Pemerintah daerah menyuarakan kebutuhan alat penguji Covid-19 yang lebih banyak dan pemeriksaan sampel dikerjakan di wilayah mereka. Lewat cara ini, deteksi bisa lebih cepat.
Oleh
Pradipta Pandu Mustika/Aditya Putra Perdana/Jumarto Yulianus/Deonisia Arlinta Graceca Dewi
·4 menit baca
JAKARTA KOMPAS — Seperti ditunjukkan negara lain, deteksi dini seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak merupakan salah satu kunci menekan penularan penyakit itu. Lewat deteksi dini, penanganan lanjutan atas seseorang yang diduga terinfeksi penyakit itu dapat segera ditentukan, ia dinyatakan sehat, diisolasi, atau dirawat.
Prinsip ini disadari para pemimpin daerah di Indonesia. Wali Kota Bogor, Jawa Barat, Bima Arya, melalui rekaman suara yang diterima Kompas, Selasa (17/3/2020), menyatakan, pihaknya berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jabar mendapatkan alat untuk menjalankan tes Covid-19 bagi pasien di Bogor. Dengan cara ini, hasil tes dapat cepat diketahui.
Menurut dia, saat ini pemeriksaan spesimen tak bisa dilakukan di semua tempat karena keterbatasan alat dan ada banyak protokol yang harus ditempuh. Pemeriksaan juga baru diprioritaskan bagi pasien dengan gejala kuat terpapar virus korona baru atau punya riwayat perjalanan ke wilayah dengan kasus Covid-19.
”Kami minta dinas kesehatan melihat kemungkinan menjalankan tes di Bogor. Kami percepat proses apakah alat (uji Covid-19) bisa diperoleh dari pusat atau dari Bandung,” ujar Bima, yang terkait Covid-19 kini masuk kategori orang dalam pengawasan karena baru pulang dari luar negeri.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan sedang berupaya menambah tempat pengujian spesimen agar hasilnya keluar lebih cepat dan penanganan dapat dilakukan sedini mungkin. Saat ini, tempat pengujian spesimen terdekat adalah Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta. ”Kami sedang menyiapkan agar bisa dilakukan di rumah sakit di Jateng,” katanya.
Anggota DPR Daerah Pemilihan Kalimantan Selatan, Rifqinizamy Karsayuda, mengatakan, Kementerian Kesehatan hendaknya segera mendistribusikan alat uji Covid-19 ke semua provinsi, termasuk Kalsel. Menurut dia, di Kalsel ada dua rumah sakit rujukan penanganan Covid-19, yakni RSUD Ulin, Banjarmasin, dan RSUD Hadji Boejasin, Pelaihari, tetapi di rumah sakit itu sampai kini tidak ada alat uji Covid-19.
Dilaporkan The Wall Street Journal, Korea Selatan berkemampuan menguji 20.000 orang setiap hari di 633 lokasi di seluruh negeri, antara lain berupa klinik drive-through. Sampel diangkut ke 118 laboratorium. Sekitar 1.200 petugas bertugas menganalisis hasil tes.
Pemeriksaan terhadap orang yang berisiko terinfeksi perlu diperluas.
Alat uji Covid-19 pertama Korsel disetujui pemerintah pada 4 Februari ketika baru ada 16 kasus. Pengujian cepat membuat lebih banyak kasus ditemukan. Pada 3 Maret, total 5.120 kasus di Korsel dengan 851 kasus baru pada tanggal itu. Pada 16 Maret, jumlah kasus baru per hari mengecil, yakni 74 kasus, sedangkan total ada 7.024 kasus. Saat ini, lebih dari 250.000 warga Korsel sudah dites. Negara itu disebut berhasil mengurangi laju penularan dengan memperbanyak tes, tanpa menutup kota.
Pengurus Pusat Bidang Politik dan Kesehatan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Syahrizal Syarif menuturkan, pasien yang tertular Covid-19 harus cepat ditemukan. Karena itu, pemeriksaan terhadap orang yang berisiko terinfeksi perlu diperluas. Tindakan ini meliputi mereka yang tidak menunjukkan gejala mengingat infeksi dapat terjadi tanpa gejala.
Menurut dia, pemeriksaan harus meliputi semua orang yang berisiko. Merujuk kasus di kapal pesiar Diamond Princess, 20-50 persen pasien positif tak menunjukkan gejala, tetapi tetap bisa menularkan virus.
12 laboratorium
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 182 Tahun 2020 tentang Jejaring Laboratorium Pemeriksaan Covid-19, ada 12 laboratorium yang ditunjuk dalam pemeriksaan Covid-19. Laboratorium itu antara lain laboratorium milik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, serta laboratorium kesehatan daerah DKI Jakarta. Selain itu, ada juga empat Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) yang disiagakan, yakni BBLK Jakarta, BBLK Palembang, BBLK Makassar, dan BBLK Surabaya.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan, beberapa institusi laboratorium sudah bekerja. Sejumlah spesimen yang diperiksa sudah ada hasilnya. Namun, konfirmasi hasil pemeriksaan tetap dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan data Kemenkes, ada lebih dari 2.300 spesimen yang diperiksa terkait Covid-19 dengan 172 kasus positif yang tersebar di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, dan Kepulauan Riau. Adapun kasus kematian yang dilaporkan 7 orang dan yang sembuh 9 orang.
”Sudah kita terima 10.000 alat pemeriksaan dan akan ditambah. Alat tersebut harus dibeli dan tak masalah karena penyedia dan distributor tidak sulit memberikan jumlah yang kita inginkan,” kata Yuri.
Sementara itu, terkait langkah Presiden Joko Widodo yang menetapkan kebijakan pembatasan sosial, Syahrizal mengatakan, masyarakat hendaknya berkomitmen menjalankannya.