AS Kritik China yang Terlambat Berikan Informasi Penting
Pemerintah China melonggarkan sejumlah larangan bagi warga Provinsi Hubei, termasuk untuk keluar dari kediamannya mulai Selasa (24/3/2020). Sementara, negara lain masih berupaya keras mencegah penyebaran Covid-19.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
CHINATOPIX VIA AP
Warga Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, mengantre membeli makanan sambil menjaga jarak antrean, Rabu (18/3/2020). Dalam dua hari terakhir, China melaporkan tidak ada kasus baru Covid-19 dari Kota Wuhan.
BEIJING, RABU — Pada saat pemerintah negara lain mulai mengumumkan pembatasan pergerakan warga yang lebih ketat hingga penutupan kota (lockdown), seperti yang dilakukan India, Pemerintah China mengumumkan mulai memberikan sedikit kelonggaran terhadap warga di Provinsi Hubei mulai Selasa (24/3/2020) malam.
Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengkritik tindakan Pemerintah China membatasi, bahkan menyembunyikan informasi penting mengenai penyebaran penyakit ini. Walau demikian, Trump menyatakan tetap menghormati pemerintahan Presiden Xi Jinping dan mengatakan bahwa kedua negara memiliki hubungan baik.
”Sangat disayangkan sekarang semuanya sudah berada di luar kendali. Virus ini bermula dari China dan sekarang semua berada di luar kendali. Berbagai pihak kecewa dan marah,” kata Trump.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga mengeluarkan pernyataan yang senada dengan Trump. Menurut dia, Pemerintah AS bukan mencari kambing hitam atas kondisi pandemi global sekarang ini. Namun, seharusnya Beijing lebih sigap dan tanggap ketika mereka berhasil mendeteksi keberadaan virus dan segera memberikan informasi yang lebih cepat ke negara-negara lain.
Pompeo menyebutkan, Partai Komunis China tidak secara terbuka memberikan informasi kepada orang-orang yang memiliki kemampuan teknis untuk membantu mereka, yang berencana masuk ke China dan memberikan bantuan.
”Setiap detik keterlambatan informasi ini akan berkorelasi dengan kemampuan mengenali risiko, membenahi faktor-faktor risiko, dan malahan sebaliknya meningkatkan risiko kepada masyarakat global,” kata Pompeo.
AFP/STR
Para relawan mempersiapkan makanan yang dipesan warga perumahan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, pertengahan Maret 2020. Mulai Selasa (24/3/2020), Pemerintah China memberikan kelonggaran bagi warga Provinsi Hubei untuk bergerak di wilayah provinsi ini.
Pompeo mengatakan, Pemerintah AS tidak mencari-cari kesalahan pemerintahan China di bawah pimpinan Presiden Xi. Namun, dalam kondisi wabah seperti ini, menurut dia, arus informasi yang benar dan cepat dibutuhkan agar negara-negara memberikan respons yang cepat. Namun, China justru menunda pemberian informasi penting terkait virus korona baru.
Ketegangan antara Beijing dan Washington terus terjadi setelah beberapa pejabat China menyatakan bahwa virus tersebut sebenarnya berasal dari AS. Hal tersebut dibantah keras Washington. Hubungan itu agak sedikit mencair setelah China membagi data tentang penanganan virus kepada AS.
Sementara, menanggapi tudingan tersebut, Beijing mendesak Washington berhenti memolitisasi dan menstigma pemerintahan serta rakyat China. Beijing beranggapan bahwa tindakan Pemerintah AS saat ini tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, dikutip dari China Daily, Rabu (25/3/2020), mengatakan, mengalihkan tanggung jawab penanganan pandemi global tidak akan membuat sebuah negara mampu menangani wabah itu sendirian, bahkan membantu mengeratkan kerja sama internasional untuk menangani bersama pandemi Covid-19.
Duta Besar China untuk AS, Cui Tiankai, mengatakan, kedua negara seharusnya bekerja bersama-sama untuk menangani pandemi global ini, bukan sebaliknya. Pemerintah China, tambah Cui, siap bekerja sama dengan banyak negara, termasuk AS, untuk mengatasi pandemi ini.
Kelonggaran di Hubei
Mulai Selasa (24/3/2020) malam, Pemerintah China memberikan kelonggaran bagi warga Hubei untuk keluar dari kediamannya masing-masing. Sementara bagi warga Wuhan, yang merupakan pusat penyebaran pertama Covid-19, baru akan mulai menikmati kebebasan mereka pada 8 April 2020. Pemerintah China juga mengumumkan pencabutan status risiko penyebaran virus yang tinggi menjadi medium di Wuhan.
”Kami sangat senang. Kami akhirnya bisa menemui orangtua kami,” kata warga Hubei, Zoe Wang.
Kompas
Seorang warga memilih sayuran segar di sebuah pasar swalayan di Kota Wuhan, China, pertengahan Februari lalu. Pemerintah China mulai Selasa (24/3/2020) memberikan kelonggaran bagi warga Provinsi Hubei untuk bergerak di wilayah provinsi ini.
Sejak awal Januari 2020, Pemerintah China memutuskan menutup pintu masuk dan keluar Hubei seiring meningkatnya jumlah warga yang positif terpapar Covid-19. Keputusan mengisolasi Hubei dan seluruh warganya yang berjumlah sekitar 50 juta jiwa itu diambil untuk mencegah penyebarluasan virus ke wilayah lain.
Kini, Pemerintah China mulai memberikan kelonggaran bagi warga untuk bergerak di dalam provinsi, khususnya untuk bekerja.
Apabila ada warga Hubei yang ingin bepergian lebih jauh keluar dari wilayah provinsi, dia harus mengantongi kartu hijau yang dikeluarkan otoritas setempat yang menyatakan si pembawa kartu dalam kondisi sehat.
Willa, warga Wuhan, mengatakan, dia tidak sabar lagi menanti untuk bisa bergerak bebas pada awal April 2020. ”Aku ingin secepatnya merasakan kebebasan,” katanya.
Meski ada pelonggaran dan mulai menurunnya kasus penularan dari orang ke orang di dalam negeri, Pemerintah China mewaspadai kemungkinan gelombang kedua penyebaran virus SARS-CoV-2, yang berasal dari luar negeri. Pemerintah China, Rabu (25/3/2020), mengumumkan penurunan jumlah kasus di negara tersebut, termasuk di Provinsi Hubei.
Untuk mengurangi penyebaran kembali Covid-19 melalui para pendatang pengguna penerbangan internasional, Pemerintah China telah mengalihkan penerbangan internasional di Bandara Beijing ke kota lain. Pemerintah juga memerintahkan penumpang penerbangan internasional mengarantina diri sendiri selama setidaknya 14 hari setelah tiba di China.
Pemerintah mencatat 47 kasus baru penularan virus SARS-CoV-2 di China dan semuanya berasal dari para penumpang penerbangan internasional. Jumlah tersebut menurun dari jumlah temuan sehari sebelumnya yang mencapai 78 kasus, berdasarkan data Komisi Kesehatan Nasional China.
Data Komisi Kesehatan Nasional China, jumlah total kasus Covid-19 di negara ini mencapai 81.218 kasus dengan total jumlah kematian mencapai 3.281 orang per Selasa (24/3/2020). (AP/AFP/REUTERS)