sosial yang telah memasukkan teori konspirasi keterlibatan AS dalam pandemi Covid-19. ”Ini pembicaraan gila,” katanya.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China membuat marah pemerintahan Presiden Donald Trump. Melalui Twitter, ia menyebutkan bahwa pasukan AS membawa virus korona baru ke Wuhan, Provinsi Hubei, China, tempat pertama kali terdeteksinya Covid-19 akhir tahun lalu.
Para ilmuwan secara luas percaya bahwa Covid-19 berasal dari pasar daging Wuhan, Provinsi Hubei, China. Penyakit Covid-19 telah menewaskan lebih dari 21.000 orang di seluruh dunia. Beijing tampak berhasil mengendalikannya, bahkan telah mengirim bantuan ke luar negeri. Termasuk dalam bantuan itu adalah 40 ton pasokan medis ke Italia, negara sekutu AS yang memiliki angka kematian tertinggi di dunia.
MLADEN ANTONOV / AFP
Relawan menggunakan disinfektan membersihkan kuil Wat Traimit di Bangkok pada 18 Maret 2020 di tengah kekhawatiran atas wabah virus korona di seluruh dunia.
Pompeo berupaya meminimalkan upaya China. Ia pun menunjukkan langkah serupa yang ditunjukkan Washington kepada Italia. Otoritas AS mengirimkan bantuan dengan pesawat kargo Angkatan Udara AS ke Italia serta upaya amal swasta AS.
Menlu AS itu juga mengatakan, China tengah menjajakan aneka produk remeh temeh dan menggunakan momen pandemi layaknya dewa penolong. Namun, ia juga mengakui jika AS siap bekerja sama dengan China. ”Kami sangat ingin bekerja dengan setiap negara di dunia. Ini adalah pandemi global,” katanya.
Majalah Jerman, Der Spiegel, yang mengutip para diplomat anonim, mengatakan, pernyataan bersama negara-negara dalam forum G-7 itu dibungkam desakan Pompeo. Washington mendesak digunakannya istilah virus Wuhan, tetapi dinilai sejumlah kalangan tidak elok karena berbau stigmatisasi bagi China.
Pompeo sendiri tidak membantah laporan itu ketika ditanya tentang hal itu. Ia mengatakan bahwa setiap menteri akan berbicara secara terpisah tetapi mereka memiliki ”pemahaman bersama” tentang krisis kesehatan dan ekonomi yang disebabkan oleh ”virus Wuhan”.
Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian menggarisbawahi perlunya memerangi setiap upaya untuk mengeksploitasi krisis untuk tujuan politik. Le Drian mendesak persatuan semua untuk memerangi pandemi secara efektif sekarang harus didahulukan dari aneka pertimbangan lain.
Perancis menyerukan kepada G-7 agar menemukan cara untuk membantu Afrika, memperingatkan bahwa sistem kesehatan dan ekonomi benua itu tidak dilengkapi dengan baik untuk sebuah krisis global. (AFP/REUTERS)