Negara G-20 Dibayangi Kekalutan Menghadapi Covid-19
Tidak adanya hal-hal spesifik dalam rencana aksi Kelompok G-20 menggambarkan kekalutan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Lembaga IMF dan Bank Dunia memperkirakan pandemi itu bakal memicu resesi global.
Oleh
Benny Dwi Koestanto
·4 menit baca
AP PHOTO/LUCA BRUNO
Warga berjalan di pelataran universitas di Milan, Italia, yang lengang, Senin (24/2/2020). Pihak keamanan meliburkan universitas, sekolah, dan membatalkan sejumlah acara untuk mencegah semakin mewabahnya virus korona tipe baru.
WASHINGTON, SELASA — Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari 20 negara dengan perekonomian terbesar di dunia sepakat, Senin (23/3/2020), mengembangkan rencana aksi untuk menanggapi pandemi Covid-19.
Walau demikian, tidak adanya hal-hal spesifik dalam rencana aksi tersebut menggambarkan kekalutan negara-negara dalam menghadapi pandemi itu di tengah perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF) bahwa pandemi Covid-19 bakal memicu resesi global.
Sekretariat G-20 mengeluarkan pernyataan terkait rencana aksi kelompok negara ekonomi besar itu setelah para pejabat keuangan bertemu melalui konferensi video selama hampir dua jam awal pekan ini.
Pertemuan itu digelar di tengah meningkatnya kritik dunia lambat menanggapi krisis yang terus memburuk. Para pemimpin G-20 dijadwalkan berkumpul dalam sebuah forum konferensi tingkat tinggi (KTT) virtual luar biasa dalam beberapa hari mendatang di saat dunia berlomba untuk menahan Covid-19, penyakit yang telah menginfeksi 370.000 orang secara global dan membunuh lebih dari 16.000 orang di antaranya.
Forum KTT itu, yang disebut oleh Arab Saudi, pemimpin G-20 tahun ini, akan diperumit oleh perang harga minyak dua anggota forum itu: Arab Saudi dan Rusia; serta meningkatnya ketegangan dua anggota lainnya, Amerika Serikat dan China, mengenai asal usul virus korona tipe baru.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan kepada media Fox News bahwa mitranya setuju untuk bertindak untuk mendukung perekonomian. Mereka akan berkoordinasi secara internasional sesuai kebutuhan. Namun, seperti halnya forum G-20, Mnuchin tidak memberikan rincian terkait hal itu.
AFP/JUNG YEON-JE
Seorang penumpang yang mengenakan masker berjalan di aula keberangkatan di Bandara Internasional Incheon, sebelah barat Seoul, pada 17 Maret 2020.
Mnuchin akan memimpin konferensi menteri keuangan kelompok negara-negara G-7 dan gubernur bank sentral pada Selasa pagi. Hal itu diungkapkan sumber-sumber yang mengetahui rencana tersebut. Dia mengungkapkan AS bekerja erat dengan negara-negara G-20, G-7, IMF dan Bank Dunia dalam menanggapi krisis saat ini.
”Ini adalah upaya tim untuk membunuh virus ini dan memberikan bantuan ekonomi," kata Mnuchin, yang secara bersamaan tengah berjuang untuk memenangkan persetujuan Kongres AS untuk paket penyelamatan hampir senilai 2 triliun dollar AS.
Analis pada lembaga Dewan Atlantik, Hung Tran, menyatakan, para pemimpin G-20 perlu bergerak bersama dan melampaui sengkarut pertengkaran mereka baru-baru ini. Hal itu selain untuk melawan pandemi Covid-19 juga untuk membantu menstabilkan kepercayaan publik dan pasar keuangan.
Tindakan konkret yang potensial dapat mencakup berbagi hasil uji atas penyakit itu dan potensi penciptaan vaksin; menurunkan tarif impor yang menyeret pertumbuhan global bahkan sebelum krisis; dan tindakan fiskal yang sinkron dengan dua langkah utama itu.
