Bursa Saham Asia Turun Setelah Hari Terburuk Wall Street
Bursa Efek Filipina mulai Selasa ini menangguhkan perdagangan tanpa batas waktu yang ditentukan demi keselamatan para ”trader” dan staf dalam menghadapi pandemi virus korona.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, SELASA — Sebagian besar saham Asia anjlok pada awal perdagangan, Selasa (17/3/2020), mengikuti bursa saham Wall Street di Amerika Serikat yang mengalami hari terburuk sejak ”Senin Hitam” atau Black Monday tahun 1987. Investor dan pelaku pasar semakin didera kekhawatiran atas dampak wabah Covid-19 yang lebih buruk dari perkiraan sebelumnya, khususnya bagi perekonomian.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,43 persen. Indeks saham Nikkei Jepang turun 2,79 persen, sedangkan Indeks KOSPI Korea Selatan turun 3,2 persen. Indeks saham Australia terpantau naik tipis 0,5 persen setelah mengakhiri perdagangan awal pekannya dengan penurunan tajam 10 persen.
Futures Wall Street naik 1,16 persen pada awal perdagangan Asia. Namun, kenaikan itu tidak cukup untuk meredakan kekhawatiran investor tentang penyebaran wabah Covid-19 yang semakin masif.
”Tidak mengherankan bahwa kita melihat futures AS yang naik setelah penurunan besar pada hari Senin,” kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets yang berbasis di Sydney. ”Namun, situasi terus memburuk di bidang ekonomi karena Covid-19.”
Indeks saham di AS tercatat ditutup anjlok semalam waktu Indonesia. Indeks Dow Jones ditutup melemah 12,9 persen, S&P 500 melemah 12 persen, dan Nasdaq turun 12,32 persen. Pemotongan suku bunga acuan The Federal Reserve sebesar 100 basis poin menjadi 0-0,25 persen dibaca pasar sebagai kemungkinan dampak Covid-19 yang lebih buruk dibandingkan dengan yang telah diperkirakan sebelumnya.
Samuel Aset Manajemen dalam analisis hariannya mencatat S&P 500 VIX, indeks yang mengukur volatilitas S&P 500, dan lazim digunakan sebagai ukuran kekhawatiran pasar (fear index), menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah, yaitu 82,69. Angka itu lebih tinggi daripada puncak sebelumnya, yaitu 80,74 pada saat krisis global tahun 2008.
Filipina tangguhkan bursa
Dari Manila, Filipina, dilaporkan, Selasa ini, Bursa Efek Filipina menangguhkan perdagangan tanpa batas waktu yang ditentukan demi keselamatan para trader dan staf dalam menghadapi pandemi virus korona. Keputusan itu telah diumumkan, Senin malam, dan mulai berlaku pada hari Selasa ini.
Langkah tersebut merupakan bagian dari keputusan karantina secara luas yang diperintahkan oleh Presiden Filipina Roberto Duterte guna menahan penyebaran wabah Covid-19. Penutupan bursa efek di Filipina itu membuat para analis mengangkat kemungkinan langkah serupa bisa diikuti bursa-bursa efek lainnya.
Emas, yang biasanya dibeli sebagai safe-haven, justru kembali turun harganya. Para investor tampak memilih untuk menjual apa pun yang mereka bisa untuk menyimpan uang mereka dalam bentuk tunai. Minyak berjangka berhasil naik setelah turun lebih dari 10 persen pada awal pekan.
Namun, risiko penurunan tetap terbuka karena ada perkiraan penurunan permintaan energi global, dan Arab Saudi berencana meningkatkan produksi minyak mentah untuk memperluas pangsa pasarnya.
Emas, yang biasanya dibeli sebagai safe-haven, justru kembali turun harganya. Para investor tampak memilih untuk menjual apa pun yang mereka bisa untuk menyimpan uang mereka dalam bentuk tunai.
Federal Reserve AS mengejutkan para investor dengan pemangkasan tingkat darurat pada hari Minggu. Hal itu mendorong bank sentral lain untuk melonggarkan kebijakan dalam respons terkoordinasi terbesar sejak krisis keuangan global lebih dari satu dekade lalu.
Investor, bagaimanapun, merasa khawatir bahwa bank-bank sentral mungkin telah menghabiskan semua amunisi mereka, dan bahwa pembatasan yang lebih tegas atas pergerakan warga secara pribadi semakin diperlukan untuk menahan wabah global Covid-19.
Para pelaku pasar akan menunggu rilis sejumlah data terbaru hari-hari ini. Data sentimen investor Jerman, salah satu yang ditunggu pelaku para pasar, dengan proyeksi mengenai akan jatuh hasil data tersebut mengingat kondisi aktual saat ini. Otoritas data AS juga akan merilis data penjualan ritel dan produksi industri untuk bulan Februari.
Beberapa investor mengatakan, pasar tetap bergeming dalam kekhawatiran, kecuali Pemerintah AS mengumumkan paket pengeluaran fiskal besar untuk mencocokkan tindakan berani Fed memangkas suku bunga dan menjaga pasar kredit berfungsi. Sementara yang lain mengatakan, likuiditas di beberapa pasar keuangan mulai turun karena tingkat ketidakpastian yang tinggi. Hal itu mengindikasikan sejumlah aset safe-haven tradisional dalam kondisi tidak aman.
Minyak mentah AS naik 1,88 persen ke level 29,24 dollar AS per barel, tetapi kenaikan ini cenderung bersifat sementara. Saudi Aramco menegaskan kembali rencananya pada Senin runtuk meningkatkan produksi ke level tertingginya.
Produsen minyak global utama Arab Saudi dan Rusia memulai perang harga sejak dua pekan lalu setelah gagal menyepakati rencana untuk membatasi pasokan. Banjir pasokan yang datang dari Arab Saudi dan produsen lain dapat menghasilkan surplus minyak mentah terbesar dalam sejarah, kata penyedia informasi global HIS Markit. (REUTERS)