Dunia Perlu Belajar dari Pengalaman China Menangani Wabah Covid-19
Sampai saat ini baru Singapura, Jepang, dan Korea Selatan yang mengikuti pengalaman China dan berhasil mengendalikan penyebaran virus penyebab Covid-19 di negara masing-masing.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
AFP/NICOLAS ASFOURI
Seorang petugas bagian informasi mengenakan perlengkapan pelindung untuk mencegah penularan coronavirus disease 2019 (Covid-19) saat bertugas di area kedatangan yang hampir kosong pengunjung di Bandar Udara Beijing di Beijing, China, Senin (16/3/2020).
BEIJING, SELASA — Ada tiga cara efektif untuk mengendalikan pandemi coronavirus disease 2019 atau Covid-19, yakni bersegera melakukan deteksi, karantina, dan perawatan. Pemerintah China melakukan tiga cara ini dan ternyata berhasil menekan laju pandemi.
Namun, sampai saat ini baru Singapura, Jepang, dan Korea Selatan yang mengikuti pengalaman China dan berhasil mengendalikan penyebaran virus. Sampai sekarang kasus positif Covid-19 di luar China mencapai 83.000 kasus.
Harian China Daily, Selasa (17/3/2020), menyebutkan bahwa setelah tim ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berkunjung ke China untuk mencari fakta, WHO lalu merekomendasikan agar beberapa negara menerapkan pengalaman China. Cara yang bisa dilakukan oleh negara mana pun ini sebaiknya diimplementasikan sesegera mungkin karena terbukti efektif. Pemerintah China bersedia berbagi pengalamannya ini kepada siapa pun yang membutuhkan.
Namun, masalahnya, banyak negara yang masih meremehkan pandemi Covid-19, lalu memutuskan strategi penanganan yang ternyata tidak mampu mengendalikan cepatnya laju penyebaran virus. Akibatnya, negara-negara itu tidak mampu menjaga dirinya sendiri dari Covid-19, bahkan malah menjadi sumber perpindahan virus ke negara lain.
AFP/GREG BAKER
Para pekerja mengenakan pakaian pelindung sebagai pencegahan penularan wabah Covid-19 saat bersorak-sorai seusai menaikkan pengunjung ke dalam kendaraan di luar gedung Pusat Pameran Internasional China Baru di dekat Bandar Udara Ibu Kota Beijing di Beijing, Selasa (17/3/2020).
WHO memberikan program bantuan yang belum pernah ada sebelumnya, yakni Bantuan Respons Solidaritas untuk membantu melawan pandemi dengan bantuan dari negara-negara rekan. Untuk bisa berhasil mengalahkan pandemi itu, dibutuhkan koordinasi dan mekanisme kerja sama bilateral dan multilateral serta komunikasi yang intensif antarnegara.
Semua warga China tanpa kecuali diimbau tidak bepergian ke negara-negara yang berisiko tinggi terhadap pandemi Covid-19, seperti Eropa, Amerika Serikat, Iran, dan Korea Selatan. Kementerian Luar Negeri China menyatakan, penjagaan dan pemeriksaan di pelabuhan udara dan laut akan diperketat untuk mencegah masuknya kasus positif Covid-19 dari luar China.
AP PHOTO/MARK SCHIEFELBEIN
Seorang petugas dengan baju pelindung mengukur suhu seorang pelancong di Bandar Udara Internasional Beijing, China, Jumat (6/3/2020).
China melaporkan jumlah kasus penularan Covid-19 dari luar negeri yang semakin banyak. Bahkan, jumlah kasus penularan dari luar itu selama empat hari terakhir ini melebihi kasus dalam negeri. Komisi Kesehatan Nasional, Senin lalu, menyebutkan, di China daratan terdapat 21 kasus positif Covid-19 yang baru, sebanyak 20 kasus di antaranya adalah pendatang dari luar negeri.
Bandar Udara Internasional Ibu Kota Beijing, China, telah menyiapkan zona khusus bagi rute penerbangan internasional. Semua penumpang diperiksa kondisi kesehatannya, lalu dibawa ke tempat karantina selama 14 hari. Bandara Daxing juga tidak mau menerima penerbangan internasional dan mengalihkan semua pesawat ke bandara lama.
Kantor berita China, Xinhua, melaporkan bahwa secara umum kondisi di China membaik. Rombongan pertama pekerja medis yang ditugaskan di Provinsi Hubei untuk membantu krisis kesehatan ini sudah dipulangkan. Situasi ekonomi juga diharapkan membaik.
Foto yang diambil pada 16 Maret 2020 ini memperlihatkan anggota komunitas para sukarelawan yang menyalurkan makanan pesanan warga Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Bahkan, para pejabat menyatakan, perekonomian China akan segera pulih pada kuartal kedua. Itu pun setelah semua pabrik kembali beroperasi, perdagangan kembali lancar, dan masyarakat kembali berbelanja.
”Lebih dari 90 persen perusahaan industri berskala besar di luar Hubei sudah kembali berproduksi. Jalur transportasi sudah beroperasi seperti semula,” kata Meng Wei, juru bicara dari tim perencana negara China. (REUTERS)