Macron Canangkan Perang atas Covid-19, Sekitar 100.000 Polisi Siap Karantina Wilayah
Pos-pos pemeriksaan akan dibuat di seluruh wilayah Perancis. Siapa pun, termasuk pejalan kaki, yang keluar untuk bepergian diwajibkan menunjukkan dokumen resmi tercetak.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
PARIS, SELASA — Pandemi Covid-19 memaksa berbagai negara bergerak cepat untuk menekan laju penyebaran virusnya. Isolasi atau karantina diri dan menutup perbatasan atau akses dengan kota atau negara lain menjadi solusi sementara yang dianggap efektif. Presiden Perancis Emmanuel Macron, misalnya, Senin (16/3/2020), memerintahkan pembatasan ketat terhadap pergerakan warganya guna mencegah penyebaran wabah Covid-19.
Dalam pidatonya bagi rakyat Perancis, Macron menegaskan, sejak hari Selasa siang ini waktu setempat, rakyat Perancis diharuskan berada di dalam rumah, kecuali saat ada keperluan berbelanja bahan-bahan pangan, pergi ke tempat kerja, berolahraga, atau memeriksakan kesehatan. Kebijakan karantina wilayah (lockdown) ini berlaku sedikitnya selama dua pekan ke depan. Siapa pun yang melanggar kebijakan itu, tegas Macron, akan dihukum.
”Saya tahu, apa yang saya perintahkan kepada Anda belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, situasi saat ini menuntut hal itu,” kata Macron. ”Kita tidak melawan tentara atau negara lain. Namun, musuh ini tepat ada di sini: tidak terlihat, sulit ditangkap, tetapi terus menyebar.”
Menteri Dalam Negeri Perancis Christophe Castaner mengungkapkan, sekitar 100.000 polisi akan dikerahkan untuk memberlakukan kebijakan karantina wilayah ini. Pos-pos pemeriksaan akan dibuat di seluruh wilayah Perancis. Siapa pun, termasuk pejalan kaki, yang keluar untuk bepergian diwajibkan menunjukkan dokumen resmi tercetak.
Macron menambahkan, kebijakan tersebut terpaksa diberlakukan setelah banyak warga Perancis mengabaikan peringatan sebelumnya dengan terus berkumpul di taman-taman dan sudut-sudut kota pada akhir pekan lalu. Sebelumnya, Perancis telah memerintahkan sejumlah restoran, bar, dan resor ski untuk tutup, serta meliburkan sekolah-sekolah.
Di Perancis, lebih dari 6.600 warga telah terinfeksi Covid-19 dan 148 orang di antaranya meninggal. Selama masa karantina wilayah berlangsung, kata Macron, tentara akan disiapkan untuk mengangkut para orang sakit ke rumah sakit-rumah sakit.
Warga AS makin cemas
Di Amerika Serikat, seperti diperlihatkan oleh hasil jajak pendapat Gallup, 2-13 Maret 2020, sekitar 60 persen warga AS kini semakin khawatir bahwa mereka atau anggota keluarga akan terinfeksi Covid-19. Kepercayaan publik terhadap kemampuan pemerintah menangani pandemi ini pun anjlok. Sekitar 61 persen warga AS sudah tidak percaya pemerintah mampu melawan Covid-19.
Jajak pendapat itu menunjukkan meningkatnya kekhawatiran terhadap Covid-19, bahkan melebihi ketakutan pada SARS, virus West Nile, dan antraks. Lebih dari 80 persen warga AS kini percaya Covid-19 akan mengguncang bukan hanya perekonomian AS, melainkan juga dunia.
Lebih dari 80 persen warga AS kini percaya Covid-19 akan mengguncang bukan hanya perekonomian AS, melainkan juga dunia.
Karena penyebaran yang cepat, Presiden Donald Trump, pekan lalu, menyatakan darurat nasional dan mengingatkan warga untuk tidak mendatangi tempat publik atau berkumpul lebih dari 10 orang. Seluruh kegiatan sosial juga dihentikan selama 15 hari.
