Beberapa Negara Ubah Pergerakan Militer karena Covid-19
Pembatasan pergerakan pasukan AS menggambarkan meningkatnya kekhawatiran Pentagon tentang penyebaran cepat Covid-19, yang dilaporkan telah menginfeksi 227 tentara AS. Perancis juga menarik pasukannya dari Irak.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
WASHINGTON, RABU — Amerika Serikat dan Perancis mengatur ulang pergerakan pasukan militer mereka sebagai respons atas pandemi Covid-19. Washington memilih menghentikan perjalanan dan pengiriman pasukan militer mereka ke luar negeri. Perancis telah menarik pasukannya dari Irak.
Menteri Pertahanan AS Mark Esper telah mengeluarkan perintah penghentian gerakan untuk militer AS. Muncul perintah untuk menghentikan perjalanan dan pergerakan ke luar negeri hingga 60 hari ke depan.
Perintah itu sebagai upaya langsung tidak langsung untuk membatasi penyebaran wabah Covid-19. Sejauh ini langkah tersebut adalah yang paling banyak dilakukan oleh Departemen Pertahanan dan akan memengaruhi pasukan AS di seluruh dunia.
Pembatasan pergerakan pasukan AS menggambarkan meningkatnya kekhawatiran Pentagon tentang penyebaran cepat Covid-19, yang dilaporkan telah menginfeksi 227 tentara AS. Angka itu telah naik sekitar 30 persen hanya dalam beberapa hari terakhir. Militer AS mengatakan sebelumnya, pihaknya juga meningkatkan kondisi perlindungan kesehatan bagi semua jajarannya.
Esper mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa perintah itu berlaku untuk semua pasukan AS, personel sipil, dan keluarga. Namun, ia mencatat adanya beberapa pengecualian. Esper mengatakan, satu pengecualian terhadap perintah itu adalah penarikan yang sedang berlangsung di Afghanistan. Ia memastikan proses itu akan berlanjut.
”Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa kami tidak membawa virus kembali ke rumah, menginfeksi orang lain, dan bahwa kami tidak menyebarkannya ke militer,” kata Esper.
Washington mengatakan, pihaknya berkomitmen mengurangi jumlah pasukannya di Afghanistan menjadi 8.600 dari 13.000 dalam waktu 135 hari setelah menandatangani kesepakatan dengan Taliban, bulan lalu. Penarikan penuh semua pasukan AS dan koalisi akan terjadi dalam waktu 14 bulan sejak kesepakatan ditandatangani.
Mereka pun bersikeras pasukan bersenjata AS masih akan dapat menjalankan misinya. Salah satu misi itu adalah membantu respons domestik Pemerintah AS terhadap pandemi itu sendiri.
Pentagon mengakui bahwa pandemi Covid-19 dapat memengaruhi kesiapan militer untuk konflik atau krisis. Namun, Esper dan Jenderal Angkatan Darat AS Mark Milley, yang juga Ketua Kepala Staf Gabungan, telah menekankan bahwa para pemimpin militer akan berusaha untuk mengurangi risiko itu.
Mereka pun bersikeras pasukan bersenjata AS masih akan dapat menjalankan misinya. Salah satu misi itu adalah membantu respons domestik Pemerintah AS terhadap pandemi itu sendiri. Sejauh ini, militer telah mengatakan sedang bersiap mengerahkan rumah sakit lapangan ke Seattle dan New York, dan telah menempatkan unit-unit tambahan.
Timur Tengah
Sementara itu, di Baghdad, Irak, seorang sumber dari kalangan pejabat militer Irak mengungkapkan bahwa militer Perancis dalam koalisi militer pimpinan AS yang memerangi kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) telah meninggalkan Irak.
Juru bicara militer Irak, Abdel-Karim Khalaf, sebagaimana dikutip media DPA, mengatakan, penarikan pasukan Perancis itu berdasarkan perjanjian yang dilakukan dengan Pemerintah Irak.
Pejabat itu juga mengatakan kepada kantor berita Irak, INA, bahwa koalisi pimpinan AS telah meninggalkan pangkalan udara di daerah Al-Qaim, Irak, di dekat perbatasan dengan Suriah. Tentara Irak mengambil alih pangkalan itu setelah penarikan tentara koalisi.
Pasukan koalisi yang dipimpin AS telah mendukung pasukan Irak dalam operasi bertahun-tahun melawan kelompok NIIS di negara itu. Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah pangkalan militer yang menampung pasukan koalisi di Irak diserang. Namun, tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Terinfeksi Covid-19
Dari Lituania dilaporkan, setidaknya 20 tentara Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang dikerahkan di Lituania terbukti positif terinfeksi Covid-19. Hal itu diungkapkan juru bicara batalyon multinasional NATO pada Rabu.
Pimpinan militer di militer Belanda, Evert-Jan Daniels, mengonfirmasi bahwa dua tentara Belanda yang terinfeksi diterbangkan ke Belanda untuk dirawat, tetapi menolak untuk mengungkapkan kewarganegaraan dari pasukan yang terkena dampak lainnya. ”Saat ini total ada 20 kasus,” katanya tanpa merinci
NATO mengerahkan empat batalyon multinasional dari sekitar 1.000 tentara di Lituania, Latvia, Estonia, dan Polandia tiga tahun lalu untuk memperkuat pertahanan di sisi timur setelah aneksasi Rusia 2014 untuk wilayah Crimea dari Ukraina.
Dalam sebuah pernyataan, batalyon itu mengatakan sedang menjalankan misinya sambil menggelar sejumlah latihan untuk menjaga kesiapan pasukan. (AFP/REUTERS)