Wabah Korona Merebak di Afrika, Jack Ma Sumbang 1 Juta Peralatan Tes Covid-19
Yayasan Jack Ma menyatakan tak bisa mengabaikan risiko di Afrika dan menganggap benua berpenduduk 1,3 miliar jiwa ini akan lolos dari krisis. Dunia tak dapat menanggung konsekuensi tak terduga dari Covid-19 di Afrika.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·4 menit baca
NAIROBI, SELASA — Semakin banyak negara di Afrika yang melaporkan kasus virus korona baru penyebab Covid-19. Sebagian dari negara-negara itu telah menutup perbatasan wilayahnya guna mencegah penyebaran wabah tersebut. Dalam situasi seperti itu, miliarder pemilik Alibaba Grup, Jack Ma, mendonasikan lebih dari 1 juta peralatan tes Covid-19 untuk Afrika.
Sebanyak 30 negara di Afrika atau lebih dari setengah benua itu kini merawat hampir 400 pasien yang terkena Covid-19. Pada Senin (16/3/2020), beberapa negara, seperti Tanzania, Liberia, Benin, dan Somalia, melaporkan kasus Covid-19 pertama mereka.
Afrika sampai saat ini masih terhindar dari penyebaran Covid-19 yang telah menginfeksi 180.000 orang di seluruh dunia dan menyebabkan lebih dari 7.000 kematian. Meski baru sedikit pasien yang terkena Covid-19, para ahli kesehatan mengkhawatirkan infrastruktur kesehatan di Afrika yang belum memadai untuk penanggulangan Covid-19.
”Kami tidak dapat mengabaikan risiko potensial di Afrika dan menganggap Benua Afrika dengan 1,3 miliar penduduk ini akan lolos dari krisis. Dunia tidak dapat menanggung konsekuensi tak terduga dari pandemi Covid-19 di Afrika,” demikian pernyataan Yayasan Jack Ma.
Yayasan Jack Ma mengumumkan akan mengirim 1,1 juta peralatan tes Covid-19, 6 juta masker, 60.000 pakaian pelindung, dan masker pelindung wajah ke Etiopia untuk didistribusikan ke 54 negara Afrika.
Sebelumnya, pada Senin (16/3/2020), Bank Dunia mengatakan telah berkomitmen 60 juta dollar AS (Rp 840 miliar) untuk Kenya dalam membantu negara Afrika Timur tersebut memerangi wabah Covid-19. Beberapa negara di Afrika lainnya, seperti Somalia yang dilanda konflik, masih bergantung pada donor untuk mendukung fasilitas kesehatan umum dasar.
Menteri Kesehatan Somalia Fawziya Abikar Nur mengatakan, Kementerian Kesehatan Somalia telah mengarantina dan menguji empat warga Somalia yang datang dari China pekan lalu, dan satu orang dinyatakan positif Covid-19. Penerbangan internasional ke Somalia dihentikan selama dua minggu.
Liberia, negara kecil dan miskin di Afrika Barat, juga mengumumkan kasus pertamanya. Liberia hancur oleh epidemi ebola 2014 yang kala itu menewaskan 4.000 orang. Sistem layanan kesehatan di negara itu tetap kekurangan dana meskipun ada janji investasi.
Meski baru sedikit pasien yang terkena Covid-19, para ahli kesehatan mengkhawatirkan infrastruktur kesehatan di Afrika yang belum memadai untuk penanggulangan Covid-19.
Benin, yang dianggap sebagai negara demokrasi yang relatif stabil di wilayah Afrika Barat yang terus bergolak, juga mengumumkan kasus pertamanya. Kementerian Kesehatan Benin mengatakan, warga Benin yang positif Covid-19 kini berada di ruang isolasi. Dia terkena Covid-19 setelah kembali dari Belgia dan Burkina Faso pada 11 Maret 2020.
Kementerian Kesehatan Tanzania di Afrika Timur juga mengonfirmasi kasus pertama, yakni seorang perempuan Tanzania yang telah melakukan perjalanan ke Denmark, Swedia, dan Belgia. Saat di bandara dan dicek suhu tubuhnya, dia tidak demam dan diizinkan untuk lewat. Namun, dia kemudian merasa tidak sehat saat berada di hotel.
Pada Senin kemarin, Rwanda, Burkina Faso, Etiopia, Senegal, dan Kamerun juga melaporkan lebih banyak kasus Covid-19. Menteri Keuangan Afrika Selatan Tito Mboweni mengatakan bahwa negaranya sejauh ini memiliki 62 kasus dan memerlukan tambahan dana untuk menanggulangi penyebaran Covid-19.
Pengendalian lebih ketat
Banyak negara Afrika, termasuk beberapa negara tanpa kasus Covid-19, telah memerintahkan pengendalian yang lebih ketat, termasuk larangan pertemuan publik, menghentikan penerbangan, serta meliburkan sekolah dan universitas. Di Afrika utara, Tunisia akan menangguhkan penerbangan internasional dan menutup perbatasan daratnya sebagai upaya menahan penyebaran virus.
Botswana di Afrika wilayah selatan akan melarang masuknya wisatawan dari 18 negara berisiko tinggi, termasuk China, Inggris, Amerika Serikat, Iran, Perancis dan Italia. Di wilayah Afrika barat, Senegal juga akan menangguhkan penerbangan ke dan dari Perancis, Italia, Spanyol, Belgia, dan Portugal, serta Tunisia dan Aljazair selama 30 hari.
Dewan Keamanan Nasional Pantai Gading juga melarang masuknya wisatawan dari negara-negara yang memiliki lebih dari 100 kasus. Warga dan penduduk Pantai Gading akan diizinkan kembali jika mereka mengarantina diri selama 14 hari. Pantai Gading juga menutup sekolah, kelab malam dan bioskop, serta melarang pertemuan lebih dari 50 orang.
Pemerintah Pantai Gading mengonfirmasi kasus keenam pada hari Senin, dan juga orang pertama yang pulih dari infeksi coronavirus.
Kantor Perdana Menteri Etiopia Abiy Ahmed menyatakan bahwa negara terbesar kedua di Afrika yang dipimpinnya juga menutup sekolah selama dua minggu, menunda semua pertemuan besar, dan membatalkan semua acara olahraga. Bus pemerintah akan memberi tumpangan gratis untuk mengurangi kepadatan penumpang dalam transportasi umum.
Di wilayah Afrika tengah, Republik Kongo menangguhkan semua penerbangan dari negara-negara berisiko tinggi mulai Kamis (19/3/2020). Gabon mengurangi jumlah penerbangan dari luar negeri menjadi satu minggu per maskapai dan memerintahkan agar restoran ditutup, kecuali untuk pengambilan dan pengiriman makanan yang dipesan.
Kementerian Kesehatan Nigeria mengatakan, negara terpadat di Afrika tersebut telah memperkuat pelacakan kontak, menimbun bahan reaksi yang digunakan dalam pengetesan Covid-19, serta meningkatkan kapasitas pengujian. Nigeria mengumumkan menyiapkan dana 135 juta dollar AS (Rp 1,9 triliun) untuk mendukung bisnis yang dilanda krisis Covid-19 ini.
Pada Senin, Ghana menutup sekolah dan melarang pertemuan publik, serta melarang masuk warga non-Ghana yang dalam 14 hari terakhir berkunjung ke negara-negara yang telah mencatat 200 atau lebih kasus Covid-19. (AFP/REUTERS)