Pada 11 Maret 1990, Lithuania menjadi negara pertama Uni Soviet yang memisahkan diri. Beberapa minggu kemudian menyusul Estonia dan Latvia.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
Pada 11 Maret, 30 tahun lalu, Republik Lithuania menyatakan kemerdekaan. Hari itu juga menandai awal mula tercerai-berainya Uni Soviet karena 15 negara anggota satu per satu memisahkan diri.
Pada 23 Agustus 1989, dua juta orang di negara-negara Baltik yakni Estonia, Latvia, dan Lithuania bergandengan tangan bersatu dalam aksi damai menuntut kemerdekaan dari Uni Soviet.
Gerakan bersama yang menghubungkan ibu kota Tallinn, Riga, dan Vilnius itu menandai peringatan pakta rahasia Nazi-Soviet tahun 1939 yang kemudian menggiring mereka ke pendudukan Rusia sejak Perang Dunia II.
Di Polandia, tiga bulan sebelumnya, pemilihan demokratis pertama di blok komunis sekutu Soviet di Eropa Timur menyapu bersih serikat buruh independen Solidarnosc Lech Walesa ke tampuk kekuasaan dengan membawa kebijakan reformasi pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev.
Pada tahun 1989, rezim Sosialis di enam negara blok Timur satu per satu memisahkan diri dari Moskwa yang kemudian disusul dengan keruntuhan tembok Berlin pada 9 November.
Pada 11 Maret 1990, Lithuania menjadi negara pertama Uni Soviet yang memisahkan diri. Beberapa minggu kemudian menyusul Estonia dan Latvia. Berbeda dengan Lithuania, kedua negara itu memakai pendekatan bertahap.
Bersikeras mempertahankan keutuhan 15 negara anggota, Gorbachev mencoba membuat Lithuania menyesal merdeka. Caranya, dengan memberlakukan embargo pengiriman minyak bumi dan gas alam ke Lithuania.
Pada dini hari, 13 Januari 1991, tank-tank Soviet menyerang ribuan pendukung kemerdekaan yang sedang berkumpul di menara televisi dan radio di Vilnius. Akibat serangan itu, 14 orang tewas dan 700 terluka. Keesokan harinya, tiga negara republik di Baltik itu mendapatkan dukungan dari Presiden Rusia Boris Yeltsin.
Sepanjang tahun 1990, 11 dari 12 negara di Uni Soviet memerdekakan diri termasuk si negara raksasa Rusia yang merdeka pada 12 Juni 1990 didorong oleh pahlawan demokrasi Yeltsin.
Trauma sejarah
Setelah 30 tahun merdeka, Lithuania masih memperjuangkan keadilan dan menyembuhkan trauma sejarah korban rezim Soviet. Salah satunya, Take Auksute Ramanauskaite Skokauskiene yang sejak kecil harus menyembunyikan identitas aslinya agar Soviet tidak bisa melacak ayahnya, Adofas Ramanauskas, yang memimpin perlawanan bersenjata Lithuania melawan rezim Soviet setelah Perang Dunia II.
Ramanauskas ditangkap 1956 dan dieksekusi satu tahun kemudian. Upacara pemakaman resmi kenegaraan baru diberikan tahun 2018 setelah arkeolog mengidentifikasi jasadnya di pemakaman massal.
Lithuania yang berpenduduk 2,8 juta jiwa itu tidak hanya menghadapi tantangan itu. Namun juga persoalan tingginya angka bunuh diri, pecandu alkohol, dan emigrasi.
Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi diyakini menjadi penyebab masalah sosial yang muncul. Namun itu semua akibat trauma menurun akibat masa lalu yang kelam.
"Masyarakat kita sakit. Alasan Lithuania depresi karena masa lalu kita rumit," kata Laimonas Talat Kelpsa, pejabat kementerian luar negeri Lithuania.
Guru Besar Pengobatan Psikologis di King\'s College London, Inggris, Simon Wessely, mengatakan masa lalu penting bagi individu dan masyarakat. "Terkadang masa lalu itu terlalu menyakitkan untuk diingat tetapi mau tak mau harus diingat," kata Wessely said.
Tahun lalu, pengadilan Lithuania mendakwa bersalah 60 mantan pejabat Soviet atas kejahatan perang pada tahun 1991 saat mereka menyerang gerakan pro kemerdekaan. Guru Besar Psikologi Vilinius University Danute Gailiene mengatakan untuk bisa berdamai dengan masa lalu, kasus-kasus seperti ini harus bisa diselesaikan. (AFP)