Nama baik mendiang dr Li Wenliang dipulihkan. Partai Komunis China membebaskannya dari tudingan menyebarkan berita bohong. Li adalah salah satu dokter yang pertama mengabarkan potensi bahaya virus korona tipe baru.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
AFP/ANTHONY WALLACE
Warga Hong Kong, Jumat (7/2/2020) menghadiri upacara penghormatan untuk dr Li Wenliang, seorang dokter yang pertama kali memberitahukan adanya penyakit menular baru yang disebabkan oleh virus korona (SARS-CoV2). Partai Komunis China akhirnya meminta maaf atas tudingan tersebut.
BEIJING, JUMAT — Partai berkuasa di China, Partai Komunis China (PKC), Jumat (20/3/2020), membebaskan dr Li Wenliang, seorang dokter ahli oftalmologis, dari tudingan menyebarkan berita bohong tentang Covid-19. Li, yang sebelumnya mendapat teguran dari PKC karena diduga telah menyebarluaskan berita tentang temuan virus baru SARS-CoV2, meninggal pada 7 Februari 2020 dalam usia 34 tahun, tak lama seusai merawat pasien positif terinfeksi virus SARS-CoV2, yang kini telah ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Lembaga yang memiliki otoritas tentang kedisiplinan di PKC telah meminta kepolisian Wuhan mencabut surat teguran yang pernah dilayangkan kepada Wenliang. Selain teguran, saat itu, kepolisian Wuhan juga menyertakan ancaman penangkapan terhadap dokter yang biasa berpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat Wuhan itu.
Lembaga tersebut juga dikabarkan telah menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga almarhum. Dua polisi yang diduga bertemu langsung dan melakukan pengancaman terhadap Wenliang akan menghadapi hukuman indisipliner atas tindakan mereka.
AFP PHOTO/LI WENLIANG
Foto yang diambil dari media sosial, Jumat (7/2/2020), menunjukkan dokter Li Wenliang menjadi salah seorang yang pertama memberikan peringatan adanya virus korona tipe baru. Virus itu disebut menyebabkan penyakit dan kematian.
Li tidak menjadi satu-satunya dokter yang mendapat teguran dari pemerintah. Ada tujuh dokter lain yang mendapat tekanan dari pemerintah dan PKC agar menghapus informasi yang mereka sampaikan tentang penyebaran virus ini melalui media sosial. Mahkamah Agung China dikabarkan sempat mengkritik tindakan tersebut. Namun, polisi dan Pemerintah China bergeming.
Pemerintah dan partai yang berkuasa di China berulang kali mendapat tudingan telah menyembunyikan informasi tentang beberapa tragedi kepada masyarakat dan dunia internasional. Beberapa informasi itu antara lain mengenai wabah SARS tahun 2003, kemudian tumpahan bahan kimia yang mengontaminasi pasokan air bagi warga di timur laut China hingga penjualan susu UHT yang kedaluwarsa, yang akhirnya berdampak terhadap sakitnya ribuan anak yang mengonsumsi susu tersebut.
Di Wuhan, para pemimpin lokal dituduh telah menghalang-halangi para dokter dan petugas kesehatan memublikasikan kejadian wabah Covid-19, termasuk jumlah pasien yang dirawat dan meninggal. Tenaga kesehatan diminta menghapus seluruh posting-an di media sosial yang menyerukan berbagai pihak untuk membantu pengadaan peralatan kesehatan.
Investigasi
Badan kedisiplinan PKC mulai membentuk tim penyidikan untuk menangani kasus Li tidak lama setelah sang dokter meninggal. Berdasarkan laporan, pada Desember 2019, beberapa rumah sakit di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, mulai menerima sejumlah pasien yang terindikasi terpapar pneumonia atau radang paru-paru. Namun, sumber penyakit itu sendiri belum diketahui saat itu.
AFP/STR
Petugas kesehatan mengambil sampel dari seorang anak perempuan di sebuah perumahan di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, untuk diperiksa apakah positif Covid-19 atau tidak, Kamis (5/3/2020).
Mendiang Li yang mendapat informasi tersebut, dikutip dari kantor berita Xinhua, kemudian meneruskan informasi tersebut ke beberapa koleganya melalui WeChat dengan informasi awal bahwa tujuh pasien terduga radang paru-paru atau pneumonia yang belum diketahui penyebabnya sedang dirawat di rumah sakit. Kasus-kasus tersebut diketahui berasal dari pasar buah dan boga bahari (seafood) Huanan.
Li, dalam pesannya, meminta para kolega agar memperingatkan seluruh keluarganya untuk berhati-hati terhadap kemungkinan penyebarluasan penyakit tersebut. Ddisebutkan juga penyebab penyakit tersebut adalah infeksi virus korona.
Pada 3 Januari 2020, petugas kepolisian dari Biro Keamanan Publik Wuhan menemui Li dan tidak lama kemudian surat teguran disampaikan kepada Li.
Sepekan setelah mendapat surat teguran, Li, yang juga sehari-hari bertugas membantu merawat pasien positif Covid-19, menunjukkan gejala-gejala terjangkit Covid-19. Pada 10 Januari, dia mendapat perawatan di ruang isolasi hingga akhirnya dipindahkan ke ruang perawatan baru khusus pasien-pasien yang berada dalam kondisi kritis. Li meninggal pada 7 Februari 2020. (AP/Reuters)