Di Malaysia, pemerintah setempat juga menutup perbatasannya dari pendatang, membatasi pergerakan warga di dalam negeri, menutup sekolah dan kampus serta meminta usaha-usaha untuk tutup sementara. Sampai saat ini terdapat 553 kasus positif Covid-19, hampir dua pertiganya terkait dengan sebuah acara pengajian di Kuala Lumpur antara 28 Februari dan 1 Maret lalu yang dihadiri 16.000 orang, sekitar 1.500 orang di antaranya berasal dari sejumlah negara.
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mengumumkan, aturan tersebut akan diberlakukan mulai hari Rabu sampai 31 Maret mendatang. Warga Malaysia dilarang bepergian ke luar negeri dan pendatang sama sekali tidak boleh masuk.
Warga Malaysia dilarang bepergian ke luar negeri dan pendatang sama sekali tidak boleh masuk.
”Saya tahu pasti masyarakat merasa aturan ini akan mengganggu kehidupan sehari-hari. Tetapi mau tidak mau ini harus dilakukan supaya Covid-19 tidak meluas,” ujar Muhyiddin.
Langkah tegas Malaysia ini diambil setelah melihat pengalaman Pemerintah China yang terbukti bisa menekan laju penyebaran virus.
Negara-negara di Amerika Latin pun mulai memperketat aturan dan memastikan warga mematuhi aturan. Seperti Peru, misalnya, yang mengerahkan tentara untuk berjaga-jaga di jalanan. Kosta Rika menutup perbatasannya dan Paraguay memberlakukan jam malam. Meski kasusnya belum separah Asia atau Eropa, negara-negara di Amerika Latin agresif menahan Covid-19 meski tidak semua negara memberikan respons yang sama.
Presiden Peru Martin Vizcarra mengatakan bahwa Argentina, Chile, Uruguay, Paraguay, Bolivia, Kolombia, Ekuador, dan Brasil sepakat bekerja sama dan mengoordinasikan langkah-langkah yang perlu dilakukan, seperti koordinasi penyediaan obat-obatan.
Di Lima, Peru, sejak pemerintah memberlakukan ”isolasi sosial” nasional, terlihat tentara bermasker memblokade jalan-jalan besar dan polisi membatasi pergerakan warga. Untuk bisa memberlakukan aturan itu, Peru untuk sementara meniadakan hak konstitusi warga, seperti kebebasan bergerak dan berkumpul. Pemerintah memberikan jaminan supermarket, apotek, bank, dan layanan publik penting lainnya tetap buka.
Adapun Paraguay mengambil langkah lebih tegas dengan memberlakukan jam malam mulai dari pukul 20.00 dan melarang orang berkumpul. Namun, aturan ini tidak berlaku pada pengiriman makanan atau transportasi. Venezuela juga baru masuk hari pertama karantina. Namun, keputusan Presiden Nicolas Maduro ini diprotes warga karena mereka tetap harus bekerja.
Keputusan tegas juga diambil Presiden Chile Sebastian Pinera yang menutup perbatasannya supaya tak ada orang asing yang masuk. Langkah yang sama diikuti Presiden Kosta Rika Carlos Alvarado yang menyatakan darurat nasional.
Guatemala pun membatalkan seluruh penerbangan dan melarang pendatang masuk selama dua pekan. El Salvador dan Honduras akan segera memberlakukan isolasi diri. Honduras sudah meniadakan hak konstitusional rakyat hak bergerak, berbicara, dan berkumpul selama satu pekan.
Di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson menutup seluruh tempat hiburan dan publik dan meminta warga yang berusia 70 tahun ke atas dan mempunyai masalah kesehatan untuk mengisolasi diri selama 12 pekan. ”Langkah yang kami ambil ini mengubah total kehidupan kita. Ini belum pernah terjadi sebelumnya,” ujarnya.
Keputusan Johnson ini diprotes industri jasa dan hiburan karena akan mematikan ribuan usaha dan ratusan ribu orang kehilangan pekerjaan. Namun, Johnson memastikan kondisi ini tidak akan memicu krisis finansial seperti tahun 2008 jika pemerintah segera bertindak.
Jumlah kasus positif Covid-19 di Inggris naik dari 1.372 kasus menjadi 1.543 kasus. Jumlah kematian 55 orang. Johnson khawatir, jumlah itu akan meningkat dua kali lipat dalam 5-6 hari ke depan. (REUTERS/AFP/AP/SAM)