Lebih dari separuh anak yang disurvei menyatakan merasa sedih dan tertekan, dengan satu di antara 10 mengaku selalu merasakan itu. Sekitar satu dari lima anak mengaku selalu takut dan sedih
Oleh
kris mada
·3 menit baca
SANAA, SELASA -- Lebih dari separuh anak di Yaman mengalami dampak mental akibat perang yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Perang juga juga mengganggu kesiapan Yaman menghadapi wabah korona baru.
Temuan soal kondisi kesehatan mental anak Yaman diumumkan oleh Save The Children, Selasa (24/3/2020). LSM itu mewawancarai 629 anak berusia 13 tahun hingga 17 tahun di Yaman. Mereka juga mewawancarai 627 orangtua dan pengasuh anak di Yaman.
“Lebih dari separuh anak yang disurvei menyatakan merasa sedih dan tertekan, dengan satu di antara 10 anak mengaku selalu merasakan itu. Sekitar satu dari lima anak mengaku selalu takut dan sedih,” demikian pernyataan LSM itu.
Perang Yaman dinyatakan memaksa 2 juta anak terusir dari rumah dan putus sekolah. Selain itu, ada 2,1 juta anak kekurangan gizi. “Anak-anak sangat ketakutan. Inilah dampak perang pada kesehatan mental anak,” kata pemimpin LSM itu, Inger Ashing.
Selain kesejahteraan anak, isu lain yang tidak kalah mendesak adalah Covid-19. “Dengan statusnya yang sekarang jadi pandemi dunia, wabah Covid-19 di Yaman adalah tambahan alasan untuk menghentikan perang ini, “ demikian pernyataan LSM itu.
Sampai sekarang, belum ada laporan resmi soal Covid-19 di Yaman. Walakin, Yaman harus cemas karena mayoritas fasilitas kesehatan di Yaman hanya bisa beroperasi paling tinggi 50 persen dari kemampuan awalnya. Sebab, aneka fasilitas itu hancur dan kerap jadi sasaran penyerangan.
“Akan jadi badai luar biasa kalau virus mewabah di sini,” kata perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Yaman, Altaf Musani.
Gaza
Daerah lain yang rentan oleh Covid-19 sekaligus tengah dalam suasana perang adalah Gaza di Palestina. Sudah bertahun-tahun Gaza diblokade oleh Israel dan Mesir dengan alasan mengisolasi Hamas yang kini mengontrol daerah itu.
Gaza sudah melaporkan dua orang terinfeksi Covid-19. Juru bicara Dinas Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qidra, menyebut dua orang itu diketahui berinteraksi dengan 29 orang di Gaza. Di antara 29 orang itu termasuk dua aparat keamanan. Kini, kedua orang itu dikarantina. Mereka diketahui baru datang dari Pakistan.
Kepala Perwakilan WHO Gaza, Gerald Rockenshaub, mengingatkan Kawasan itu sangat padat. “Kondisi di sini tidak mendukung kesehatan. Ada beberapa orang berisiko dan hidup dalam kondisi menyedihkan di tengah keterbatasan pengobatan, listrik, dan aneka kebutuhan. Kondisinya amat sulit,” kata dia.
Ia berharap dunia internasional meningkatkan dukungan bagi Gaza menghadapi wabah. Gaza sangat membutuhkan alat tes dan pasokan obat serta peralatan kesehatan.
Perserikatan Bangsa-bangsa mengumumkan telah menyiapkan 1 juta dollar AS bagi Palestina untuk menghadapi wabah. Sementara Qatar memberikan 150 juta dollar AS hingga 6 bulan ke depan untuk mendukung program PBB di Gaza.
Selain untuk menghadapi wabah, dana itu juga akan dipakai untuk aneka program lain yang dijalankan PBB di Gaza. Tidak dijelaskan porsi pembagian dana itu. (AFP/REUTERS)