Ancaman resesi
Lembaga IMF dan Bank Dunia, Senin, sama-sama memperkirakan pandemi akan memicu resesi global pada tahun 2020. Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyambut langkah fiskal dan moneter yang telah diambil oleh negara-negara. Namun, ia mengatakan akan lebih banyak upaya untuk dibutuhkan, terutama di arena fiskal.
Ukuran rata-rata ukuran fiskal yang diumumkan oleh lebih dari 20 negara berjumlah sekitar 1,8 persen dari produk domestik bruto (PDB) domestik, di bawah paket 2 persen yang ditawarkan oleh negara-negara G-20 selama krisis keuangan pada 2009.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyambut langkah fiskal dan moneter yang telah diambil oleh negara-negara. Namun, ia mengatakan akan lebih banyak upaya untuk dibutuhkan, terutama di arena fiskal.
Jepang, anggota G-7, menyatakan keprihatinan tentang dampak Covid-19 dan mendesak anggota G-20 untuk bertindak ”tanpa ragu-ragu pada waktu yang tepat". Argentina, yang utangnya dianggap tidak berkelanjutan oleh IMF, memperingatkan sesama anggota G-20 bahwa mereka harus bertindak tegas untuk ”menghindari kehancuran sosial” ketika pandemi menyebar.
Menteri Keuangan Argentina Martin Guzman mengatakan kepada sesama menteri dalam telekonferensi video G-20 bahwa negara-negara harus menggunakan ”seluruh perangkat” kebijakan ekonomi, termasuk perpanjangan billateral swap untuk membantu negara-negara yang paling membutuhkan.
Seorang pejabat senior dari salah satu negara G-7 mengungkapkan bahwa pertemuan G-20 yang digelar pada Senin jauh dari kondisi mulus meskipun tidak ada perselisihan terbuka. Ia menambahkan, pernyataan G-7 pada Selasa ini akan sangat fokus pada kerja sama, tetapi juga menawarkan sedikit ide-ide baru. ”Tidak ada hal yang sangat menyenangkan di sana,” kata pejabat itu. ”Namun, saya memiliki kesan tidak ada hal baru saat-saat ini.”
Kompas/Hendra A Setyawan
Pembeli mengenakan masker saat berbelanja sayur di pedagang sayur keliling di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (24/3/2020).
Presiden Kelompok Bank Dunia David Malpass, Senin, mengatakan bahwa pihaknya dapat mengerahkan sumber daya hingga 150 miliar dollar AS selama 15 bulan ke depan untuk membantu negara-negara berkembang berjuang dan pulih dari pandemi Covid-19.
Malpass, dalam sebuah pernyataan kepada para menteri keuangan G-20 dan gubernur bank sentral yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, juga meminta negara-negara kreditor G-20 untuk mengizinkan negara-negara termiskin menangguhkan semua pembayaran utang bilateral mereka di tengah upaya memerangi Covid-19.
Malpass mengatakan, negara-negara termiskin harus dibiarkan memusatkan sumber dayanya pada tanggapan kesehatan mereka terhadap krisis. ”Saya menyerukan kepada para pemimpin G-20 untuk mengizinkan negara-negara termiskin untuk menunda semua pembayaran kredit bilateral resmi sampai Bank Dunia dan IMF telah membuat penilaian penuh atas kebutuhan rekonstruksi dan pendanaan mereka,” katanya.
Bank Dunia saat ini tengah menyiapkan proyek di 49 negara untuk membantu memerangi virus di bawah fasilitas kredit jalur cepat baru.
Menurut Malpass, keputusan atas 16 proyek di antaranya akan diambil pada pekan ini. Dia mengatakan, lembaga itu berkonsultasi dengan China dan negara-negara utama lainnya untuk mendapatkan bantuan dalam pembuatan dan pengiriman banyak pasokan medis ke negara-negara yang membutuhkan. (REUTERS)