Wabah Covid-19 Mengubah Budaya Masyarakat Arab Teluk
Mereka tidak mau lagi bersalaman atau mencium pipi ketika bertemu teman atau anggota keluarga. Anak mudanya juga tidak lagi mencium kaki kedua orangtuanya atau orang berusia lebih tua yang dihormati.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·3 menit baca
Penyebaran wabah Covid-19 yang cukup masif di negara-negara Arab Teluk (Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Bahrain, Oman, dan Uni Emirat Arab) kini serta-merta mengubah budaya masyarakat negara-negara Arab Teluk tersebut yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang mereka.
Masyarakat negara Arab Teluk selama ini dikenal memiliki tradisi dan budaya sangat kuat. Misalnya, ketika bertemu teman dekat atau anggota keluarga, mereka langsung bersalaman sangat erat dan saling cium pipi. Anak muda ketika bertemu orangtuanya atau orang berusia jauh lebih tua yang dihormati, seperti guru atau mentornya, langsung menunduk dan lalu mencium dua kaki orang tua tersebut.
Kini di era merebaknya wabah Covid-19, masyarakat negara-negara Arab Teluk mulai meninggalkan tradisi tersebut. Mereka tidak mau lagi bersalaman atau mencium pipi ketika bertemu teman atau anggota keluarga. Anak mudanya juga tidak lagi mencium kaki kedua orangtuanya atau orang berusia lebih tua yang dihormati.
Meski demikian, mereka sudah saling memaklumi ketika harus meninggalkan tradisi turun-temurun itu saat ini guna mencegah penyebaran Covid-19 di komunitas mereka.
Mereka kini juga harus meninggalkan tradisi perayaan perkawinan yang harus meriah dan dihadiri semua anggota keluarga dan teman-teman dekatnya. Kemudian ada juga tradisi konvoi puluhan kendaraan yang mengiringi pasangan pengantin berkeliling kota.
Bagi masyarakat kelas menengah ke atas, tradisi perayaan di rumah pribadi untuk anggota keluarga masih ditambah dengan perayaan di hotel bintang lima untuk teman dan mitra bisnis. Setelah itu, masih ada tradisi bulan madu ke luar negeri, seperti ke Eropa, Turki, Kanada, Amerika Serikat, Malaysia, Jepang, Bali (Indonesia), dan Australia.
Namun, kini masyarakat negara Arab Teluk harus menerima perayaan pengantin cukup dihadiri anggota keluarga inti yang sangat terbatas dan tidak ada lagi konvoi puluhan kendaraan keliling kota. Tidak ada pula perayaan di hotel bintang lima dan acara bulan madu ke luar negeri.
Masyarakat Arab Teluk kini juga meninggalkan tradisi jalan-jalan sekeluarga ke obyek-obyek wisata atau pusat perbelanjaan setiap akhir pekan pada Kamis sore hingga Kamis malam hari. Di negara-negara Arab Teluk, libur resmi mingguan adalah hari Jumat. Maka, bagi mereka, hari Kamis adalah akhir pekan.
Wabah Covid-19 ternyata juga mendorong para pemimpin negara Arab Teluk melupakan konflik mereka. Qatar dan lawan-lawan politiknya, seperti Arab Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab, mau bekerja sama melawan Covid-19. Para menteri kesehatan dari enam negara Arab Teluk kini secara rutin menggelar pertemuan konsultasi via konferensi video yang melibatkan Menteri Kesehatan Qatar Hanan Mohammed al-Kawari.
Mereka sepakat membentuk kamar operasi bersama yang mengevaluasi perkembangan harian setiap negara Arab Teluk dalam menghadapi Covid-19.
Padahal, sebelum Covid-19 mewabah, Qatar sejak Juni 2017 diblokade total oleh Arab Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab. Berbagai mediasi, khususnya oleh Kuwait, selama ini gagal merekonsiliasikan Qatar dan tiga negara Arab Teluk itu. Gara-gara Covid-19, mereka kini terpaksa rekonsiliasi dan membangun kerja sama melawan musuh bersama: Covid-19.
Seperti diketahui, hingga Senin (23/3/2020), jumlah korban positif Covid-19 di Kuwait mencapai 188 orang, Oman 100 orang, Arab Saudi 511 orang, Qatar 481 orang, Uni Emirat Arab 153 orang, dan Bahrain 149 orang.